BENCANA COVID-19: “PERTUNJUKAN HEGEMONI 3 PILAR RISET & INOVASI NEGARA INGGRIS"

Dhany Malau
- Professional 5G Network Engineer - Researcher in 6G Wireless Communications at UCL, London, UK - LPDP Awardee 2018 - Politics and Human Rights Enthusiast
Konten dari Pengguna
4 April 2020 16:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dhany Malau tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

[Bangsa kita perlu banyak belajar dari mereka..]

ADVERTISEMENT
Di tengah penyebaran virus Covid-19 yang semakin meluas dan menyebabkan jumlah korban jiwa yang sudah mencapai 3600-an korban (per 3 April 2020) di seluruh wilayah United Kingdom, muncul kabar yang sangat menggembirakan dan mengharukan dari dunia riset dan inovasi negara ini. Melalui berita milis yang saya terima dari pimpinan riset dan inovasi University College London (UCL), berkat kerjasama dan kerja keras dalam 2 bulan terakhir antara pemerintah Inggris, tim jurusan Teknik Mesin UCL yang berbasis di Mech Space (44 Wicklow Street), University College London Hospital (UCLH) dan Mercedes F1 Engineering Team, pengembangan ventilator pernafasan telah resmi masuk ke dalam tahap produksi massal. Tahap desain, pengujian dan uji coba implementasi unit ventilator pernafasan dalam skala besar telah berjalan sukses dan kini siap untuk diproduksi dan disebarkan ke seluruh penjuru rumah sakit yang ada di wilayah Inggris. Dengan menggunakan ventilator pernafasan ini, diharapkan para tenaga medis akan memperoleh jaminan keselamatan lebih besar dari resiko terinfeksi ketika menangani pasien yang jumlahnya sangat masif, berkat kemampuan distribusi udara bersih dengan kualitas 99.5% dari alat ini.
Prototipe Unit Ventilator Pernafasan Hasil Desain UCL Mechanical Engineering - UCLH - Mercedes F1 Engineering Team
Hingga pengumuman resmi hari ini, produksi 10.000 ventilator pertama akan langsung didistribusikan dalam beberapa hari ke depan. Di tengah situasi kritis, 3 pilar ini muncul dengan membawa sinar terang yang membawa harapan baru bagi bangsa Inggris. Mereka benar-benar menunjukkan DNA asli mereka; “Bersatu menerjang bencana dan berkorban untuk kebaikan bersama.”
ADVERTISEMENT
Menghadapi badai virus Covid-19 yang melelahkan ini, saya melihat bagaimana setiap pilar riset & inovasi negara Inggris rela membuka pintu selebar-lebarnya untuk bekerjasama dan menemukan solusi terbaik demi kepentingan masyarakat Inggris. Setiap elemen mau untuk sementara waktu mengesampingkan kepentingan internal masing-masing dan meleburkan diri dalam satu kepentingan bersama, yakni kepentingan dan kesehatan masyarakat Inggris Raya. Melihat bagaimana Mercedes F1 Engineering Team mau membuka akses teknologi terbaru yang mereka miliki, bagaimana para peneliti di fakultas teknik mesin UCL dengan keahlian rekayasa desainnya dan para ahli kesehatan dari UCL Hospital, disokong oleh pemerintah Inggris, bahu membahu demi mengembangkan prototipe ventilator pernafasan yang perannya sangat vital ini, membuat saya merasa sangat terharu sekaligus tertampar.
ADVERTISEMENT
Ya, saya merasa sungguh tertampar ketika membayangkan jauh di seberang sana, Indonesia juga sedang menghadapi badai yang sama, tetapi tampak seperti lemah tidak berdaya dalam memberikan sinar harapan yang nyata bagi warganya. Tidak terlihat dan terdengar sama sekali gaung gempita akan adanya kerjasama di antara 3 pilar riset dan inovasi di Indonesia. Informasi terakhir, ada pengembangan vaksin anti virus Covid-19 oleh Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya (hormat saya untuk mereka), tetapi terkesan merupakan inisiatif dari universitas itu sendiri dan belum bisa dipastikan apakah bisa dimajukan untuk produksi massal dalam waktu segera. Hal yang paling banyak muncul di permukaan saat ini justru debat kusir terkait pelabelan status negara menghadapi virus Covid-19, apakah lockdown, karantina wilayah, darurat sipil atau nama apa saja, yang sama sekali tidak memberikan solusi apa-apa, kecuali konflik horisontal dan situasi yang semakin runyam untuk kita sebagai sesama anak bangsa.
ADVERTISEMENT
Pemerintah seolah-olah dibiarkan berjalan sendiri menerjang badai ini tanpa tahu arah dan mengadu ke siapa. Para akademisi/peneliti hebat bangsa ini seolah tertidur dalam lenyap, bukan karena mereka tidak tahu apa-apa, tetapi karena suara mereka kalah riaknya dibandingkan mereka, para ahli segala ahli, yang terus berkoar-koar di berbagai media massa dengan satu tujuan yang jelas, membuat gaduh negara. Dunia bisnis/industri juga terkesan melepaskan diri dari tanggungjawab sosial untuk memberikan kontribusi, karena mereka pun saat ini sedang dihadapkan dengan dampak ekonomi yang bisa membunuh roda bisnis mereka sendiri, so mereka lebih dahulu menyelamatkan diri sebelum benar-benar ikut mati. Ini hanya pandangan saya semata, semoga saya salah, walau saya tahu pasti memang begitulah adanya.
ADVERTISEMENT
Saya berdoa dan berharap yang terbaik untuk Pak Jokowi, Pak Bambang Brodjonegoro (Menteri Kementrian Ristek) dan orang-orang hebat di sana, agar segera merangkul dan bekerjsama dengan 2 pilar penting riset dan inovasi, untuk mengembangkan berbagai inovasi krusial dalam menghadapi badai virus Covid-19 ini. Jalan yang ditempuh akan sangat panjang dan melelahkan, tetapi percayalah bahwa seluruh masyarakat Indonesia akan memberikan apresiasi, karena mereka akhirnya tahu bahwa pemerintah, dunia industri dan para peneliti memang peduli, serta mau bekerjasama untuk mengesampingkan ego diri sendiri dan memberikan kontribusi bagi bumi pertiwi.
* Penulis saat ini bekerja sebagai peneliti di kota London, Inggris