Konten dari Pengguna

Masa Peralihan Pandemi COVID-19: Yuk, Jaga Kesehatan Mental

Devira Kusuma Putri
Majoring in Accounting at UPN Veteran Jakarta
26 September 2022 14:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Devira Kusuma Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kesehatan mental (sumber ilustrasi: istockphoto)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kesehatan mental (sumber ilustrasi: istockphoto)
ADVERTISEMENT
Memasuki tahun ketiga pandemi COVID-19, serangkaian kebijakan mulai dari Lockdown, Penerapan protokol kesehatan, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), hingga pemberian sanksi kepada para pelanggar protokol kesehatan telah dilakukan dengan harapan menekan angka penyebaran COVID-19 yang kini memiliki banyak varian.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya berdampak secara signifikan pada perekonomian saja, pandemi COVID-19 juga berakibat pada aspek lain, seperti terganggunya kehidupan sosial, dunia pendidikan, dan juga kesehatan mental. Hingga Juni 2020, Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 277 ribu kasus gangguan kesehatan mental di Indonesia, yang melonjak dibandingkan dengan 197 ribu kasus pada 2019.
Terganggunya kesehatan mental di masa pandemi COVID-19 dapat terjadi karena berbagai macam hal. Kecemasan terhadap penyebaran virus, tertutupnya akses bersosialisasi secara langsung, frustasi atas perubahan rutinitas yang mendadak, terjebak di bawah satu atap bersama pelaku kekerasan dalam rumah tangga, pemutusan hubungan kerja, serta kesedihan akibat kehilangan orang yang disayangi menjadi beberapa penyebab terganggunya kesehatan mental di masa pandemi COVID-19.
Keadaan telah memaksa masyarakat untuk berkomunikasi secara daring selama dua tahun terakhir. Sistem work from home, kegiatan belajar dan mengajar maupun aktivitas sosial lainnya yang dilakukan secara jarak jauh dengan perlahan kembali seperti semula. Kini, para pekerja diperkenankan untuk bekerja di kantor masing-masing. Hal yang sama terjadi pada para siswa maupun mahasiswa yang mulai belajar secara luring.
ADVERTISEMENT
Di masa transisi pandemi COVID-19 seperti sekarang, tidak hanya dibutuhkan kesehatan fisik, namun diperlukan juga kesehatan mental untuk menghadapi perubahan rutinitas. Dengan mental yang siap dan sehat, kita dapat berpikir jernih dan tubuh kita akan berfungsi dengan baik secara psikologis dan emosional, sehingga kita dapat menjalankan hidup yang produktif dan berkualitas. Dengan demikian, sangat penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental.
Untuk dapat menjaga kesehatan mental, kita dapat menerapkan tips sebagai berikut:
1. Kenali dirimu sendiri
Sebagai manusia, kita harus sepenuhnya mengenal diri dan menerima apa yang kita miliki. Self-awareness atau kesadaran diri akan memudahkan seseorang dalam mengontrol berbagai macam emosi.
Dengan mengetahui jangkauan kemampuan diri, seseorang akan menyadari batasan-batasan di mana ia sebaiknya berhenti sejenak, daripada memaksakan diri untuk terus berprogress dengan upaya menghindari stress berlebih.
ADVERTISEMENT
Dengan mengenal baik diri sendiri, seseorang dapat menyadari hal-hal yang mereka kuasai sehingga terbangun rasa percaya diri untuk terus berkembang dan menjadi pribadi yang lebih berkualitas.
2. Curahkan keluh kesah
Ada saat di mana seseorang dapat merasa kewalahan atau overwhelmed dan tidak nyaman terhadap suatu hal, namun memilih untuk memendam, menutupi, bahkan tidak mengakui emosi yang dirasa karena mereka berpikir bahwa mengeluarkan emosi adalah sesuatu yang memalukan atau malah merepotkan orang lain.
Padahal, emosi yang dipendam dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik maupun mental seseorang, seperti mengganggu keseimbangan hormon atau menyebabkan gangguan kecemasan berlebih. Jadi, hubungilah seseorang yang dapat dipercaya untuk menceritakan tentang apa yang sedang dirasa.
Mengekspresikan emosi dengan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan juga dapat dilakukan untuk membantu mengurangi stress dan rasa cemas.
ADVERTISEMENT
3. Terapkan gaya hidup sehat
Selain menjaga kesehatan fisik, berolahraga juga dapat mengatasi stres dan mengurangi gejala kecemasan dan depresi yang dikarenakan oleh peningkatan kadar endorfin, yaitu hormon bahagia yang memberikan energi positif saat melakukan aktivitas fisik.
Olahraga yang dilakukan tidak harus ekstrem, cari jenis olahraga yang sesuai dengan kemampuan masing-masing dan lakukan secara rutin untuk menjaga kebugaran jasmani dan rohani.
Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Hal ini terjadi karena mengkonsumsi makanan dapat mempengaruhi suasana hati seseorang. Kafein, alkohol, dan gula telah diungkapkan menjadi penyebab terbesar stress oleh Teralyn Sell, PhD seorang psikoterapis dan pakar kesehatan otak.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengatur pola makan yang bernutrisi agar kebutuhan tubuh terpenuhi dengan seimbang.
ADVERTISEMENT
4. Perdalam hobi yang bermanfaat
Menghabiskan waktu untuk mendalami hobi atau kegiatan bermanfaat lainnya juga dapat dilakukan sebagai bentuk pengurangan stres. Berkegiatan positif dapat menjaga pikiran seseorang tetap tenang dan aktif. Dengan melakukan hal-hal yang disukai, seseorang akan terlepas sejenak dari pikiran-pikiran negatif yang memenuhi kepala mereka.
Mempelajari keterampilan baru juga dapat mengalihkan fokus seseorang terhadap kecemasan yang dimiliki. Hobi seperti menggambar atau melukis juga dapat membantu dalam mengurangi rasa cemas seseorang.
5. Self love and self care
Self love atau sikap menyayangi diri sendiri merupakan unsur yang penting untuk dimiliki setiap individu di dunia ini. Dengan menyayangi diri sendiri, seseorang akan menerima dan mengakui segala sesuatu yang menjadi bagian dari dirinya.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang menerima dan menyayangi diri sendiri akan membangun kesadaran bahwa sesungguhnya nyawa mereka begitu berharga, bahwa mereka memiliki tujuan untuk terus menjalani hari demi hari meskipun harus menghadapi rintangan hidup yang sulit.
Berpikiran positif terhadap diri sendiri akan membuat keseharian menyenangkan dan terasa lebih mudah dijalani. Jadi, menyayangi diri sendiri sangatlah penting untuk menjaga kesehatan mental seseorang.
Self care atau perawatan diri adalah suatu kegiatan merawat diri dengan tujuan meningkatkan rasa kesejahteraan diri. Terkadang, kita berlarut-larut dalam sesuatu, baik itu pekerjaan maupun kegiatan yang menguras energi dan melupakan bahwa tubuh dan pikiran kita memerlukan waktu istirahat. Agar tetap menjadi pribadi yang produktif, seseorang harus memanjakan dirinya sekali-kali.
Terdapat beberapa jenis self care yang dapat dilakukan, contohnya adalah physical self care dengan menghindari tidur di larut malam, emotional self care dengan bermeditasi, spiritual self care seperti beribadah,dan space self care dengan membersihkan ruangan secara teratur agar menjadi tempat yang nyaman. Dengan melakukan perawatan diri, pikiran seseorang juga akan ikut terorganisir.
ADVERTISEMENT
6. Terima adanya perubahan
Kehidupan tidak berjalan secara monoton. Akan selalu ada perubahan walaupun terkadang seseorang tidak mampu merasakannya. Perubahan merupakan hal yang mutlak dalam kehidupan, sehingga kita tidak dapat terhindar dari perubahan.
Oleh karena itu, kita sebagai manusia diharuskan untuk beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi. Terima keadaan yang tidak dapat kita ubah dengan lapang dada agar kita dapat menaruh fokus pada hal-hal yang dapat diubah.
7. Perluas jangkauan koneksi
Seperti yang kita ketahui, manusia adalah makhluk sosial, yang berarti bahwa kita tidak dapat hidup tanpa adanya campur tangan orang lain. Ketika mengalami kesulitan, janganlah hanya mengurung diri. Penting bagi seseorang untuk tahu bahwa dia tidak sendirian di dunia ini.
ADVERTISEMENT
Ulurkan tangan pada orang-orang terpercaya yang siap memberi bantuan dan bangunlah komunikasi yang baik dengan mereka. Orang-orang dengan kemampuan berkomunikasi yang baik akan lebih mudah menjalin koneksi yang bersifat mutualisme.
8. Cari bantuan profesional
Ketika mengalami masalah seperti stress berkepanjangan, sulit mengendalikan rasa cemas, paranoid, hingga perubahan mood yang ekstrem, segera pertimbangkan untuk cari bantuan dari seorang ahli yang dapat membantu mengurangi masalah kesehatan mental.
Seorang profesional dapat membantu pasiennya untuk mempelajari tentang apa yang mereka rasakan, mengapa mereka merasakannya, dan bagaimana cara mengatasinya.