Jonan Khawatir Kelebihan Pasokan Listrik di Pulau Jawa

10 April 2017 10:30 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ignasius Jonan memberikan sosialisasi RUPTL PLN. (Foto: Edy Sofyan/kumparan)
Mayoritas pembangkit listrik yang dibangun PT PLN (Persero) masih terpusat di Pulau Jawa. Hal ini karena populasi di Jawa mencapai sekitar 60 persen dari total penduduk atau sekitar 160 juta jiwa.
ADVERTISEMENT
"Ini kan agak unik. Ini kesalahan perencanaan? Menurut saya enggak. Ini kesengajaan perencanaan. Jawa itu dari awal tidak boleh kelebihan pasokan listrik. Kalau mau lebih di Sumatera atau Kalimantan," kata Menteri ESDM Ignasius pada acara Sosialisasi RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) PLN di Ditjen Ketenagalistrikan ESDM, Jakarta, Senin (10/4).
Adapun inti dari RUPTL ini adalah targetnya diprediksikan pertumbuhan listrik 8,3 persen untuk sepuluh tahun ke depan. RUPTL mendorong pertumbuhan listrik di luar Jawa Bali, dengan target yang akan dicapai 29 Giga Watt (GW) pada 2019 dan 125 GW pada 2025.
Terkait bauran energi, pada 2025 pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi baru terbarukan (EBT) sebesar 22,6 persen atau naik dari target sebelumnya sebesar 19,6 persen. Sementara batu bara ditargetkan 50,4 persen, gas 26,6 persen dan BBM sebanyak 0,4 persen.
ADVERTISEMENT
Jonan menilai, terkait target listrik 19 GW dari pemerintah, pada 2019 PLN harus memiliki minimal pembangkit yang COD (sudah beroperasi) sebesar 70 GW. Pada 2014, tercatat 51 GW yang terpasang.
"Apabila ini semua direalisasi, dan pertumbuhan ekonomi 6 persen atau kurang sampai 2021, itu Jawa akan kelebihan pasokan. Kapasitas terpasang akan oversupply sekurang-kurangnya 5 GW," jelas Jonan.
Untuk itu, Kementerian ESDM akan terus mendorong pembangunan pembangkit di luar Pulau Jawa.
"Kecuali ada perubahan ekonomi, saya tidak akan setuju pembangunan power plant baru, karena pasti berlebih," tutur Jonan.
Adapun untuk mendorong pembangunan pembangkit di luar Jawa, Kementerian ESDM mengarahkan PLN membangun pembangkit mulut tambang di sumber batu bara, dan pembangkit sumur (well head) di sumber gas, yang biasanya banyak terdapat di Sumatera dan Kalimantan.
ADVERTISEMENT
"Ini juga akan mengurangi biaya, sehingga tidak perlu mengirimkan batu bara atau gas dari sumber ke pembangkit," jelas Jonan.