Konten dari Pengguna

Fans K-POP Makin Toxic, Mengapa?

Devi Putri Namira
Mahasiswa Universitas Amikom Purwokerto Prodi Ilmu Komunikasi
19 Desember 2024 13:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Devi Putri Namira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi fans memasang iklan demi idola K-Pop. Foto: Matheus Marsely dan Putri Sarah Arifira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi fans memasang iklan demi idola K-Pop. Foto: Matheus Marsely dan Putri Sarah Arifira/kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan era globalisasi ini tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya pengaruh perkembangan teknologi yang ikut menyertai. Hal tersebut menjadikan bagaimana pertukaran berbagai informasi dan budaya menjadi cepat menyebar dari satu titik ke titik yang lain.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan penyebaran informasi dan budaya dari Korea Selatan, seperti Korean Pop (K-POP). K-POP secara luas identik dengan sekumpulan boygroup dan juga girlgroup dalam suatu agensi.
Seiring dengan makin berkembangnya K-POP, maka muncullah fandom atau komunitas para penggemar K-POP yang terbagi berdasarkan pada group idola kesukaan mereka. Contohnya seperti ARMY (nama fandom untuk BTS) dan Blink (nama fandom untuk Blackpink).
Namun seiring dengan bagaimana seseorang mendalami berbagai kegiatan dalam suatu fandom, tidak dapat dipungkiri bahwa secara langsung atau tidak pasti akan dapat menimbulkan efek Maladaptive Daydreaming. Maladaptive Daydreaming merupakan kondisi dimana seseorang mengalami halu dan melamun secara terstruktur untuk mengakses emosi dan pengalaman yang tidak dapat dirasakan di dunia nyata (Bigelsen & Schupak, 2011).
ADVERTISEMENT
Hal ini tentunya dapat dijadikan "alat" yang digunakan oleh agensi-agensi dengan membuat para idol yang ada di bawah naungannya untuk semakin aktif memberikan asupan Maladaptive Daydreaming untuk para fans-nya. Contohnya adalah dengan semakin seringnya idol memberikan update foto selca, melakukan siaran live, ataupun kontak fisik pada saat event fansign.
Hal ini dapat dilihat dengan bagaimana reaksi para fans ketika idolanya didapati berkencan dengan pasangannya. Tidak sedikit fans yang merasa kecewa, sakit hati, tidak terima, dan juga menyebabkan pertengkaran antara fandom satu dengan yang lain.
Menurut mereka, dengan memberikan komen seperti itu dapat diindikasikan sebagai bentuk cinta mereka terhadap idolanya. Padahal yang mereka lakukan adalah bentuk dari ketidaksopanan dan dapat mengganggu idolanya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut mampu memberikan efek kepada idol yang bersangkutan dengan merasakan bahwa hidup mereka itu penuh dengan tekanan, tidak bebas untuk hidup selayaknya manusia biasa. Padahal, para idol merupakan manusia biasa, kan?
Para fans yang terlalu fanatik dan mengalami Maladaptive Daydreaming cenderung melakukan self-defense dengan memberitahukan bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar. Namun, mereka sebenarnya salah karena terlalu menomorsatukan ego yang tidak seharusnya ditunjukkan. Mereka sejatinya hanyalah fans yang mengidolakan idolanya.
Hal yang sangat perlu untuk diperhatikan ketika menyukai idola adalah dengan membangun batasan antara diri sendiri dan juga para idolanya. Sadarkan diri sendiri bahwa kita hanyalah sebagai fans bukan petinggi agensi yang mampu ikut serta menuntut para idol-nya.
ADVERTISEMENT
Fans yang bijak adalah fans yang mampu ikut serta memanusiakan idolanya. Idol hanyalah pekerjaan mereka. Namun untuk urusan kehidupan pribadinya bukanlah tanggung jawab kita.
Berikut cara yang dapat dilakukan oleh kita, sebagai fans, agar tidak terlalu fanatik dan tidak mengalami potensi Maladaptive Daydreaming:
1. Memperluas wawasan
Ketika kita hanya terpaku pada satu titik, seperti hanya fokus pada dunia K-POP, maka pandangan kita hanya akan terbatas pada K-POP. Kita akan berwawasan sempit dan susah untuk melihat wawasan dan pengetahuan di luar yang tidak kita ketahui. Dengan demikian, mulailah untuk memperluas wawasan agar dapat terbebas dari sikap terlalu fanatik dan Maladaptive Daydreaming.
2. Belajar untuk memahami dan menerima perbedaan
ADVERTISEMENT
Orang yang terlalu fanatik dan Maladaptive Daydreaming cenderung akan selalu merasakan kesal ketika ada orang lain yang tidak satu pendapat dengannya. Hal ini tentu sangat merugikan dan menyiksa diri. Maka alangkah baiknya segera belajar untuk memahami dan menerima suatu perbedaan yang terjadi.
3. Mencoba hal-hal baru
Daripada hanya terfokus pada K-POP, alangkah baiknya untuk mengekspor hal-hal baru yang dapat dilakukan walau itu merupakan hal kecil dan sepele. Ketika ada banyak hal yang dapat dicoba, mengapa kita hanya berfokus pada satu titik saja?
4. Melakukan self-reflection
Orang yang fanatik dan Maladaptive Daydreaming merupakan seseorang yang keras kepala, susah untuk dirubah oleh orang lain tanpa adanya kesadaran pada dirinya sendiri. Self-reflection sangat perlu untuk dilakukan agar seseorang mampu untuk lebih mengenali dirinya sendiri dan dapat memperbaiki kekurangannya agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
ADVERTISEMENT