Sang Putra Bangsa dari Pekalongan, Soepeno

Devtiani
Mahasiswa Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
25 April 2022 12:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Devtiani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto ilustrasi kehidupan tempo dulu, by author
zoom-in-whitePerbesar
Foto ilustrasi kehidupan tempo dulu, by author
ADVERTISEMENT
Biografi Soepeno dan Kehidupan Awal
Banyak yang belum mengetahui tentang tokoh yang satu ini, bahkan saya yakin orang-orang di Pekalongan pun masih awam dengan namanya. Beliaulah Soepeno, tokoh pahlawan nasional yang membanggakan dari Pekalongan yang bahkan sempat menjabat sebagai Menteri Pembangunan dan Pemuda Indonesia antara tahun 1948-1949. Dilahirkan di Pekalongan, 12 Juni 1916 dari seorang ayah bernama Soemarno yang hanya seorang pegawai biasa di Perusahaan Kereta Api milik Pemerintah Kolonial Belanda, tepatnya di Stasiun Tegal.
ADVERTISEMENT
Walaupun berasal dari latar belakang yang biasa-biasa saja, tetapi Beliau menempuh pendidikan yang mumpuni. Lulus sebagai lulusan SMA di Algemeene Middelbare School (AMS) di Semarang, lantas sempat melanjutkan di Sekolah Tinggi Teknik di Bandung (Technische Hoogeschool te Bandoeng) hanya selama dua tahun sebab akhirnya pindah ke Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool te Batavia) di Batavia. Karena Soepeno menuntut ilmu di pusat kota yang menjadi saksi kekolonialan Belanda, maka tokoh ini menjadi salah satu bagian dari tokoh era pergerakan nasional. Di Batavia, Beliau memimpin Bangsa Indonesia agar terlepas dari belenggu penjajahan serta aktif dalam keanggotaan Perkumpulan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) bahkan menjadi ketua disini.
Sebagai bentuk perjuangan untuk Bangsa, beliau berjuang dalam politik dan bergerilya dalam berbagai organisasi salah satunya menjadi Anggota Indonesia Moeda. Tidak hanya dalam Indonesia Moeda Pekalongan dan Tegal tetapi hingga Semarang dan Bandung, melibatkan diri untuk menyebarluaskan PPPI melawan Unitas Studiosorum Indonesiensis yang merupakan organisasi pelajar Belanda. Pada Masa-masa Awal Kemerdekaan, Soepeno merupakan konseptor beberapa lembaga Negara seperti Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang menjadi lembaga legislatif pertama sekaligus terlibat dalam keanggotaan. Hingga sekitar akhir tahun 45-an diangkat dan dipilihlah 25 orang dalam KNIP dan Soepeno yang berasal dari Partai Sosialis terpilih menjadi ketuanya.
ADVERTISEMENT
Di tahun 1946, sebuah krisis terjadi dalam kabinet Syahrir II yang dianggap menjual Negara dengan persetujuannya dalam perundingan Linggarjati. Hasil dari perundingan ini dinilai sangat merugikan bagi Indonesia sehingga menimbulkan sebuah masalah baru bagi Indonesia. Terbitlah Peraturan Presiden No. 6/1946 dengan isi menyempurnakan susunan Komite Nasional Indonesia Pusat dengan bentuk penambahan anggota dari 200 menjadi 514 orang. Dengan dikeluarkannya keputusan ini, maka KNIP yang sebelumnya diketuai oleh Soepeno dibubarkan dan dibentuk yang baru. Beruntungnya Partai Sosialis mendapat lima perwakilannya untuk ikut serta dalam Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, dan Soepeno menjadi salah satu perwakilan dari Partai tersebut.
Beliau di kemudian hari juga mendapat kesempatan untuk bergabung kedalam partai bentukan Hatta-Syahrir yaitu PNI-Pendidikan setelah partai PNI yang dibentuk Presiden Soekarno dilarang berdiri oleh Pemerintahan Kolonial pada 1932. Pada 19 November 1945, diadakan sebuah pertemuan dalam partai ini dengan lokasi di Cirebon, anggota yang hadir salh satunya dalah Soepeno. Dalam pertemuan ini terjadi kesepakatan bersama bahwa mereka akan mendukung kabinet dari Syahrir-Amir Syarifuddin. Sebab terjadinya situasi politik yang baru maka menjadi sebuah keharusan untuk mengganti nama partai ini, maka dalam pertemuan ini juga diputuskan PNI-Pendidikan diubah menjadi Partai Rakyat Sosialis atau Paras.
ADVERTISEMENT
Pada 16 hingga 17 Desember 1945 terjadi sebuah penggabungan Partai Rakyat Sosialis dengan Partai Sosialis Indonesia yang dibentuk Amir, hingga keduanya digabung menjadi Partai Sosialis. Dalam komposisi kepengurusan Partai ini, Soepeno menjabat sebagai Dewan Pimpinan Pusat Partai Sosialis. Beliau sangat dekat dengan Sutan Syahrir, sehingga ketika terjadi keretakan dalam kelompok dari Syahrir dan kelompok Amir Syarifuddin setelah jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin II, maka Syahrir membentuk Partai Sosialis Indonesia pada 12 Februari 1948 di Yogyakarta dan memberi dukungan terhadap Kabinet Hatta I dengan melibatkan anggotanya yaitu Soepeno untuk duduk dalam Kabinet Hatta.
Menjadi Menteri
Dengan berbagai gagasan kebangsaan serta kontribusinya dalam upaya Kemerdekaan Indonesia, hingga pada tahun 1948, Soepeno pergi menuju Sumatera untuk melakukan konsolidasi Republik Indonesia Darurat di Bukittinggi serta melakukan persiapan dengan segala kemungkinan yang dapat terjadi. Soepeno diutus dalam sebuah tim ke Bukittinggi untuk melancarkan Balai Pemuda di Sumatera. Kemudian baru pada tanggal 29 Januari 1948, Beliau diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda dalam Kabinet Hatta I. Beliau menjadi satu-satunya golongan sayang kiri yang duduk dalam kabinet ini dan bahkan menjadi Menteri yang paling muda dalam kabinet tersebut dan ini yang menjadi puncak karier dalam perjuangannya untuk Bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Akhir Hayat
Ketika terjadi Agresi Militer Belanda II pada tahun 19 Desember 1948, yang membuat Ibu Kota NKRI di Yogyakarta berhasil dikuasai oleh Belanda. Tokoh-tokoh penting Negara seperti Presiden Soekarno, Moh. Hatta, dan pejabat pemerintahan ditangkap. Tentu saja pada waktu itu, Soepeno masih menjabat menjadi seorang Menteri. Ketika akhirnya Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda, Soepeno ikut bergerilya hingga tentara Belanda ikut memburu dirinya. Soepeno tidak tertangkap seperti sejumlah pejabat Negara lainnya sebab dirinya sedang bertugas diluar Yogyakarta pada saat peristiwa ini meletus. Soepeno dan beberapa orang lainnya pergi menuju ke suatu tempat di lereng Gunung Wilis yang menjadi markas Panglima Besar Jenderal Soedirman beserta pasukannya. Mereka terus berjalan kaki dari kampung ke kampung, dari hutan ke hutan dengan ancaman yang setiap saat bisa saja hadir di depannya. Medan yang sulit membuat Soepeno dan rombongan yang dibawanya mengalami kesulitan bahkan harus berkali-kali memutar jalan agar terhindar dari sergapan Belanda sehingga hal ini memakan waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
Pada 20 Februari 1949, Soepeno sampai di kawasan Dusun Genter, Nganjuk. Mereka menginap di rumah warga dan akan melakukan perjalan kembali dalam beberapa hari berikutnya. Namun setelah berbulan-bulan melakukan gerilya, kenyataan pahit harus diterima oleh Soepeno dan rombongannya, sebab di Desa Ganter, Dukuh Ngliman, Nganjuk tertangkap oleh tentara Belanda pada 24 Februari 1949. Soepeno akhirnya ditembak mati dan gugur sebagai Kusuma Bangsa. Bahkan beliau dianugerahi Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Kelas III sebagai penghargaan atas sifat-sifat kepahlawanan serta keberanian dan kebulatan tekadnya melampaui bahkan melebihi panggilan sebagai kewajiban dalam melaksanakan tugasnya terhadap Negara dan Bangsa Indonesia.
Dengan membaca singkat mengenai artikel ini, diharapkan semua orang dapat mengetahui bahwa ada seorang Putra Bangsa asal Pekalongan yang sangat membanggakan dan berjasa besar dalam Kemerdekaan Bangsa. Terlebih warga Pekalongan, mereka harus mengetahui fakta ini dan mengenang Jasa Beliau dengan segenap hati, mengikuti jejaknya sebagai sosok yang pekerja keras, pelajar yang aktif, dan mampu mengharumkan nama Bangsa.
ADVERTISEMENT
Sumber :
Raditya, Iswara N. "Soepeno, Menteri Indonesia yang Ditembak Mati Belanda". tirto.id. Diakses tanggal 2022-04-18
Fadillah, Ramadhian. Menteri Supeno tewas dieksekusi tentara Belanda. Merdeka. Diakses pada 18 April 2022