Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
6 Etika sebagai Penumpang Bus Rapid Transit
21 Oktober 2018 12:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Dhany RM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kota metropolitan seperti Jakarta tidak hanya membutuhkan sistem angkutan umum yang modern namun juga penumpang angkutan umum yang beradab.
sumber foto: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Penulis termasuk pengguna kendaraan pribadi yang beralih menggunakan layanan bus Transjakarta (TJ), sebuah layanan Bus Rapid Transit (BRT) pertama dan terdepan di Asia Tenggara. Sebelum menggunakan BRT, penulis selalu mengandalkan sepeda motor untuk berpergian. Berbagai kemudahan yang ditawarkan TJ seperti waktu tempuh yang lebih singkat dan nyamannya ruang penumpang menjadi faktor utama “hijrah” tersebut.
Namun masih terdapat beberapa hal yang menggelitik penulis, terutama masih adanya sebagian penumpang yang belum berperilaku beradab dalam menggunakan BRT. Beberapa hal tersebut antara lain saling dorong saat memasuki bus, penggunaan kursi prioritas yang salah, dan sebagainya. Hal ini tentu mengurangi kenyamanan penumpang bus.
Resfi, penumpang TJ yang saat ini sedang hamil, acap kali menemukan hal-hal yang tidak menyenangkan di dalam bus. Warga Bekasi yang sehari-hari bekerja di Jakarta ini merasakan masih kurangnya kesadaran penumpang TJ akan penggunaan kursi prioritas untuk ibu hamil. Dirinya terkadang harus berdebat dengan penumpang lain atau terpaksa meminta bantuan petugas TJ untuk memperoleh kursi prioritas yang nota bene merupakan haknya.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah langkah praktis yang dapat diterapkan penumpang agar tidak merugikan orang lain dalam perjalanan menggunakan BRT, khususnya pada layanan TJ:
1. Antre (dengan tepat)
sumber foto: dokumentasi pribadi
Saat antre memasuki bus, pastikan bahwa Anda tidak menghalangi penumpang yang akan keluar bus. Sediakan ruang kosong di sela-sela antrean agar memudahkan keluarnya penumpang dalam bus. Di beberapa halte TJ yang besar, kita bisa temui besi pembatas untuk jalur keluar penumpang. Namun untuk halte yang kecil yang tidak memiliki ruang untuk besi pembatas, kesadaran para penumpang yang akan masuk bus sangat dibutuhkan untuk menyediakan ruang khusus untuk keluarnya penumpang.
2. Optimalisasi Kursi/Ruang Prioritas
Setiap bus TJ menyediakan ruang dan kursi yang diprioritaskan untuk lanjut usia, ibu hamil, difabel/pengguna kursi roda, dan ibu dengan anak kecil. Untuk memudahkan akses, ruang dan kursi prioritas ini biasanya terletak dekat dengan pintu utama dan di beberapa bus TJ dibedakan dengan warna khusus. Tidak ada larangan kepada penumpang lain untuk menggunakannya, namun penumpang tersebut wajib memberikan ruang/kursi tersebut sesegera mungkin apabila ada penumpang prioritas memasuki bus.
ADVERTISEMENT
Perlu diingat bahwa kursi prioritas bukan diperuntukkan untuk kaum perempuan dengan dalih sudah berumur. Seringkali penulis melihat kursi prioritas digunakan perempuan paruh baya berbadan sehat yang enggan memberikan kursinya kepada penumpang yang berhak. Sebagai rujukan, Undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyebutkan bahwa definisi lanjut usia adalah 60 tahun ke atas (pasal 1 ayat 2).
3. Kelola Barang Bawaan
Selain faktor keamanan, penumpang juga harus memperhatikan agar barang bawaannya tidak mengganggu orang lain. Penggunaan ransel di punggung penumpang saat berdiri akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna lain. Sebaiknya ransel dikenakan di dada saat penumpang berdiri atau dipangku saat duduk, dan juga tidak diletakkan di bangku kosong.
ADVERTISEMENT
4. Kendalikan Suara
sumber foto: pixabay.com
Hindari berbicara dengan telepon saat berada di dalam bus. Hal ini agar penumpang lain tidak mendengar percakapan Anda di telepon. Merendahkan volume suara bisa dilakukan apabila terpaksa menerima telepon. Perilaku yang sama juga dapat diterapkan saat kita berbincang dengan rekan penumpang di dalam bus.
5. Berdiri dengan bijak
Mayoritas pengguna bus TJ adalah mereka yang berdiri. Namun hal yang perlu diperhatikan saat berdiri adalah tidak menghalangi penumpang lain, termasuk bersandar pada tiang (pole). Apabila perjalanan masih jauh, penumpang berdiri disarankan bergeser menjauhi pintu agar tidak menghalangi pergerakan penumpang di sekitar pintu. Pada saat jam sibuk, penumpang agar saling berdiri rapat dengan penumpang lain agar bus terisi penumpang secara optimal.
ADVERTISEMENT
6. Apresiasi Petugas
Seringkali kita melupakan peran petugas TJ, khususnya pengemudi dan kondektur, yang sangat penting dalam menjamin pelayanan prima kepada penumpang. Tugas mereka yang berat layaknya patut diapresiasi oleh semua pengguna jasa TJ. Sempatkan waktu untuk mengucapkan terima kasih kepada petugas saat keluar dari bus.
Tidak hanya menuntut pelayanan transportasi publik yang baik, penumpang juga seharusnya memiliki perilaku beradab untuk menunjang terciptanya pelayanan BRT yang baik pula. Sebagaimana disampaikan Resfi, “…semoga empati (penumpang) belum hilang, karena untuk mereka yang berhak duduk di kursi prioritas…karena memang (mereka) butuh”. (DRM)