Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Merindukan Rindu
25 Agustus 2023 6:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nanda Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bicara tentang masalah, itu seperti merambat pada benang merah yang menghubungkan manusia pertama hingga saat ini. Sejak awal peradaban, tantangan dan cobaan telah mengikuti jejak kita, memberikan dinamika pada perjalanan hidup manusia.
ADVERTISEMENT
Mengulik sejarah nenek moyang kita, kita akan sampai pada Adam dan Hawa, manusia pertama di bumi. Kisah mereka memulai dari kebersamaan di surga hingga terpisah oleh jarak yang tak terhingga. Dalam perpisahan itu, muncullah masalah pertama yang disebabkan oleh keterpisahan itu sendiri: rindu.
Rindu merupakan gejolak emosi yang timbul akibat terpisahnya dua entitas yang saling berhubungan. Rindu menggambarkan hasrat untuk dipertemukan kembali, untuk membangun kembali apa yang terpisah. Ini bukanlah sekadar masalah generasi muda, karena rindu telah melanda nenek moyang kita juga.
Bermacam-macam kisah dan pengalaman orang terkait rindu, tidak berlebihan jika Milan Kudera mengatakan "Ketika kita merindukan seseorang, kita tidak hanya merindukan keberadaannya, tetapi juga keberadaan kita di dalamnya", dan Filusf Klasik Plato sempat berfatwa bahwa Rindu adalah bayangan cinta, hadir ketika keberadaan fisik tidak lagi dapat dirasakan.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa ungkapan bisa kita tarik pita birunya bahwa rindu merupakan pengalaman fantasi dengan menggunakan segenap jiwa raga dalam mengurai kisah yang pernah terajut rapi.
Tak heran jika ada pepatah lama yang mengatakan bahwa rindu bisa "membunuh". Namun, zaman telah berubah, dan generasi sekarang memiliki cara berbeda dalam mengatasi rindu.
Fasilitas modern, seperti teknologi komunikasi, memungkinkan kita untuk meredam rasa rindu. Esensi dari rindu menjadi hilang, dan kini generasi modern lebih sering menghubungi orang-orang terdekat melalui panggilan video atau pesan di dunia maya.
Ketika kita membayangkan nenek moyang kita yang menghadapi rasa rindu pada masa lalu, kita menjadi sadar akan seberapa beruntungnya kita memiliki teknologi untuk meredamnya. Namun, dalam kemudahan ini, kita kehilangan inti dari rindu itu sendiri. Benih rindu tumbuh, namun segera kita bunuh dengan cara menghubungi orang tersebut dengan cepat dan tanpa menunggu.
ADVERTISEMENT
Kita bisa mengenang bagaimana nenek moyang kita menanggapi virus rindu dengan kesabaran. Namun, sekarang, kita cenderung menghindari rindu dengan segera menghubungi orang yang kita rindukan. Ironisnya, kita telah membunuh rasa rindu itu sendiri.
Namun, dalam era teknologi ini, kita masih memiliki kesempatan untuk menghidupkan kembali esensi rindu. Cara untuk melakukannya adalah dengan lebih sadar menghubungi orang-orang terdekat dengan cara yang lebih mendalam dan puitis.
Misalnya, mengirimkan email yang berisikan kata-kata puitis bisa menjadi langkah awal. Menunggu balasan dengan hati yang berdebar-debar, merasakan perasaan rindu dalam setiap detik yang berlalu, adalah bagian dari kembali merasakan rindu dalam intensitas yang sesungguhnya.
Selain itu, menghidupkan kembali rindu juga dapat menjadi alat untuk mengasah kemampuan menulis. Dalam mengekspresikan perasaan dan harapan kepada orang-orang terdekat, kita akan lebih berfokus pada kata-kata yang menggambarkan esensi rindu itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Rindu, meskipun bisa terasa sulit pada awalnya, sebenarnya memiliki beberapa manfaat yang bisa membentuk pengalaman dan hubungan kita mulai dari memperdalam hubungan, memperhangat komunikasi hingga menghargai kehadiran seseorang.
Rindu tetaplah menjadi emosi universal yang melekat pada setiap manusia. Dalam usaha menghidupkannya kembali, kita dapat menjaga keaslian dan kedalaman hubungan kita dengan orang-orang yang kita cintai. Sebuah pesan puitis dalam dunia yang serba cepat dapat menjadi bentuk kehidupan kembali esensi rindu yang sejati.