Konten dari Pengguna

Sosok Mbah Tali yang Disayangi

Dewi Ika Wijayanti
Halo! Saya Dewi, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto.
29 Desember 2024 16:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dewi Ika Wijayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Mbah Tali saat mengobati pasien: Dokumen milik pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto Mbah Tali saat mengobati pasien: Dokumen milik pribadi
ADVERTISEMENT
Mbah Tali, nama yang sungguh asing ketika pertama kali mendengarnya. Maksudnya gimana, orang tua pengrajin tali kah? Pikiran itu yang terjadi di benakku.
ADVERTISEMENT
Cerita ini bermula ketika aku mengalami kecelakan ketika pulang menuju kampung halaman. Niat hati ini berjumpa orang tua dan sanak saudara malah kehendak Tuhan berbeda.
Kecelakan ini membuatku terjatuh ke kanan, sehingga menyebabkan kaki kananku terluka sekaligus membengkak. Sang Bapak langsung membawaku ke Mbah Tali seusai dari klinik membersihkan luka.
Jarak dari Klinik ke tempat Mbah Tali membutuhkan waktu 30 menit lamanya. Hal yang membuatku bingung adalah ini merupakan rumah, bukan tempat praktik dokter yang canggih dengan alat yang mumpuni.
Ini hanyalah rumah, ruang tamu seperti rumah pada umumnya yang dihiasi pigura bacaan arab dan bunga artificial disudut ruangan.
Foto suasana rumah Mbah Tali: Dokumen Milik Pribadi
Aku memilih duduk di bangku panjang kayu dengan cat yang mulai luntur. Selang beberapa menit datang sesosok wanita paruh baya dengan tangan dibalut kain berwarna coklat dengan tersenyum ke arahku.
ADVERTISEMENT
Ku balas dengan senyuman indah dan mengangguk. Beliau menjatuhkan badannya dikursi, tepat disebelah kananku. "Kenapa mba kakinya?" tanya beliau sembari melihat ke arah kaki kananku. "Jatuh bu, kecelakaan tadi" ucapku dengan senyum kecut. Dilanjutkan dengan sedikit bercerita pasal tujuan kami kemari.
Entahlah aku merasa lama sekali menunggu sosok Mbah Tali yang di bicarakan oleh Ibu tersebut. Jujur saja membuatku sangat penasaran.
60 menit berlalu, sosok yang di idam-idamkan datang juga. Dengan balutan mukena berwarna hitam menandakan sang nenek habis dari masjid, disambut dengan ciuman tangan oleh ibu yang disebalahku. Ini adalah Mbah Tali pikirku langsung dan meraih tangannya untuk dicium.
Beliau masuk kedalam rumah untuk berganti dengan pakaian yang nyaman. Tepat berdiri didepanku Mbah Tali langsung menanyakan mengenai apa yang terjadi pada kakiku, tentu menggunakan bahasa Jawa Alus.
ADVERTISEMENT
"Kue nangapa sikile, wis digawa meng dokter urung? nek mengdokter ya kon operasi, tapi nek nang Mbah ya ditaleni bae" ucap beliau berdiri didepan ku dengan membawa beberapa helai tali yang terbuat dari bambu.
Aku dibuat kaget oleh beliau, tiba-tiba saya beliau berjongkok di depanku dan memegang kaki kananku. Hal yang tak terduga terjadi, tiba-tiba saja kakiku yang kaku di tekuk oleh beliau sembari menyuruhku untuk lemas. Bayangkan, kaki kaku dan bengkak tidak bisa menekuk hanya bisa lurus tiba-tiba di tekuk. Rasa sakitnya bukan main, bahkan sampai air mataku pecah dibuatnya.
Namun setelahnya beliau mengikatkan tali yang terbuat dari bambu dengan panjang 1 meter membalut lututku. Sembari mengikat, Mbah Tali berpesan untuk datang kembali pada hari Kamis untuk kontrol. Dan sebelum pulang diberi jeruk nipis dan gula batu yang nantinya diseduh dirumah.
ADVERTISEMENT
Kamis pagi sekitar pukul sepuluh aku dan bapak sampai di rumah Mbah Tali. Aku sangat kaget, bahwasannya banyak sekali pasien yang menemui beliau. Pasien ini mulai dari balita hingga lansia dengan cidera yang bermacam-macam.
Foto Mbah Tali saat mengobati pasien: Dokumen milik pribadi
Mulai dari tangan, kaki, hingga punggung. Pasiennya pun tertib, berbaris layaknya orang mengantre. Disela-sela mengobati pasiennya Mbah Tali sesekali berceramah.
"Wong jenenge lagi di nei ujian ya kudu sing sabar, ikhtiar, karo donga marang Gusti Allah"
Ketika sebagai manusia sedang di beri ujian sudah sepatutnya kita harus sabar, ikhlas, ikhtiar dan selalu berdoa kepada Allah.
Dalam ceramahnya Mbah Tali selalu semangat dan sesekali bertingkah jenaka didepan para pasiennya yang mampu mengundang gelak tawa.
ADVERTISEMENT
Pasien yang datang di rumah Mbah tali ini mungkin ada 50 orang. Mereka baris tertib untuk menunggu giliran. Biaya yang di keluarkan untuk sekali berobat ini seikhlasnya saja lho. Jadi, setiap pasien yang datang akan memberikan kertas putih yang berisi uang kepada Mbah Tali.
Mbah Tali sesekali menceritakan pengalaman beliau yang mana sudah 35 tahun menyembuhkan para pasiennya dengan cidera yang bermacam-macam.
Pasien yang datang biasanya tau Mbah Tali dari mulut ke mulut. Yang di sukai oleh pasiennya adalah pengobatan mbah tali ini tidak perlu operasi, hanya melakukan terapi atau perawatan rutin yang dilakukan oleh Mbah Tali.
Mbah tali juga tak pernah henti-hentinya untuk selalu ikhlas dan berdoa kepada Tuhan agar bisa sembuh. Disini beliau hanya membantu melalui proses perawatan atau terapi secara intensif.
ADVERTISEMENT
Energi positif yang di berikan Mbah Tali kepada pasiennya mampu memberikan kepercayaan dan semangat kepada pasien untuk sembuh.
Oleh karenanya pasien nyaman dengan pengobatan yang dilakukan Mbah Tali, walaupun memang harus bersabar.
Setelah ketiga kalinya saya bertemu Mbah Tali kaki aku mulai terdapat perubahan. Awalnya kaki bagian lutut membengkak besar dan kaku, sekarang sudah mulai mengecil dan mulai dapat menekuk sedikit demi sedikit.
Berkat beliau yang selalu memberikan semangat dan kepercayaan, aku menjadi ikhlas tentang musibah yang menimpaku dan selalu percaya atas mukjizat Allah kepada manusia yang ikhlas dan ikhtiar.