Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
VIRUS COVID19: “TENTARA ALLAH” yang MEMANUSIAKAN MANUSIA.
2 April 2020 16:43 WIB
Tulisan dari Dhany Malau tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Apakah Ustad Abdul Somad (UAS) salah?
ADVERTISEMENT
[Opini seorang Katolik]
ADVERTISEMENT
Tidak terasa waktu berputar begitu cepat, tiga bulan berlalu sejak pertama kali wabah virus corona COVID19 yang berasal dari salah satu wilayah di China muncul dan menyebar ke seluruh dunia. Sudah tidak terhitung berapa banyak korban jiwa yang harus meregang nyawa dan berpisah selamanya dengan keluarga dan orang-orang tercintanya. Mereka yang meninggal dikirim ke tempat peristirahatan terakhir tanpa tangis, doa dan salam perpisahan seperti biasanya. Mereka pergi sendiri ke dunia keabadian di dalam sunyi dan isak tangis yang hanya bisa terpendam. Isteri, suami, anak dan keluarga yang ditinggalkan hanya bisa menahan sesak dan buncah di dalam dada, tanpa bisa berkata apa-apa, dan mungkin air mata pun tidak akan sanggup menjadi teman pelipur lara mereka yang berduka.
ADVERTISEMENT
UAS sebagai seorang pemuka agama yang dalam kotbahnya mencoba mengajak umat untuk merenung dan mencoba melihat virus COVID19 ini sebagai "tentara Allah" yang sengaja dikirim untuk menyapa manusia yang semakin pudar dan menjauh dari lambang citra dan wajah Allah. Banyak yang menghujatnya, memakinya dan tidak sedikit orang yang dengan santainya mendoakan hal buruk untuknya. Walau saya berbeda agama dan keyakinan dengan beliau, entah mengapa saya justru melihat di balik kata-katanya yang terkesan mengagitasi umat dan public, beliau hanya ingin berkata dengan sederhana dengan tutur bahasa yang dimilikinya, “Hai saudara-saudaraku (seiman) di mana saja berada, ingat dan kembalilah kepada Allah, satu-satunya Dzat yang Maha Kuasa dan sanggup membantu kita melewati badai yang mematikan ini”
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang ilmuwan, tentu saya tidak bisa mengartikan virus COVID19 ini sebagai “Tentara Allah” dalam arti yang sebenarnya. Keilmuan dan logika sains tentu tidak akan bisa menerimanya. Sains harus bisa menjelaskan eksitensi sesuatu, baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan, di dalam bentuknya tersendiri. Di sisi lain, sebagai seorang yang juga memiliki iman/keyakinan akan adanya kekuatan supranatural yang melebihi manusia, sebagai bagian dari infrastruktur utama yang membangun eksistensi jiwa saya, pernyataan bahwa virus COVID19 adalah “Tentara Allah” sangat bisa diterima.
Sang Pemilik melihat bahwa dunia dan manusia semakin menjauh dari-Nya. Bagaimana peradaban dan kemajuan teknologi semakin mendorong manusia untuk semakin menjadi serupa dengan-Nya, tetapi dalam versi yang tamak dan serakah. Ketika para pemimpin negara dan bangsa berlomba-lomba menjadi yang pertama dengan mengorbankan banyak nyawa dan mereka yang tidak berdosa sebagai korbannya. Ketika melihat orang yang sengsara, kelaparan dan meregang nyawa di sepanjang jalan sudah menjadi pemandangan yang biasa, tanpa ada lagi rasa iba dan kasih untuk menolong mereka. Ketika ayah, ibu dan anak yang harusnya menjadi lambang cinta dan kasih Allah yang satu di dalam ikatan keluarga, justru saat ini banyak dianggap sebagai tempat neraka yang dipenuhi dengan amarah yang penuh bara. Dan ketika tempat ibadah; masjid, gereja, pura dan vihara hanya dipandang sebagai tempat bertemu dengan Allah ketika sedang membutuhkan pertolongan-Nya, yang ketika gembira dan berjaya, peduli setan siapa Dia!
ADVERTISEMENT
Seperti UAS, saya melihat bahwa Allah tahu ini saatnya untuk bertindak. Dia yang penuh kasih dan murah hati tidak ingin melihat mahluk ciptaan yang paling dikasih dan dicintai-Nya semakin jatuh di dalam dosa yang dalam dan akhirnya binasa. Melalui wabah virus yang sudah berlangsung beberapa lama ini, Allah ingin manusia kembali kepada kodratnya, yaitu sebagai mahluk yang diselimuti oleh cinta dan kasih kepada sesama dan seluruh alam ciptaan-Nya. Melalui virus COVID19 yang ukurannya hanya 150 nanometer ini, Allah memberikan kita waktu untuk sejenak berhenti dari segala aktivitas kita di dunia ini, untuk merenung dan menyadari kelemahan serta keterbatasan kita, sekaligus mau kembali kepada-Nya sebagai satu-satunya Harapan yang nyata.
Allah ingin kita kembali menjadi manusia yang berlomba-lomba menjadi yang pertama, dengan tetap peduli dan memandang kemanusiaan sebagai fondasi utama. Allah rindu akan ciptaan-Nya yang melihat penuh cinta dan rasa iba terhadap sesama yang menderita dan merindukan kehadiran wajah Allah melalui kita umat-Nya. Allah rindu melihat kita semua berbondong-bondong kembali ke rumah-Nya di dalam setiap momen suka dan duka hidup kita. Dan pada akhirnya, Allah ingin setiap ayah, ibu dan anak-anak hidup dalam satu keluarga yang bahagia dan memandang rumah sebagai surganya dunia yang membawa rasa bahagia kepada setiap penghuninya.
ADVERTISEMENT
Semoga seperti pesan sederhana Ustad Abdul Somad (UAS), mari kita semua kembali ke fitra kita sebagai manusia ciptaan dan kepunyaan Allah, bukan sebagai manusia yang menjadi Tuhan atas dirinya dan sesama.
* Penulis saat ini bekerja sebagai peneliti di kota London, Inggris.