Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Integrasi Iman dan Ilmu dalam Islam
26 November 2021 11:05 WIB
Tulisan dari Dewandito Sulthanaimar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai orang yang percaya dengan Tuhan. Seringkali saya menanyakan apakah iman terhadap Tuhan selaras dengan ilmu? Banyak perdebatan tentang dari mana datangnya Ilmu, apakah murni dari manusia? Sebagai seorang muslim kita mempercayai bahwa ilmu datang dari karunia Allah SWT, banyak juga orang berpendapat bahwa ilmu datang murni dari perkembangan manusia. Pada zaman modern ini hubungan iman dan ilmu menjadi tantangan bagi umat islam. Bisakah kita mempertanggungjawabkan iman kita dengan ilmu yang modern? Apakah ajaran Islam sebagai salah satu agama tertua mulai tidak relevan dengan perkembangan ilmu masa kini?
ADVERTISEMENT
Saya pun menyadari ada beberapa poin yang penting untuk dibahas jika ingin lebih paham terkait hubungan Iman dan Ilmu. Poin-poin tersebut seperti makna umum dari iman dan ilmu itu sendiri, apa hubungan kedua hal tersebut dalam Islam, serta bagaimana menyatukan keduannya dalam kehidupan beragama. Menurut saya kedua hal tersebut patut dipelajari lebih dalam oleh umat Islam agar imannya lebih kuat dan bermanfaat.
Di dalam teks ini saya akan coba menjelaskan kepada teman-teman semuanya secara ringkas agar teman-teman dapat lebih memahami apa itu iman maupun ilmu secara umum maupun secara islam, serta bagaimana keduanya saling mempengaruhi.
Pendahuluan
Secara harfiah, agama diartikan sebagai kepercayaan kepada Tuhan atau dewa-dewa, kegiatan, serta peraturan yang berhubungan dengan kepercayaan. Kegiatan tersebut seperti berdoa atau beribadah di sebuah bangunan seperti gereja, masjid, atau kuil dengan sumber aturan yang berasal dari kitab, tulisan, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Karakteristik yang diperlukan dari sebuah agama besar adalah bahwa agama harus memuaskan secara intelektual dan tidak hanya memuaskan secara emosional dan spiritual. Dengan kedua hal tersebut saling melengkapi, ikatan umat dan agamanya akan makin kuat karena memiliki fondasi yang kokoh.
Iman saja memang cukup untuk membuat seseorang lebih terarah kepada kebaikan dan mempunyai apa yang disebut sebagai “itikad baik”. Tetapi bila iman tidak dilengkapi dengan ilmu, praktik-praktik keagamaan tidak akan ada gunanya. Namun tanpa ajaran dan pengertian lebih tentang iman, ilmu sendiri saja dapat menghasilkan celaka, dapat dikatakan lebih celaka dari orang lain yang tidak berilmu.
Dalam Islam sendiri, Al-Qur’an menjadi sumber ilmu utama dalam pendidikan agama. Dengan begitu, ilmu dalam Islam sudah memiliki dasar secara tertulis di atas Al-Qur’an. Kepentingan mempelajari ilmu dan iman datang dari kebutuhan. Pada era modern ini, di Indonesia sendiri masih banyak orang yang menganggap bahwa agama hanya untuk dipercayai saja. Namun sebagai manusia, kita harus mengerti bahwa agama merupakan suatu yang dapat dimanfaatkan untuk kebaikan dan dapat dilandaskan sebagai ilmu untuk kehidupan kita. Dengan begitu hubungan timbal balik antara ilmu dan iman akan semakin signifikan, di mana keduanya saling menguatkan, dan orang yang memahaminya akan merasakan manfaat agama Islam itu sendiri, baik di dunia maupun di akhirat.
ADVERTISEMENT
A. Iman
Apa itu iman? Secara sederhana, Iman adalah keyakinan yang kuat terhadap Tuhan atau doktrin agama dan lebih didasarkan atas pemahaman spiritual daripada bukti. Jika dilihat di dalam KBBI sendiri, iman didefinisikan sebagai keyakinan yang berkaitan dengan agama, keyakinan dan keteguhan hati, serta keteguhan batin.
Iman itu sifatnya subjektif dan mutlak untuk seorang individu. iman pada dasarnya tidak dapat dipahami, tetapi dapat memberikan suatu arti untuk segala hal yang dapat dibuktikan. Tanpa iman, pandangan hidup manusia tidak akan lengkap, karena pada dasarnya, manusia bukan merupakan makhluk yang selalu rasional dan setiap tindakan manusia dalam kesehariannya didasarkan atas kepercayaan bahwa adanya suatu kebaikan tertinggi yang harus diraih yang secara tidak langsung merujuk kepada iman terhadap sesuatu yang dapat dianggap sebagai Tuhan.
ADVERTISEMENT
Bahkan jika dikaitkan dengan Islam, Al-Asy’ari (1397 H: menyatakan: “Islam itu lebih luas dari iman, dan tidak semua yang masuk dalam kategori Islam juga termasuk dalam kategori iman”). Artinya secara padu diperlukan amalan-amalan yang melibatkan aktivitas hati seperti keikhlasan, kesabaran, kerendahan hati dan lain-lain dalam rangka menjalankan rukun Islam. Jika dilihat dari rukun masing-masing, iman merupakan keyakinan di hati, sedangkan Islam dapat berupa aktivitas hati dan di luar hati.
Dengan beberapa definisi tentang keimanan tersebut, kita dapat mengetahui betapa pentingnya iman dalam beragama. Syarat seseorang untuk memiliki iman yang sempurna adalah jika orang tersebut dapat memenuhi 3 unsur keimanan, yaitu menjustifikasi atau dapat meyakinkannya dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan dipertanggungjawabkan dengan tindakan atau perbuatan. Selain itu, Dimensi aqidah keimanan dalam agama menurut Al-Munawar ada empat poinnya, yaitu: Keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan dan entitas kekal yang gaib; Menjalankan hubungan sesempurna mungkin dengan Tuhan sepanjang hidup; Mematuhi serta menghormati segala macam perintah Tuhan; Mengimani hal-hal suci ataupun yang dianggap sakral.
ADVERTISEMENT
B. Ilmu
Selain iman, ilmu merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dari eksistensi manusia. Ilmu, secara alamiah, merupakan suatu yang inheren bagi manusia. Ilmu merupakan pemahaman terhadap sifat dan perilaku hal-hal alam dan pengetahuan yang kita peroleh tentang mereka dan terbukti kebenarannya. Dalam Islam sendiri, ilmu memiliki sifat yang mengikat dan tidak dapat terpisahkan dalam beragama.
Konsep umum yang disebutkan di atas tentang ilmu dapat dikatakan kompatibel dengan Al-Qur'an.
ADVERTISEMENT
Dua poin kunci tentang Al-Qur'an dengan ilmu adalah,
C. Opini Terkait Integrasi Iman dan Ilmu
Iman dan ilmu merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam Islam. Ada suatu interkoneksi antara iman dan ilmu yang sifatnya saling menguatkan. Di mana iman merupakan jalan untuk melihat kebenaran Allah SWT, ilmu sebaliknya menguatkan iman tersebut. Jadi, perdebatan tentang apakah ilmu dan akal itu membutuhkan iman, dalam hal ini nalar dan ilmu itu bukan yang menjadi dasar atas iman, tetapi iman-lah yang menjadi dasar bagi ilmu dan akal. Akal dan ilmu itu bekerja di dalam lingkaran iman, hal tersebut telah dijelaskan berkali-kali dalam Al-Qur’an. Iman-lah yang membentuk suatu makna dari akal dan ilmu yang kita miliki. Sebaliknya, tanpa ilmu kita tidak dapat mempelajari Al-Qur’an, hanya dengan akal dan ilmu yang baik baru kita dapat memahami apa yang Al-Qur’an sampaikan. Upaya untuk memahami Al-Qur'an-lah justru apa peran filsafat yang seharusnya dalam Islam. Dari sini dapat terlihat koneksi antara ilmu dengan iman yang tidak dapat terpisahkan, karena keduanya telah menjadi bagian dari hukum ilahi yang telah diberikan oleh Allah SWT, zat yang Mahakuasa dan maha mengetahui.
ADVERTISEMENT