Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Maritim Cerdas: Saat Bahasa Inggris dan Teknologi Menjadi Nakhoda Perubahan
24 November 2024 16:06 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dhanan Abimanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam dunia yang kian terdigitalisasi, lautan bukan lagi hanya tempat mengarungi kapal, tetapi juga jalur perubahan besar yang didorong oleh teknologi dan kolaborasi lintas negara. Dua berita menarik—tentang partisipasi Indonesia dalam Singapore International Bunkering Conference and Exhibition (SIBCON) 2024 yang digelar di Resort World Sentosa, Singapura pada 9-11 Oktober 2024 menyoroti transisi energi di sektor maritim dan peluncuran program "Satu Juta Nelayan Berbasis Teknologi Digital"—menggarisbawahi pentingnya inovasi teknologi dan bahasa internasional dalam mengelola potensi kemaritiman Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bahasa Inggris: Alat Navigasi Baru di Lautan Teknologi
Bayangkan seorang nelayan dari Pulau Sulawesi kini tidak hanya bergulat dengan jaring, tetapi juga dengan aplikasi berbasis smartphone seperti Fish On. Dengan aplikasi itu, ia bisa memantau hasil tangkapannya, menjual ikan ke pasar internasional, hingga memanfaatkan tombol panic untuk meminta bantuan darurat. Dalam semua proses itu, kemampuan memahami terminologi dasar dalam Bahasa Inggris seperti supply chain, digital auction, atau carbon footprint menjadi kunci.
Hal yang sama berlaku untuk pejabat maritim kita di forum internasional seperti SIBCON. Dalam diskusi tentang bahan bakar rendah karbon, kata-kata seperti green shipping atau bunkering technology menjadi bagian dari percakapan sehari-hari. Bahasa Inggris di sektor maritim kini bukan lagi sekadar pelengkap, tetapi kompas utama yang mengarahkan arah perjalanan kita di kancah global.
ADVERTISEMENT
Teknologi, Nelayan, dan Keberlanjutan
Namun, Bahasa Inggris hanya setengah dari perjalanan. Teknologi adalah mesin penggerak utama. Program seperti Satu Juta Nelayan Berbasis Teknologi Digital menunjukkan bagaimana digitalisasi tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga memberdayakan nelayan kecil. Aplikasi seperti ini menawarkan akses yang lebih adil ke pasar, mengurangi ketergantungan pada tengkulak, dan—yang lebih penting—memperkenalkan para nelayan pada peluang baru di luar batas wilayah lokal.
Sementara itu, di level yang lebih tinggi, inisiatif seperti Maritime Singapore Green Initiative (MSGI) dan SIBCON menunjukkan bagaimana teknologi baru, seperti bahan bakar berbasis LNG atau biofuel, menjadi solusi nyata untuk masalah global seperti emisi karbon. Ketika Indonesia berpartisipasi dalam konferensi ini, kita tidak hanya belajar dari negara lain, tetapi juga membawa perspektif unik sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi: Menyatukan Semua Elemen
Hal menarik lainnya dari dua berita ini adalah potensi kolaborasi. Di satu sisi, pemerintah melibatkan perusahaan-perusahaan besar melalui CSR untuk mendukung digitalisasi nelayan. Di sisi lain, forum seperti SIBCON membuka peluang kerja sama lintas negara untuk penelitian dan pengembangan bahan bakar ramah lingkungan. Bayangkan jika dua elemen ini bersinergi: hasil laut Indonesia yang dikelola dengan teknologi modern bisa diangkut oleh kapal berbahan bakar rendah karbon menuju pasar internasional.
Kunci Masa Depan: Literasi dan Pendidikan
Namun, semua ini membutuhkan investasi besar dalam literasi. Baik itu literasi teknologi untuk nelayan atau literasi Bahasa Inggris untuk profesional maritim, keduanya harus dimulai dari pendidikan di sekolah kejuruan kelautan atau kemaritiman. Dengan mengintegrasikan kurikulum berbasis maritim di sekolah-sekolah kejuruan kelautan atau kemaritiman, kita tidak hanya mempersiapkan generasi mendatang untuk bersaing di pasar global, tetapi juga memastikan bahwa mereka tidak kehilangan jejak warisan nenek moyang kita sebagai bangsa maritim.
ADVERTISEMENT
Laut Indonesia adalah panggung besar dengan potensi luar biasa. Tetapi seperti pelayaran yang memerlukan peta dan nahkoda yang andal, kita memerlukan keterampilan bahasa dan teknologi untuk memaksimalkan semua potensi itu. Saatnya bagi kita untuk mengambil kendali dan memastikan bahwa bangsa ini benar-benar menjadi pemimpin global di sektor maritim.