Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dodol Brem, Inovasi KKN Mahasiswa Universitas Brawijaya
28 Juli 2023 18:37 WIB
Tulisan dari Dewandito Sulthanaimar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(23/07) Mahasiswa Universitas Brawijaya menggelar program yang bertajuk "Pemanfaatan Ampas Brem Untuk Menjadi Bahan Pembuatan Dodol" sebagai rangka mewujudkan poin Keberlanjutan Pangan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan tujuan utama dari program Mahasiswa Membangun Desa (MMD).
ADVERTISEMENT
Dalam program ini, Mahasiswa kelompok 832 MMD bekerjasama dengan UMKM Brem lokal dalam memanfaatkan ampas sisa pembuatan Brem agar dapat dijadikan bahan dasar pembuatan Dodol.
Program ini dilatarbelakangi juga oleh salah satu keunikan yang dimiliki desa Kaliabu di Madiun ini, yaitu salah satu desa penghasil Brem yang cukup besar. Atas dasar tersebut, ketua pelaksana program pemanfaatan ampas Brem, Larasati mengatakan bahwa perlu adanya pemanfaatan limbah ampas Brem agar nilai produksi bisa bertambah serta tetap menjaga lingkungan yang ada.
"Inspirasi kami datang dari keinginan untuk mengatasi masalah limbah makanan dan menemukan solusi praktis yang selaras dengan warisan kuliner Indonesia yang kaya. Brem, makanan fermentasi yang terbuat dari sari beras ketan hitam, merupakan makanan tradisional yang digemari di banyak daerah di Indonesia. Namun, selama proses produksi, banyak sekali sisa padatan beras yang difermentasi yang dibuang. Kami melihatnya sebagai peluang untuk menciptakan sesuatu yang enak, produktif, dan sustainable." tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dodol yang terbuat dari limbah Brem memiliki rasa dan aroma yang berbeda dibandingkan dengan dodol biasa. Sisa-sisa beras yang difermentasi memberikan rasa yang cukup unik, meningkatkan rasa secara keseluruhan. Dodol ini tetap mempertahankan tekstur kenyal khasnya, namun dengan sedikit rasa asam yang identik dengan Sari Brem.
Supiati, salah satu pengusaha Brem, dalam acara pelatihan yang berlokasi di Balai Desa Kaliabu, Madiun, memberi tanggapan positif terhadap program ini.
"Bagus sekali, kami semua pengusaha Brem di sini mendapatkan Ilmu yang juga bisa membantu usaha kami dalam inovasi, jadi limbah-limbah yang awalnya dibuang bisa dimanfaatkan dan dijual lagi" tanggapnya.
Tetapi, pada awal tahap pengujian beberapa kali menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan tekstur, warna, dan kualitas keseluruhan dari Dodol ampas Brem hasil pengujian tersebut.
ADVERTISEMENT
"Tantangan yang paling sulit adalah bagaimana kami bisa menyempurnakan proses pembuatan untuk bisa menghasilkan kualitas yang konsisten. Ketika kami bereksperimen dengan rasio dan metode yang berbeda, ada kalanya tekstur atau rasa dodol tidak sesuai dengan harapan kami. Namun, dengan dedikasi tim kami, kami berhasil mengatasi kendala ini dan menciptakan resep yang kami banggakan.
Program ini untuk kedepannya diharapkan untuk dapat meningkatkan produksi dan berkolaborasi dengan lebih banyak produsen Brem untuk meminimalisir limbah makanan. Kelompok 832 MMD berharap dapat menjadikan dodol dari limbah Brem sebagai makanan khas yang dikenal, tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga dalam skala yang lebih luas. Dengan demikian, program ini juga dapat sekaligus mempromosikan praktik-praktik berkelanjutan sekaligus melestarikan dan merayakan warisan budaya kami melalui inovasi kuliner.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan berkembangnya program kuliner yang menginspirasi ini, program ini menjadi contoh nyata bagaimana kreativitas dan sumber daya dapat menghasilkan masa depan yang lebih berkelanjutan dan penuh cita rasa. Dodol yang terbuat dari limbah Brem tidak hanya menjadi kudapan yang lezat, tetapi juga menjadi bukti kekuatan kecerdikan dalam mengatasi tantangan lingkungan.