Konten dari Pengguna

Desain dan Kontradiksinya dengan Seni Grafis

Ariyodhani Muhammad
Penulis, desainer grafis
7 November 2021 6:14 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ariyodhani Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dibuat oleh penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dibuat oleh penulis.
ADVERTISEMENT
Sejenak kita lihat halaman depan situs-situs tempat menyimpan portfolio seperti Dribble atau Behance, dan kita akan menemukan berbagai macam karya berwarna cerah, sangat unik, dan ditata dengan apik. Terlepas dari kenyataan bahwa situs-situs ini cenderung menggembar-gemborkan diri mereka sebagai tempat untuk desainer, tetapi sebagian besar yang ditampilkan adalah seni, bukan desain.
ADVERTISEMENT
Desain dan seni melayani dua kebutuhan yang berbeda dalam dua cara yang berbeda pula, namun banyak desainer yang kurang berpengalaman akhirnya menciptakan seni di mana seharusnya terdapat desain. Situs desain seperti Dribble secara rutin menyoroti karya seni di atas karya desain. Dalam kultur, kita sudah biasa mengglorifikasi desain yang paling estetis daripada desain yang lebih fungsional. Sangat mudah untuk melihat bagaimana ada miskonsepsi yang terus-menerus seputar apa yang sebenarnya dilakukan oleh desainer.
Karena seni hakikatnya adalah sebuah bentuk ekspresi pribadi, segala halnya bisa datang semata-mata dari dalam diri seniman. Ekspresi dan inspirasi semua berasal dari dalam diri. Berbeda halnya dengan seni, desain adalah tentang fungsi dan penggunaan. Sebagai seorang desainer, pekerjaan harus diimplementasikan oleh berbagai sumber data, yang mana hampir semuanya adalah faktor eksternal.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan semakin matangnya proses dan research yang desainer lakukan untuk mengolah desainnya, praktik desain semakin objektif meskipun faktanya secara klasik dianggap subjektif. Ketika sebuah desain diperkenalkan kepada user, kita dapat mengukur kredibilitas kinerja desain tersebut dan secara objektif menyimpulkan apakah itu desain yang bagus atau bukan. Tentunya ini tidak akan terjadi pada seni, karena seorang penikmat seni bisa saja menyukai sebuah karya seni yang tidak disukai oleh penikmat seni lainnya. Seni secara konstan akan subjektif.
Tentu benar bahwa desain dapat bersifat personal dan artistik pada saat yang bersamaan. Desainer mengaplikasikan pengalaman dan kreativitas mereka sendiri ke dalam desain mereka, seperti halnya seniman. Banyak desainer memiliki kemampuan untuk menerapkan gaya visual dengan cara yang tidak hanya meningkatkan fungsionalitas desain, tetapi juga memberikan pengalaman yang baik dan memuaskan secara estetika. Tidak perlu jauh-jauh mencari desain estetis yang mengusung inspirasi artistik. Jadi, estetika tidak diragukan lagi dalam memainkan peran pada desain.
ADVERTISEMENT
Ketika kita mulai mempertimbangkan hal-hal seperti ini, hampir seolah-olah desain dan seni mengandung unsur satu sama lain. Dan memang benar begitu faktanya. Namun dalam menentukan apakah suatu objek merupakan produk desain atau karya seni, kita perlu melihat terlebih dahulu proses penciptaannya. Proses tersebut bisa membedakan antara desain dan seni. Karena estetika paling sering digunakan untuk menunjukkan di mana desain dan seni dapat tumpang tindih, kita harus lihat peran yang dimainkan estetika dalam desain secara khusus.
Jelas terlihat dalam desain, estetika sepenuhnya bergantung pada fungsi. Dan sementara estetika dapat meningkatkan value desain, ini tidak esensial untuk keberhasilan desain dengan cara yang sama seperti fungsi aslinya. Demikian pula, estetika harus diturunkan dari fungsi desain, jika tidak, desain dapat berisiko menjadi menarik dipandang tetapi tidak fungsional. Paradigma ini tidak cukup ada dalam seni.
ADVERTISEMENT
Berdasar pada sudut pandang saya, pembelajaran yang paling penting adalah bahwa ego tidak punya tempat dalam desain. Mempertimbangkan apa yang baru saja anda baca, itu mungkin tidak tampak jelas secara inheren. Tetapi jika kita memikirkan semua prinsip desain yang kita bahas dan seberapa dalamnya mereka membenturkan dengan konsep ego, maka ide ini seharusnya lebih masuk akal. Menurut saya, ego merepresentasi salah satu kecacatan paling umum terlebih lagi merugikan apa yang dapat desainer peroleh, dan itu biasanya terjadi pada tahap awal yang mengejutkan dalam karier seseorang.
Sebagai seorang desainer, diperlukan menyadari hal-hal berikut:
ADVERTISEMENT
Dalam banyak hal, ini dapat digunakan sebagai uji lakmus ketika mengevaluasi desainer. Jika seorang desainer tampaknya membuat keputusan desain berdasarkan opini atau intuisi, dia tidak mempraktikkan desain, melainkan dia sedang berlatih seni. Sebaliknya, jika seorang desainer dapat secara teratur mendukung keputusan mereka dengan research yang cukup dalam, desainer tersebut memang mempraktikkan esensi desain yang sebenarnya. Sementara desain dan seni sama-sama penting bagi kebutuhan sosial, jika desainer dipekerjakan sebagai seorang desainer, dia harus berlatih desain, bukan seni.
Bagaimanapun, desainer dan seniman bekerja di media yang secara inheren kreatif. Tetapi cara mereka memanfaatkan kreativitaslah yang membedakan mereka. Dan dalam dunia desain, alasan mengapa desain itu kreatif adalah yang paling penting. Apakah kreatif hanya demi menjadi unik dan anti-mainstream? Apakah kreatif untuk melatih keinginan desainer atas ekspresi pribadinya sendiri? Atau apakah itu kreatif dalam menjalankan fungsinya dengan tepat? Ini semua tentang apa yang membedakan desain yang kurang berkompeten dari desain yang revolusioner. Sebuah pemahaman bahwa desain bukanlah seni.
ADVERTISEMENT