Konten dari Pengguna

Silase: Solusi Ekonomis Keterbatasan Rumput Segar Pakan Domba dan Kambing

Dewi Ratna Kurniasari
Peneliti pada Pusat Riset Kependudukan BRIN
10 November 2024 14:54 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dewi Ratna Kurniasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menghadapi keterbatasan lahan dan jumlah pakan rumput hijauan segar (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
zoom-in-whitePerbesar
Menghadapi keterbatasan lahan dan jumlah pakan rumput hijauan segar (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)

Mengenal silase lebih dekat

ADVERTISEMENT
Mungkin tidak semua orang mengerti apa itu silase. Namun bagi pecinta domba/kambing dan pelaku dalam dunia peternakan modern, silase merupakan "dewa penolong" di tengah semakin sulitnya mencari pakan segar. Menurut Mulia et al (2024) dalam artikel yang terbit pada Jurnal Pengabdian Masyarakat Nauli, silase dapat menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan stok pakan ternak pada saat musim kemarau.
Silase pakan ternak domba/kambing (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
Mengutip dari laman web Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa, Kementerian Pertanian (2022) mengenai definisi silase yaitu "Silase merupakan pakan hijauan ternak yang diawetkan yang disimpan dalam kantong plastik yang kedap udara atau silo, drum, dan sudah terjadi proses fermentasi dalam keadaan tanpa udara atau anaerob. Proses silase ini melibatkan bakteri-bakteri atau mikroba yang membentuk asam susu, yaitu Lactis Acidi dan streptococcus yang hidup secara anaerob dengan pH 4."
ADVERTISEMENT

Terbatasnya ruang tumbuh hijauan pakan segar

Apakah masih tersisa ruang hidup untuk rumput pakan ternak di kota besar maupun pinggiran kota? Peningkatan jumlah penduduk, memberikan tantangan tersendiri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal. Namun bagaimana jika ingin memelihara domba/kambing sebagai hobi atau bisnis? Jangankan di kota-kota besar, di pinggiran kota saja saat ini sulit ditemukan area lahan luas yang dapat ditanami rumput sebagai bahan pakan segar untuk ternak. Bangunan-bangunan pencakar langit di kota besar sudah memenuhi setiap jengkal wilayah, baik itu gedung perkantoran, mall, hotel maupun apartemen.
Kepadatan bangunan pencakar langit dan perumahan di kota besar (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
Bangunan perumahan yang memiliki halaman luas hanya terdapat pada titik-titik tertentu, biasanya berada pada kawasan elite dengan harga menjulang. Sementara di pinggiran kota, pembangunan perumahan tipe cluster dengan luas lahan terbatas banyak dilakukan untuk menjangkau konsumen dengan daya beli yang relatif lebih rendah. Pembangunan tersebut memperkecil ruang bagi pengarit rumput mencari pakan segar untuk ternak. Keterbatasan pakan segar menjadi tantangan utama bagi peternak dan hobiis domba/kambing. Sementara hewan ternak tersebut membutuhkan pakan yang tersedia sepanjang waktu.
ADVERTISEMENT

Silase vs pakan segar

Dalam suatu kesempatan, penulis mewawancarai Pak Eka, salah satu satu pemilik domba di Kabupaten Bogor yang memanfaatkan silase untuk memenuhi kebutuhan pakan peliharaannya. Dalam wawancara singkat tersebut diketahui bahwa tujuannya memelihara domba masih sebatas hobi karena putrinya sangat menyukai domba. Domba yang dipelihara saat ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu domba cross merino, domba garut dan domba lokal.
Iapun bercerita, bahwa pada awal memelihara domba, kebutuhan pakan dipenuhi dengan pakan hijauan segar berupa rumput gajah serta daun pisang dan daun kaliandra sebagai selingan. Karena bukan peternak, dan masih bekerja mengikuti ketentuan jam kantor, Ia mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pakan dombanya. Sehingga membeli rumput dari pengarit rumput sekitar 2-3 kali dalam seminggu.
Pemberian pakan hijauan segar pada anakan domba cross merino (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
Pada saat cuaca sangat terik, kondisi stok rumput yang tersisa menjadi layu dan kering, sehingga kurang baik untuk diberikan pada domba. Selain itu, pengarit rumputpun mulai mengeluhkan berkurangnya hijauan segar karena musim kemarau dan lokasi tempat mengarit yang terbatas. Pak Eka kemudian bergabung ke dalam komunitas hobiis domba, dalam percakapan dalam komunitas tersebut akhirnya ia menemukan ilmu baru dalam memberikan pakan yang awet dan disukai oleh domba, yaitu silase.
ADVERTISEMENT
Silase memiliki aroma yang khas yaitu asam, karena merupakan hasil dari fermentasi. Menurut Pak Eka, setelah diberikan pakan silase, domba-domba peliharaannya semakin cepat besar dan nafsu makannya meningkat. Bahkan menurutnya silase meminimalisir bau kotoran domba "setelah diberi silase, bau kotoran domba jauh berkurang, tidak seperti ketika diberi pakan segar" ujarnya penuh semangat. Pemberian pakan domba harian dikombinasi dengan kulit singkong dan setiap akhir pekan diberi rumput pakan segar.
Pemberian pakan silase pada anakan domba sebagai pakan utama (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
Menurut Pak Eka, silase sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dombanya. Iapun menyatakan bahwa silase memiliki keunggulan diantaranya: 1) dapat disimpan lebih lama dibandingkan pakan segar, 2) kandungan nutrisi lebih lengkap, dan 3) lebih efisien dari segi waktu dan biaya. Hal ini sangat penting, karena hewan ruminansia itu memerlukan pakan yang tersedia sepanjang waktu dalam kotak pakannya. Pakan silase ia peroleh dari produsen silase yang berlokasi di daerah Parung, Kabupaten Bogor.
ADVERTISEMENT

Produksi silase mendulang cuan

Mengikuti metode penelitian dalam tulisan Parker, Scott dan Geddes (2019) berjudul "Snowball Sampling" yang diterbitkan oleh SAGE Publications Ltd, diketahui bahwa metode teknik pengumpulan data menggunakan pendekatan snowball sampling sering digunakan pada penelitian kualitatif. Tulisan tersebut menjelaskan bahwa metode ini sudah diperkenalkan sejak lama, contoh referensi yang ia adopsi adalah tulisan Howard Becker tahun 1963 berjudul "Outsiders: Studies in the Sociology of Deviance".
Penulis kemudian mengunjungi salah satu produsen silase di daerah Parung, tepatnya di Desa Curug, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Pemiliknya, Pak Jaatsiya Insan baru mulai merintis usaha sejak 3 bulan yang lalu, dengan tujuan untuk menyediakan alternatif pakan ternak dan membantu mengatasi kendala yang dihadapi peternak pada saat musim kemarau. Dalam sekali produksi dapat menghasilkan 4-5 kuintal silase. Ia dibantu dua tenaga produksi yaitu Pak Rahman dan Pak Mudi. Jika permintaan silase agak tinggi Ia mengajak Pak Syaikhon untuk membantunya.
ADVERTISEMENT
Customer bersama pemilik dan Tim Produksi silase pada lahan yang ditanami bahan baku silase (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
Pak Jaatsiya menjabarkan, jika bahan baku sudah tersedia, hanya dibutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk memproduksi silase dengan tahapan: 1) mencacah bahan baku dengan mesin pencacah (chopper), 2) mencampur bahan-bahan yang telah dicacah dengan konsentrat dan molase, dan 3) penyimpanan dalam plastik/wadah yang kedap udara, kemudian ditunggu selama 7-14 hari.
Pak Jaatsiya, menerangkan teknik pembuatan silase dengan kemasan plastik dan drum (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
Walaupun usaha baru dirintis, Pak Jaatsiya telah membuktikan peningkatan omzet yang dihasilkan, yaitu pada bulan kedua meningkat 3x lipat dari bulan pertama. Perlahan demand silase semakin bertambah, yaitu sekitar 2 ton/minggu. Distribusi semakin meluas, saat ini pengiriman silase ke daerah Jakarta, Bogor dan Bekasi.
Pengiriman dapat dilakukan oleh tim Pak Jaatsiya maupun diambil sendiri oleh pembeli. Saat ini harga jual silase Rp1.500 per kilogram, tidak ada pembelian minimal dan belum termasuk ongkos kirim. Biasanya silase dikemas dalam plastik tebal transparan berukuran 35 kg. Namun demikian, hal tersebut dapat disesuaikan jika ada permintaan dari customer untuk menyiapkannya dalam wadah lain seperti drum besar tertutup.
Silase dalam kemasan plastik berukuran 35 kg (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
Teknik membuat silase Pak Jaatsiya pelajari dari saudaranya yaitu Pak Nungki. Memanfaatkan bahan-bahan diantaranya: 60% rumput (rumput odot, rumput pakchong dan rumput rawa), 30% rambanan (daun nangka, daun singkong, daun lamtoro), dan 10% konsentrat. Untuk menghasilkan silase yang siap jual, diperlukan minimal 10 hari untuk menyempurnakan proses fermentasi, namun menurutnya untuk menghasilkan silase dengan kandungan nutrisi yang cukup dibutuhkan waktu minimal 14 hari. Silase merupakan pakan ternak yang dapat disimpan cukup lama "Jika disimpan dalam kondisi tertutup rapat dan ada naungan, silase dapat tahan hingga 3-4 bulan" ujar Pak Jaatsiya.
ADVERTISEMENT
Sebelum memulai usaha produksi silase, ia memiliki 14 ekor kambing dan 11 ekor domba. Iapun memberikan silase yang diproduksinya untuk memberi pakan ternaknya, sekaligus ingin melihat dampak pemberian silase pada ternak. Bagi Pak Jaatsiya usaha silase yang dirintisnya merupakan harapan sebagai sumber cuan (income). Ia sangat optimis untuk mengembangkan usaha ini kedepannya, terutama meningkatkan kapasitas produksi untuk mencapai target memenuhi kebutuhan permintaan customer menjelang hari raya Qurban.
Bersama Tim produksi silase di tempat pembuatan silase (photo credit: Dewi Ratna Kurniasari)
Produsen silase saat ini semakin bertambah dengan semakin meningkatnya informasi mengenai silase diantara peternak milenial. Kebutuhan akan pakan silase membuat usaha ini menjadi potensial bagi pelaku usaha untuk menyediakan pakan bernutrisi yang tahan lama. Karena silase dapat menjadi alternatif bagi peternak milenial atau hobiis domba/kambing dalam memenuhi kebutuhan pakan peliharaannya. Mengingat pentingnya menghasilkan produk silase yang berkualitas dan bernutrisi yang tepat bagi hewan ternak, dibutuhkan pendampingan dan pelatihan dari pemerintah, khususnya kementerian terkait dan para pelaku usaha silase yang sudah berhasil untuk dapat melakukan sharing knowledge, sehingga para pelaku usaha yang baru merintis dapat menimba ilmu dalam menghasilkan produk yang baik bagi kesehatan hewan ternak domba/kambing.
ADVERTISEMENT