Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
OJK Dorong Investor Ritel Masuk Pasar Saham
12 Agustus 2017 12:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Saat ini pasar domestik maupun global tengah mengalami peralihan dari investor institusional ke ritel. Diharapkan partisipasi investor ritel bisa mendominasi transaksi dan kepemilikan saham di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Demikian disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen dalam acara Capital Market Community Gathering di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Sabtu (12/8).
Investor ritel adalah investor kecil atau individu yang melakukan modal untuk account pribadi mereka.
Hoesen juga mengatakan, investor ritel akan terus maju ke depannya. Apalagi saat ini jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta, memiliki potensi untuk berinvestasi ke pasar saham.
"Ke depan harapan kami partisipasi dari investor ritel Indonesia sebagai investor domestik yang akan mendominasi transaksi dan kepemilikan saham," ujar Hoesen.
Lebih lanjut ia mengatakan, kapasitas buying side investor institusional di Indonesia saat ini hanya Rp 2.000 triliun, sekitar 30 persen dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN), 40 persen dalam bentuk deposito, dan sisanya pada korporasi dan saham.
ADVERTISEMENT
Ia pun mengatakan, pertumbuhan institusi di Indonesia selama lima tahun terakhir sangat lambat, rata-rata per tahunnya hanya 2 institusi. Jumlah ini tentu jauh lebih rendah dibandingkan investor ritel.
"Pertumbuhan 5 tahun terakhir, jumlah institusi yang didirikan seperti dapen (dana pensiun), asuransi, tidak banyak, di bawah 5 insititusi, mungkin rata-ratanya hanya 2 institusi per tahun, tapi fund yang dikelola tidak cepat tumbuh," katanya.
Hoesen mengatakan, pihaknya akan terus mendorong para investor ritel untuk berpartisipasi. Salah satu caranya dengan cara edukasi.
"Selain edukasi kami juga membuat masyarakat Indonesia mempunyai kapasitas menjadi investor. Kalaupun belum punya duit sekarang, tapi sudah tahu, ah nanti beli saham ke depan, jadi wealth management," jelasnya.
ADVERTISEMENT