Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
20 Ramadhan 1446 HKamis, 20 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Ramadhan yang Tak Dirindukan
17 Maret 2025 12:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nanda Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Setiap tahun, umat Muslim di seluruh dunia menyambut bulan suci Ramadhan dengan penuh harapan dan semangat. Terlihat dari antusias di media sosial berlomba-lomba untuk mengpublish kegembiraan dalam bentuk banner dan twibbon yang pada intinya menunjukan kegembiraan dalam meyambut bulan Ramadhan. Mulai dari Lembaga-lembaga negara, organisasi kepemudaan hingga ormas non Islampun mengucapkan dengan riang gembira.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik senyuman dan ucapan selamat datang Ramadhan, terdapat perasaan yang mungkin jarang diungkapkan: ketidakpuasan dan kerinduan akan kebebasan yang hilang selama bulan puasa. Dalam tulisan ini, saya ingin mengajak pembaca untuk merenungkan kembali bagaimana kita menyikapi bulan Ramadhan.
Kita sering kali merayakan kedatangan 1 Syawal dengan penuh suka cita, seolah-olah itu adalah puncak dari segala kebahagiaan. Namun, apakah kita benar-benar menyukai Ramadhan? Atau kita hanya berpura-pura gembira karena terpaksa menjalani ritual yang telah menjadi tradisi? Dalam hati, mungkin kita mendongkol, merasa tertekan dengan kewajiban berpuasa yang mengharuskan kita menahan lapar dan dahaga.
Bayangkan jika di tengah bulan Ramadhan, Allah memberikan pengumuman bahwa kita diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Apakah mayoritas dari kita akan memilih untuk tetap berpuasa? Atau justru memilih untuk menikmati kebebasan yang selama ini kita rindukan? Pertanyaan ini menggugah kita untuk merenungkan kembali niat dan tujuan dari puasa itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Salah satu tujuan utama dari puasa adalah untuk menghayati kehidupan orang-orang yang kurang beruntung. Namun, jika kita jujur, apakah kita benar-benar memahami makna tersebut? Ketika kita berbicara tentang menghayati kehidupan orang miskin, apakah kita juga mempertimbangkan bahwa mereka mungkin tidak memiliki pilihan untuk tidak berpuasa? Atau, apakah kita hanya menggunakan alasan ini sebagai pembenaran untuk menjalani kewajiban yang terasa berat?
Kebahagiaan kita sering kali terletak pada hal-hal sederhana seperti ngopi, makan, dan sarapan di pagi hari. Ketika Ramadhan tiba, semua itu harus ditinggalkan. Namun, saat hari raya tiba, kita merayakan dengan penuh suka cita, seolah-olah kita telah melewati ujian yang sangat berat. Ironisnya, di awal Ramadhan, kita dengan semangat memposting di media sosial tentang betapa bahagianya menyambut bulan suci ini, padahal di dalam hati kita mungkin merasa sebal.
ADVERTISEMENT
Andai Ramadhan bisa berbicara, mungkin ia akan mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap kita. Kita selalu menghitung-hitung pahala, berusaha untuk mendapatkan sebanyak mungkin dengan melaksanakan ibadah seperti tahajud dan taraweh. Namun, apakah kita benar-benar memahami esensi dari ibadah tersebut? Atau kita hanya terjebak dalam rutinitas yang monoton?
Menarik untuk di bahas ungkapan budayawan Emha Ainun Najib atau akrab di panggil Cak Nun. Dia menyampaikan bahwa sesuatu yang diwajibkan pada hakikatnya kita tidak menyenanginya, bis akita berpikir apa-apa yang diwajibkan sering menggangu atau merusak kenyamanan kita, tapi itulah perintah. Perintah dari seseorang yang kita cintai walaupun pada hakikatnya kita tidak senang menjalakannya tapi atas dasar kecintaan kit, kita rela melaksanakan walaupun merusak kenyamanan kita. Itulah mungkin dasar dari sebuah pahala, Wallahualam Bissawab.
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia akan menghadapi Australia di Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026. Laga yang digelar di Sydney Stadium, Kamis (20/3), sekaligus menjadi debut Patrick Kluivert sebagai pelatih Garuda. Mampukah Indonesia mencuri poin dari tuan rumah?