Konten dari Pengguna

Kisah Herbalis asal Batu yang Berbagi Ilmu Hingga ke Yordania

14 Oktober 2018 3:57 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dhany RM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Topik tentang pengobatan tradisional selalu diminati masyarakat. Herbalis Wahju Suprapto selalu menyempatkan waktu untuk berbagi ilmu tanaman obat dengan siapapun, termasuk dengan WNI di Yordania.
ADVERTISEMENT
Sumber foto: Pixabay.com
Mengetahui pola denyut nadi seseorang sangat penting dalam menentukan jenis pengobatan tradisional yang tepat untuk digunakan. Wahju Suprapto terlihat memeriksa pola denyut nadi salah satu WNI di Yordania (Sumber foto: pribadi/istimewa)
Tidak banyak yang menyangka bahwa masyarakat Indonesia di luar negeri masih haus informasi mengenai pengobatan tradisional. Selama ini banyak orang mengasumsikan bahwa diaspora Indonesia di berbagai negara terbiasa mengandalkan pengobatan modern yang terdapat di negara tempat mereka tinggal. Hal ini wajar mengingat beberapa negara memiliki sistem perawatan kesehatan yang dikategorikan baik, termasuk di Yordania.
Berdasarkan data Bank Dunia, Yordania dianggap sebagai negara penyedia layanan kesehatan terbaik di Timur Tengah. Sebanyak 70 persen warga Yordania memiliki asuransi kesehatan sejak tahun 2007. Kewajiban memiliki asuransi kesehatan ini juga berlaku kepada para pekerja asing, termasuk kepada TKI yang bekerja di Yordania. Selain itu, Bank Dunia menempatkan Yordania sebagai negara tujuan medis utama di Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada tahun 2007, pendapatan Yordania dari sektor medis mencapai lebih dari satu milyar dollar Amerika dengan lebih dari 250 ribu pasien yang dilayani dari berbagai negara, termasuk pasien asal Indonesia.
ADVERTISEMENT
Wahju Suprapto bisa jadi merupakan herbalis Indonesia pertama yang datang ke Yordania untuk berbagi ilmu herbal kepada WNI di sana. Pada bulan April 2017 dengan dibantu pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) setempat, praktisi/pemerhati tanaman obat asal kota Batu ini beruntung dapat bertatap muka dan berdiskusi panjang dengan masyarakat Indonesia di Yordania tentang pola hidup sehat melalui tanaman obat.
Peserta diskusi yang didominasi kaum hawa ini umumnya mengaku tetap menggunakan fasilitas perawatan kesehatan modern yang ada di Yordania, namun mereka tidak menutup kemungkinan penggunaan tanaman obat tradisional. Peserta juga ingin mengetahui tentang jenis tanaman obat apa yang cocok untuk suatu penyakit. Menanggapi hal tersebut, Wahju menyampaikan bahwa pola denyut nadi seseorang dapat mengindikasikan kondisi kesehatan seseorang termasuk jenis pengobatan tradisional yang cocok untuk dirinya. Peserta juga mengeluhkan kendala utama yang dihadapi WNI di Yordania yaitu sulitnya mendapatkan tanaman obat yang biasa digunakan di Indonesia. Terkait hal ini, Wahju menambahkan bahwa setiap tempat di penjuru bumi memiliki tanaman obatnya masing-masing untuk suatu jenis penyakit tertentu.
ADVERTISEMENT
Wahju Suprapto dan istri berkesempatan mengambil foto di depan KBRI di Yordania. (Sumber foto: pribadi/istimewa)
Wahju Suprapto selama ini dikenal sebagai sosok yang sangat akrab dengan tanaman obat dan jamu tradisional di Jawa Timur. Lulusan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ini aktif melakukan pelestarian dan pengembangan tanaman obat nasional sejak bergabung di Balai Materia Medica (BMM) yang dikelola Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur selama puluhan tahun. Setelah pensiun dari BMM, Wahju dan istrinya, Siti Hidjrati, mulai banyak berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia untuk menyuarakan pentingnya pola hidup sehat melalui pemanfaatan tanaman obat ke berbagai kalangan masyarakat, antara lain melalui media dan audiensi dengan lembaga pendidikan dan komunitas masyarakat.
ADVERTISEMENT
Di sela-sela kegiatan berbagi ilmu tanaman obat, Wahju juga masih terus mengeksplorasi berbagai tanaman obat lokal di suatu wilayah. Pada setiap perjalanannya ke berbagai daerah, ia selalu menyempatkan diri untuk "blusukan" ke semak belukar untuk mencari tanaman obat yang baru atau sulit ditemukan. Dalam kunjungannya ke Yordania, Wahju sempat menemukan beberapa tanaman lokal yang memiliki kesamaan karakteristik dengan tanaman di Indonesia, antara lain tanaman kaisoom (Achillea fragrantissima) yang lazim digunakan masyarakat Yordania untuk mengatasi sakit kepala dan batuk. Wahju mengharapkan agar masyarakat diharapkan dapat melakukan eksplorasi terhadap kearifan lokal setempat, dengan mencari jenis-jenis tanaman obat dengan bekerja sama dengan masyarakat setempat. (drm)