Konten dari Pengguna

Berdaya Ekonomi Melalui Bank Sampah-Sebuah Cerita Inisiatif Ekonomi Hijau

Dewi Kurniaty
Saat ini aktif sebagai Dosen Tetap dengan bidang keahlian pada Manajemen Pemasaran pada Program Studi S1 Manajemen di Universitas Paramadina, Jakarta.
14 Oktober 2024 14:20 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dewi Kurniaty tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Konsep green economy atau ekonomi hijau, menurut United Nations Environment Programme, berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup, mengurangi kemiskinan, dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Salah satu inovasi yang mendukung ekonomi hijau adalah bank sampah, yang dapat berperan sebagai bisnis berkelanjutan dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle).
ADVERTISEMENT
Menurut Chang & Pires (2015), pengelolaan sampah berkelanjutan adalah suatu metode pengelolaan sampah yang sejalan dengan pembangunan perkotaan, dimana penggunaan sumber daya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi manusia sehari-hari dengan tetap menjamin keberlanjutan sistem alam dan lingkungan melalui proses pengumpulan sampah yang tepat, pengolahan, konservasi sumber daya, dan daur ulang. Berdasarkan data dari Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) menunjukkan volume dari bisnis daur ulang dapat mencapai 400 ribu ton per tahun. Pekerja informal juga merasakan dampak yang besar dari pengelolaan sampah, berdasarkan data dari Ikatan Pemulung Indonesia (IPI), pada tahun 2020 sekitar 3,7 juta pemulung di 25 provinsi Indonesia bergantung pada sampah plastik karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi apabila dapat diproses kembali menjadi bahan baku industri. Data dari KLHK mencatat pada akhir tahun 2023 tercatat sebanyak 2595 unit bank sampah tersebar di wilayah DKI Jakarta dengan menyerap tenaga kerja perempuan sebanyak 1355 orang dan tenaga kerja laki-laki sebanyak 285 orang.
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang pengelolaan sampah dalam konteks masyarakat perkotaan di Indonesia memunculkan beragam diskusi. Banyak yang beranggapan bahwa ini adalah masalah yang sulit dipecahkan karena bertumbuhnya jumlah penduduk yang menghasilkan sampah setiap harinya tidak sejalan dengan kemampuan pengelolaannya. Namun di sisi lain, terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang memilih untuk menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Salah satunya adalah Bank Sampah Mekarsari yang merupakan satu dari 7 (tujuh) bank sampah yang aktif di Kelurahan Mampang Prapatan.
Kegiatan Pendampingan Tim Dosen Universitas Paramadina di Bank Sampah Mekarsari
Bank Sampah Mekarsari mulai beroperasi pada tahun 2014. Saat ini Bank Sampah Mekarsari memiliki nasabah baik yang berasal dari RT 008-RW 05 Kelurahan Mampang Kelurahan maupun masyarakat di luar wilayah tersebut. Nasabah aktif yang mengirimkan sampah anorganiknya kepada Bank Sampah Mekarsari akan mendapatkan imbalan senilai dengan jumlah sampah yang dikirimkan. Harga sampah bergantung pada jenis sampah yang rata-rata harga per kilogramnya berkisar antara Rp 300-Rp 11.000. Dana hasil penyetoran sampah langsung dikirimkan dan dicatat ke dalam buku rekening nasabah dan dapat diambil setiap waktu melalui Bendahara Bank Sampah Mekarsari. Untuk menjaga komitmen para nasabah, Bank Sampah Mekarsari menyediakan layanan peminjaman dana. Melalui layanan ini, nasabah aktif yang membutuhkan dapat meminjam dana yang jumlahnya disepakati dan mempertimbangkan jumlah saldo tabungan yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Atas kinerjanya yang mendukung ekonomi hijau, Bank Sampah Mekarsari berhasil mendapatkan berbagai penghargaan, seperti bank sampah terbaik di DKI Jakarta yang diberikan oleh Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2021 serta penghargaan lainnya yaitu sertifikat UI, Jakarta Green & Clean, Bank Sampah Pembina, dan Bank Sampah Ikoritel. Meskipun telah mencapai beberapa penghargaan, Bank Sampah Mekarsari masih menghadapi tantangan internal seperti pengelolaan database nasabah yang belum dilakukan secara terkomputerisasi, kurangnya SDM yang memiliki kreativitas dan inovasi dalam menghasilkan produk kreatif, dan kurangnya SDM yang terlatih untuk mengelola komunikasi pemasaran secara digital melalui media sosial.
Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Tim Dosen Universitas Paramadina yang mendapatkan pendanaan dari Hibah Pemberdayaan Berbasis Masyarakat tahun 2024 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi-DIKTI bertujuan untuk mengatasi kelemahan tersebut melalui peningkatan manajemen dan pemasaran, serta diharapkan menciptakan dampak ekonomi dan lingkungan yang lebih luas. Diketuai oleh Dewi Kurniaty-Dosen Program Studi S1 Manajemen Universitas Paramadina, pelaksanaan kegiatan pemberdayaan berbasis masyarakat yang dilakukan di Bank Sampah Mekarsari telah melalui beberapa tahapan utama, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Tahapan Sosialisasi: Dilaksanakan pada 21 Juli 2024, sosialisasi bertujuan memberikan gambaran awal mengenai kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM). Para peserta, termasuk pengelola Bank Sampah Mekarsari, berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk menyusun jadwal kegiatan.
2. Tahapan Pelatihan: Beberapa pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan peserta. Manajemen Merek: Pelatihan yang dilakukan pada 1 Agustus 2024 berfokus pada strategi peningkatan omzet melalui penguatan merek Bank Sampah Mekarsari, seperti melalui kampanye sosial dan pengelolaan merek. Pemasaran Digital: Peserta dilatih untuk memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan TikTok guna mempromosikan kegiatan bank sampah, serta diajari dasar-dasar SEO. Manajemen dan Penataan Organisasi: Pada 8 Agustus 2024, peserta dilatih mengenai pengelolaan keuangan sederhana dan pembagian kerja dalam organisasi untuk memperbaiki struktur operasional.
ADVERTISEMENT
3. Tahapan Pendampingan dan Evaluasi: Pendampingan dilakukan untuk menerapkan teknologi dan strategi yang dipelajari, seperti penguatan merek melalui logo baru, pemasaran digital, dan penggunaan teknologi pengelolaan keuangan sederhana. Evaluasi dilakukan secara berkala untuk memantau keberhasilan implementasi.
Pada akhir pelaksanaan program di Bulan Oktober 2024 ini, beberapa inovasi diterapkan, termasuk penggunaan teknologi yang dirancang bersama oleh Tim Dosen Universitas Paramadina dan Bank Sampah Mekarsari, yaitu mesin tekan botol plastik yang dapat menghemat ruang pengiriman sehingga dapat menciptakan efisiensi biaya dan pengurangan emisi karbon ketika sampah diantar menuju bank sampah induk.
Penggunaan mesin tekan botol plastik untuk efisiensi ruang pengiriman sampah
Peran serta atau pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang lebih efektif menjadi sebuah keniscayaan terutama untuk merespon permasalahan sampah perkotaan. Dengan meningkatkan profesionalitas bank sampah dalam pengelolaan kegiatan inovatif dan peningkatan insentif bagi nasabah, diharapkan akan semakin memperluas potensi kewirausahaan hijau dan pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan.
ADVERTISEMENT