Indonesia Darurat Kesehatan Mental,WIK Dorong agar Dimasukkan dalam UU Kesehatan

Dewi Sulistiawaty
Content Creator
Konten dari Pengguna
27 Mei 2023 2:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dewi Sulistiawaty tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Indonesia darurat kesehatan mental, WIK dorong agar kesehatan mental masuk dalam UU Kesehatan
zoom-in-whitePerbesar
Indonesia darurat kesehatan mental, WIK dorong agar kesehatan mental masuk dalam UU Kesehatan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia Darurat Kesehatan Mental – Beberapa tahun belakangan ini tindakan kekerasan semakin marak saja terjadi. Mulai dari tindakan perundungan, pemerasan, tawuran, pelecehan, pencabulan, pemerkosaan, KDRT, pembegalan, dan banyak lagi yang lainnya. Tak hanya membuat korban terluka, tindakan kekerasan yang terjadi tak jarang membuat korban mengalami trauma, kehilangan semangat hidup, cacat seumur hidup, dan bahkan meninggal dunia. Mirisnya, tindakan kekerasan ini banyak dilakukan oleh pelaku anak atau remaja.
ADVERTISEMENT
Perilaku seperti ini dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang dan gangguan kesehatan mental. Ditambah lagi jenis gangguan kesehatan mental lainnya, seperti flexing, narsis, dan juga intimidatif. Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, dan akhirnya mendorong Komunitas Wanita Indonesia Keren (WIK) untuk merekomendasikan agar kesehatan mental dimasukkan ke dalam Undang-Undang Kesehatan dan Undang-Undang Kesehatan Ibu dan Anak. Hal ini disampaikan oleh Maria Ekowati selaku Ketua Wanita Indonesia Keren di Beautika Restoran, Jakarta pada hari Jumat, 26 Mei 2023.
Wanita Indonesia Keren dorong pemerintah agar kesehatan mental masuk dalam UU Kesehatan
Menurut Maria, saat ini Indonesia sedang menghadapi darurat kesehatan mental. Berbagai fenomena kekerasan yang terjadi belakangan ini harus mendapatkan perhatian khusus, dan porsi yang cukup dalam pembahasan RUU Kesehatan dan RUU Kesehatan Ibu dan Anak. Dengan begitu nantinya penanganan kesehatan mental dapat memiliki kekuatan hukum, karena selama ini penanganan kesehatan mental lebih dominan pada tahap kuratif, dan belum dimulai dari tindakan preventif atau pencegahan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh Indonesia-National Adolescent tahun 2022, ditemukan bahwa 1 dari 3 remaja Indonesia memiliki satu masalah kesehatan mental, 1 dari 20 remaja memiliki satu gangguan mental, dan 15,5 juta (34,9%) remaja mengalami masalah mental sedang, dengan gangguan yang paling banyak dialami adalah dalam bentuk kecemasan. Dari survei tersebut ditemukan juga bahwa 1 dari 2 masyarakat Indonesia merasa dirinya memiliki masalah kesehatan mental. Hasil survei ini menunjukkan bahwa hampir 52% orang Indonesia mengalami masalah kesehatan mental.
“Data-data ini sangat memprihatinkan, dan menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada dalam kondisi darurat kesehatan mental, sehingga harus segera mendapat penanganan serius dari pemerintah. Penanganan kesehatan mental harus dilakukan hingga ke tingkat komunitas. Jika masyarakat mengalami gangguan terhadap kesehatan fisiknya, mereka sudah tahu harus pergi dan berobat kemana. Namun untuk gangguan emosi yang berkelanjutan, sebagai salah satu indikator gangguan kesehatan mental, masih banyak yang bingung berkonsultasi kemana,” ungkap Maria.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Maria yang berlatarbelakang pendidikan psikologi tersebut menyampaikan bahwa layanan kesehatan mental, idealnya menjadi satu dengan layanan kesehatan fisik, dan tidak dipisahkan seperti saat ini dengan adanya rumah sakit jiwa. Harus ada desain layanan kesehatan mental di rumah sakit umum dan rumah sakit daerah, baik milik pemerintah maupun swasta. Begitupula dengan Puskesmas dan Posyandu.
Selain itu, edukasi mengenai kesehatan mental juga perlu dilakukan secara masif pada masyarakat, paling tidak bisa mencapai tahapan skrining atau deteksi dini. Mengingat stigma di masyarakat bahwa masalah kesehatan mental merupakan sebuah aib yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini membuat masyarakat enggan datang ke psikolog untuk berobat. Jika gejala awal dari gangguan mental ini tidak mendapatkan penanganan serius, maka akan berpontesi berlanjut pada gangguan jiwa akut.
ADVERTISEMENT

Perlunya Pendekatan Berbasis Ilmiah

Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK selaku Praktisi Kedokteran Komunitas dan Ketua Health Collaborative Center mengatakan bahwa masalah kesehatan mental berbeda dengan masalah kesehatan fisik, seperti stunting yang dapat dilihat secara kasat mata. Untuk itu diperlukan pendekatan berbasis ilmiah yang kuat agar tingkat keberhasilan bisa lebih besar dan terukur.
“Perlu ada konstruksi ilmiah untuk formula promosi kesehatan mental di komunitas. Kami dan Wanita Indonesia Keren nanti akan membantu merekomendasikan pada pemerintah agar bersama-sama bermitra, untuk membuat konsensus ahli secara nasional, melakukan penelitian kesehatan mental berskala besar, dan yang paling penting adalah menegakkan model edukasi dan promosi kesehatan mental yang bisa diterima oleh masyarakat, agar masyarakat mengerti saat ada masalah, apa dampaknya, dan siap menerima edukasi apapun dari pemerintah dan dari komunitas, seperti Wanita Indonesia Keren,” ujar Dr. Ray.
ADVERTISEMENT

Kesehatan Mental Perlu Perhatian Sejak Anak Usia Dini

Pada tahun 2018, WHO pernah menyatakan bahwa masalah kesehatan mental yang dialami orang dewasa sudah terbentuk sejak masa usia dini. Permasalahan kesehatan mental yang tak kunjung mendapat penanganan di masa anak, akan berlanjut hingga anak tersebut beranjak dewasa. Untuk itulah mengapa kesehatan mental anak membutuhkan perhatian dari orang tua atau keluarganya, dan bahkan semua pihak pun perlu ikut memberikan dukungan terhadap permasalahan ini.
Terdapat beberapa indikator yang dapat menyebabkan anak berpotensi mengalami masalah kesehatan mental, diantaranya orang tua dengan pengetahuan parenting yang tidak memadai, orang tua yang juga mengalami masalah kesehatan mental, serta rendahnya akses layanan kesehatan mental. Hal inilah yang kemudian mendorong Wanita Indonesia Keren untuk melakukan edukasi publik secara masif, dan memastikan masyarakat mengerti bahwa kesehatan fisik harus dibarengi dengan kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Untuk selanjutnya, Wanita Indonesia Keren ingin memberikan dukungannya pada pemerintah agar mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada kesehatan mental, menggalakkan edukasi dan promosi tentang kesehatan mental sejak dini, serta mengajak masyarakat untuk Bersama-sama mengkampanyekan promosi kesehatan mental.
“Jangan biarkan cita-cita pembangunan manusia Indonesia menuju bonus demografi 2045 berpontesi terhalang masalah kesehatan mental remaja, termasuk pada populasi anak dan perempuan,” pungkas Maria.