Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Konten dari Pengguna
Filsafat Dialektika Hegel dalam Seni Musik
14 Desember 2020 9:51 WIB
Tulisan dari dewi vina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Karya seni merupakan pembahasan yang sangat menarik untuk diulas. Dengan seni setiap manusia memberikan ekspresi jiwa dengan sangat indah. Pemikiran tentang seni secara umum dipandang sebagai sebuah simbolik, ekspresi diri, memanipulasi suatu objek, atau sebagai suatu kesan pesan tertentu. Kesemuanya adalah suatu wujud gambaran-gambaran tentang realitas dan penglihatan dunia dan dihadirkan melalui sebuah karya.
ADVERTISEMENT
Seni tidak dapat diproduksi atau reproduksi oleh alam, akan tetapi seni lahir melalui campur tangan manusia sehingga memiliki daya artifisial (Wiryomartono, 2001). Seni tidak dibuat secara alami, melainkan terciptanya seni dimaksudkan untuk kehidupan manusia itu sendiri. Maka seni merupakan sesuatu yang artifisial dan bukan dari alam, meskipun kebanyakan sumbernya berasal dari alam. Sejarahnya seni sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Bahkan bisa dibut jika seni sudah muncul dan tumbuh bersama dengan kehadiran manusia di dunia. Manusia dan seni keberadaannya tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, adanya manusia mempengaruhi adanya seni, tanpa adanya manusia tidak aka nada seni di dunia ini.
Sejarah seni sendiri memiliki perjalanan yang sudah cukup panjang. Banyak mengalami perubahan-perubahan dan pergeseran. Banyak perubahan dalam hal tujuan seni maupun hakikatnya. Hal ini sejalan dengan kemajuan peradaban dan intelektualitas manusia dalam segala bidang. Pada mulanya seni memiliki tujuan yang erat akan kebutuhan rohani yakni dengan suatu keyakinan yang bersifat magis dan keindahan alam. Hal tersebut dituangkan dalam seni sebagai wujud ketaatan. Hal tersebut tergambar dalam kesenian zaman Yunani Kuno. Maka dapat dipahami bahwa sesengguhnya seni mengandung nilai-nilai spiritual dan metafisik.
ADVERTISEMENT
Salah satu seni yang kental dalam kehidupan manusia yaitu seni musik. Musik sudah sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Seni musik juga memiliki sejarah yang panjang. Memiliki beberapa pembagian zaman dalam perkembangannya. Periodesasi dari sejarah musik yaitu: zaman Yunani Kuno (6000 SM-500 SM), Abad Pertengahan (500 SM-1200 M), Renaisan (Abad 13-16 M), Barok (Abad 17 M), Klasik (Abad 18 M), Romantik (Abad 19 M), dan Modern (Abad 20 – sekarang).
Menurut Hegel, Mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri dalam alam (Hadiwijono, 1991). Hakikat roh itu sendiri adalah ide atau pikiran. Ide mutlak adalah Illahi, sedangkan ide berfikir adalah gerak (kerja). Hegel merupakan sosok yang sangat mementingkan ratio. Hal tersebut tergambar jelas dalam dalil Hegel yang berbunyi “Semuanya yang real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real” (Bertens, 1990).
ADVERTISEMENT
Ide atau pemikiran inilah yang dimaksud oleh Hegel dengan roh yang membuat kita sadar akan diri. Kesadaran inilah yang membuat Hegel cenderung dapat mengutamakan perasaan, hal ini dapat kita temukan dalam aliran Romantik di Jerman. Pada periode Romantik inilah nantinya karya-karya seni musik terpengaruh oleh pemikiran para filsuf, khususnya musik-musik Gereja. Pandangan Hegel terhadap negara masih berkaitan dengan filsafat roh, yaitu roh objektif dan roh subjektif. roh objektif berkaitan dengan hukum dan kesusilaan, dan ajaran ini biasa disebut dengan etika. Sedangkan roh subjektif berkaitan dengan pribadi diri sendiri.
Karya Hegel yang terkenal dalam bidang filsafat yaitu filsafat dialektika. Metode dialektika dalam menjabarkan selalu mengandung tiga unsur, yaitu tesis, antitesis, dan sintesis. Selain fokus pada metode dialektika, karya Hegel juga secara tidak langsung juga menyinggung soal agama dan kesenian. Khususnya bidang kesenian musik, Hegel berpandangan bahwa pada dasarnya manusia dianggap sebagai makhluk yang kosong. Musik sebagai bentuk media perlambang bunyi yang sangat mengasikan untuk mengisi manusia, karena dengan musik manusia seolah-seolah menemukan dirinya kembali (Suhardjono, 1983). Tentang dialektika ruang dan waktu, musik lahir dalam bahasa bunyi dalam waktu yang kemudian melahirkan permainan ritme dan membawa manusia ke dalam ruang kenyataan, karena dalam permainan ritme ini pula manusia meruang dalam arti hidup yang sebenarnya. Hegel menyebutkan bahwa dalam proses dialektika musik terdapat koinsidensi antara yang ada dan tiada, kemudian akan membentuk sintesis yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Konsepsi Hegel tentang seni secara khusus sudah tertuang dalam buku Hegel: On The Art (1979). Buku tersebut merupakan terjemahan dan ringkasan dari bukunya yang berjudul Aesthetics or the Philosophy of Fine Art. Hegel percaya bahwa filsafat, agama, dan seni sebagai tiga pilar yang menjadi cara untuk memahami sebuah absolut. Hegel berpendapat bahwa keindahan adalah sebuah rasionalitas yang diwujudkan dalam bentuk dan dapat diamati oleh indra, perwujudan riil yang terjadi dalam seni yaitu: Simbolis, Klasik, dan Romantik. Akan tetapi seni romantis dianggap lebih unggul dari seni yang lainnya, karena merupakan perluasan dari kesadaran diri dan menentukan gerakan signifikan ke arah pengembalian kesadaran diri pikiran sebagai keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Jika melihat filsafat dialetika yang dikemukakan oleh Hegel, maka dapat ditarik benang merah pada eksistensi musik. Eksistensi bunyi dan waktu dalam diri manusia menunjukkan bahwa keindahan musik tidak hanya terletak pada harmoni dan melodi, akan tetapi juga pada dialektika bunyi dalam waktu yang membentuk permainan ritme dalam diri manusia. Perkembangan musik di zaman romantik yang lekat dipengaruhi oleh faham rasionalisme subjektif, hal ini menunjukkan bahwa adanya suatu kekuatan untuk mengungkap rahasia hidup baik melalui alam, manusia, dan Tuhan. Artinya di dalam kesenian (musik) nampak akan adanya roh subjektif dan roh objektif yang telah didamaikan dalam keselarasan yang sempurna, sehingga tampak juga ide mutlak dalam kejelasan yang sempurna. Seperti yang sudah dikemukakan, bahwa dalam roh objektif terdapat ketegangan-ketegangan antara roh subjektif (tesis) dan roh objektif (antitesis) yang belum ditiadakan, sehingga terdapat ketegangan-ketegangan antara individu dengan masyarakat. Ketegangan-ketegangan ini mampu didamaikan melalui berkesenian (sintesis).
ADVERTISEMENT
Sumber:
Bertens, K. 1990. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Hadiwijono, Harun. 1991. Sari Sejarah Filsafat Barat-2. Yogyakarta: Kanisius.
Suhardjono. 1983. Estetika Musik. Depdikbud, Dikmenjur, Proyek Pengadaan Buku Dikmenjur.
Sunarto. ____. Seni Yang Absolut Menurut G.W.F. Hegel (1770-1831). Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang.
Wiryomartono, Bagoes P. 2001. Pijar-Pijar Penyingkap Rasa: Sebuah Wacana Seni dan Keindahan dari Plato sampai Derrida. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Yuwono, Praktik Hari. _____. Sejarah Seni Musik. Kementerian Pendidikan dan Budaya.
__________. 1979. Hegel: On the Arts (Selections from G.W.F. Hegel, Aesthetics or The Philosiphy of Fine Art). Arbridged and Translated with and introduction by Henry Paolucci. New York: Frederick Ungar Publishing Co.
__________. 2014. Perkembangan Musik Dunia. Pemerintah Kabupaten Pati.
ADVERTISEMENT