Konten dari Pengguna

Healing Forest: Alternatif Gaya Hidup dalam Era Positive Vibes

Dewi Ratna Kurniasari
Peneliti pada Pusat Riset Kependudukan BRIN
5 November 2024 10:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dewi Ratna Kurniasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keindahan panorama Curug Bengkawah di Kabupaten Pemalang (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
zoom-in-whitePerbesar
Keindahan panorama Curug Bengkawah di Kabupaten Pemalang (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman website Kemenparekraf “empat tren pariwisata 2024 yang diprediksi dapat mendatangkan kunjungan dan pergerakan wisatawan, yakni Bleisure/business and leisure, Wellness Experience/wisata untuk kesehatan, Deep and Meaningful, dan Set-Jetting”.
ADVERTISEMENT
Healing Forest sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat perkotaan yang merindukan suasana yang nyaman, tenang, serta mencari inspirasi dan merefresh kepenatan.

Konsep Shinrin Yoku

Kotera & Fido (2022) menceritakan dalam artikel jurnal berjudul "Effects of Shinrin-Yoku Retreat on Mental Health: a Pilot Study in Fukushima, Japan" bahwa Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang telah meluncurkan konsep terapi yang memanfaatkan hutan untuk kesehatan pada tahun 1982 dengan nama Shinrin Yoku atau yang biasa dikenal dengan sebutan forest bathing atau forest theraphy.
Konsep ini semakin populer berbagai negara, termasuk di Indonesia. Suatu metode alternatif untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental sambil menikmati alam. Suatu upaya untuk meningkatkan kesehatan dengan memadukan keseimbangan interaksi antara manusia dan alam. Aktivitas ini pada beberapa penelitian dipercaya mampu meningkatkan kesehatan, menurunkan stress dan tekanan darah manusia.
Tegakan pohon penghasil oksigen di sekitar sungai Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
Di tengah hiruk pikuk kehidupan perkotaan dan rutinitas pekerjaan yang cukup menguras energi dan pikiran kadang kala membuat seseorang mengalami rasa jenuh, penat bahkan mengalami demotivasi. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan upaya untuk mengurangi tekanan yang ada.
ADVERTISEMENT
Kegiatan berada di tengah alam yang indah dan membaurkan diri untuk berinteraksi dengan alam sekitar, menikmati keindahan alam, panorama, merasakan udara dan air bersih yang sejuk, serta mendengarkan gemericik air, kicauan burung, serangga dan hewan liar lainnya di alam bebas merupakan aktivitas yang cukup menenangkan jiwa.
Salah satu daya tarik wisata alam terbatas pengamatan satwaliar di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
Dikutip dari media online Media Indonesia (2021), peserta Kryative Inovation Award 2021 dari Indonesia meraih Grand Award atas inovasi yang diusungnya yaitu Indonesia Virtual Healing Forest “sebuah ruang kontrol yang memanfaatkan teknologi pengindraan yang dapat memantik sensasi relaksasi.
Sensasi yang didapat berasal dari lima panca indra manusia, yakni penglihatan, suara, aroma, rasa, dan sentuhan”. Hal ini menunjukkan bahwa potensi wisata alam dalam rangka untuk terapi kesehatan ke depan dapat diintegrasikan melalui platform digital dan teknologi yang lebih canggih, mudah digunakan dan ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT

Standar Acuan Penerapan Healing forest

Badan Standardisasi Nasional telah menerbitkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 9006:2021 tentang Wisata Hutan Untuk Terapi Kesehatan. Dalam SNI tersebut tercantum bahwa aktivitas di ekosistem hutan dengan karakteristik biofisik yang memiliki fungsi, jasa dan manfaat kesehatan bagi manusia di dalam ruang ekosistemnya.
Orientasi aktivitas healing forest dalam SNI tersebut dikategorikan menjadi enam, yaitu healing forest untuk: (1) promotif (peningkatan kesehatan), (2) preventif (pencegahan penyakit), (3) kuratif (penyembuhan penyakit), (4) rehabilitatif (pemulihan), (5) preservatif (pemeliharaan kesehatan) dan (6) paliatif (penyembuhan penyakit berisiko tinggi).
Dijelaskan dalam SNI tersebut bahwa pelaksanaan kegiatan wisata hutan untuk terapi kesehatan (healing forest) harus menganut empat prinsip utama, yaitu prinsip akademis, prinsip tanggung jawab profesionalisme, prinsip kehati-hatian dan prinsip connecting people to nature.
ADVERTISEMENT

Tren Positive Vibes dan Mindfulness

Pada beberapa platform media sosial seringkali muncul video dan quotes inspirasi dan motivasi pengembangan diri dalam menghadapi tantangan hidup. Beberapa konten yang muncul menyajikan motivasi yang positif, hingga muncul tren terminologi positive vibes dan mindfulness.
Dilansir dari media online IDN Times (2022), positive vibes terkait dengan orang-orang yang senantiasa memancarkan pengaruh positif kepada lingkungan sekitarnya. Tentunya untuk memunculkan aura positif dalam diri seseorang dibutuhkan upaya-upaya untuk membangun kapasitas diri yang lebih baik, melalui faktor internal maupun eksternal.
Dan Crown (2024) dalam bukunya yang berjudul Good Vibes, Good Life: Tips for a better Daily Life menjelaskan tentang definisi mindfulness, yaitu “Mindfulness is the practice of intentionally focusing your attention on the present moment—and accepting it without judgement” yang bermanfaat untuk mengurangi stres, meningkatkan pengaturan emosi, meningkatkan fokus dan konsentrasi, meningkatkan ketahanan tubuh.
ADVERTISEMENT
Ia juga menjabarkan beberapa teknik mindfulness yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu: mindful breathing, progressive muscle relaxation, mindful eating dan mindful walking. Teknik yang terakhir—mindful walking, dijabarkan berupa berjalan secara rutin untuk merasakan lingkungan dan alam. Teknik ini sesuai dengan konsep terapi kesehatan di hutan (healing forest).

Manfaat Healing Forest

Dikutip dari berbagai sumber, banyak hal positif yang dapat dilihat dari kegiatan terapi kesehatan pada healing forest. Jika ditelisik dari manfaatnya, kegiatan ini memiliki beberapa manfaat yang baik, di antaranya yaitu: (1) meningkatkan kesehatan mental dan fisik bagi pengunjung. Healing forest sebagai alternatif daya tarik wisata alam, yang menawarkan pengalaman bagi wisatawan untuk berinteraksi dengan alam dan perlahan mengurai stres, dengan memperlihatkan kepada pengunjung bahwa alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa mampu memberikan efek ketenangan secara psikologis; (2) membangun ekonomi lokal, melalui pelibatan masyarakat sekitar hutan dalam menyediakan jasa yang terintegrasi dengan aktivitas terapi alam; dan (3) keberlanjutan lingkungan, dengan meningkatnya kesadaran pengunjung terhadap pentingnya keberadaan hutan dengan beragam nilai tangible dan intangible maka diharapkan kelestarian hutan dan ekosistemnya dapat semakin terjaga.
ADVERTISEMENT
Jika ketiga hal ini dapat dijaga keseimbangannya, diharapkan ke depan lingkungan ekosistem hutan semakin terjaga dan lestari. Ekosistem yang sehat di mana terjadi hubungan timbal balik antara faktor biotik dan abiotik. Seluruh elemen mulai dari makhluk hidup, air, udara, sinar matahari, tanah dan lainnya saling berinteraksi.
Sehingga tercapai keseimbangan antara tiga aspek penting yaitu: aspek sosial, peningkatan kesehatan masyarakat, aspek ekonomi yaitu peningkatan pendapatan objek wisata alam dan aspek ekologi yaitu kelestarian lingkungan hidup.
Udara yang sejuk dan air yang bersih di sungai Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak menciptakan suasana yang tenang dan nyaman (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
Merujuk pada beragam manfaat yang diperoleh dari healing forest tersebut, diharapkan aktivitas berwisata alam dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan dapat menjadi salah satu alternatif gaya hidup masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan dalam era terminologi positive vibes dan mindfulness.
ADVERTISEMENT