Ancaman Perubahan Iklim pada Bioma Terestrial

Dewi Yuliana
Mahasiswa Tadris Biologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
5 Juni 2022 21:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dewi Yuliana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar hutan. Sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar hutan. Sumber: Pixabay
Ilustrasi sabana. Sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sabana. Sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suhu rata-rata permukaan bumi yang semakin meningkat menyebabkan perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, yang pada akhirnya mengubah pola iklim dunia. Peristiwa ini dikenal dengan istilah Perubahan Iklim. (Meiviana, 2004)
ADVERTISEMENT
Bioma terestrial sangat dipengaruhi oleh iklim, terutama suhu dan curah hujan. Bila dalam dua daerah memiliki iklim yang mirip, tipe bioma yang sama mungkin ditemukan pada keduanya.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat, memudahkan manusia untuk melakukan apa saja dalam waktu yang relatif lebih singkat, salah satunya dalam bidang agrikultur dan pembangunan. Kini, banyak lahan hutan yang dihuni oleh manusia dengan lapisan aspal dan semen, serta banyak lahan hutan yang digunduli atas nama agrikultur. Dengan hal itu, tidak menutup kemungkinan terciptanya penyakit-penyakit baru dan dapat menyebabkan polusi bagi kehidupan. Selain itu, perubahan iklim menyebabkan peningkatan kadar karbon dioksida yang menjadikan banyak spesies hewan tidak mampu bertahan hidup dan akan mengganggu struktur penyusun dari ekosistem suatu bioma.
ADVERTISEMENT
Berbagai dugaan mengacu pada akibat yang lebih besar di masa depan. Setiap manusia meninggalkan jejak karbon di udara. Oleh karena itu, kita bertanggung jawab untuk mengurangi dan menghilangkan sebagian emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas kita sendiri.
Dalam kasus lain, menurut Algore dalam buku Earth in The Balance menjelaskan bahwa, perubahan iklim terjadi di hutan Amazon yang menyebabkan biodiversitas dari beberapa burung mengalami penurunan jumlah. Berkurangnya biodiversitas dari suatu spesies berbanding lurus dengan meningkatnya populasi manusia. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa penurunan biodiversitas meningkat sejak revolusi industri yang terjadi di dunia.
Perubahan iklim juga menyebabkan pergeseran musim dan mengganggu sistem hidrometeorologi. Hal ini, sering menjadi sebab terjadinya bencana-bencana yang memberi dampak negatif seperti, penurunan lahan akibat ketidakseimbangan lingkungan, kerusakan ekosistem tertentu yang berakibat mengancam populasi organisme di ekosistem tersebut, serta dapat menjadi salah satu sebab kebakaran hutan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan IPCC tahun 2019, manusia menyumbangkan sekitar satu derajat celcius pemanasan global di atas tingkat pra-industri. Jika pemanasan ini terus meningkat, derajat pemanasan kawasan Asia Tenggara diklaim akan mencapai pada rentang satu setengah sampai dua derajat celcius. Suhu maksimal pada waktu siang mencapai tiga sampai empat derajat celcius, di mana hal ini juga akan memengaruhi struktur tanah pada suatu bioma, terutama bioma terestrial.
Setiap organisme, hewan ataupun tumbuhan yang menempati suatu bioma, tentu memilki preferensi yang beragam untuk mencapai fungsi hidup yang maksimal. Jika suatu organisme tidak dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi, maka kemungkinan besar keanekaragaman dari organisme ini akan menurun yang juga berakibat pada ketidakseimbangan jaring-jaring makanan di dalam ekosistem tersebut, dan pada akhrinya, akan berdampak pula bagi kehidupan manusia di masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT