Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pertolongan Pertama Serangan Jantung
13 November 2024 14:35 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Dharma Eka Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Serangan jantung adalah salah satu kondisi darurat medis yang dapat terjadi kapan saja dan pada siapa saja. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit jantung di Indonesia meningkat semakin tinggi dari tahun ke tahun dengan prevalensi 1,5%. Ini berarti 15 dari 1.000 orang di Indonesia menderita penyakit jantung. Lebih spesifik lagi, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempati urutan tertinggi kedua setelah Kalimantan Utara, dengan prevalensi mencapai 2%.
ADVERTISEMENT
Angka ini mengindikasikan tingginya risiko penyakit jantung di wilayah DIY termasuk di lingkungan perumahan Ambarketawang Indah, Yogyakarta. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi masyarakat dan tenaga kesehatan. Pengalaman warga di perumahan Ambarketawang Indah semakin menegaskan pentingnya kesadaran akan risiko serangan jantung. Salah satu warga menceritakan kejadian di mana tetangganya tiba-tiba mengalami nyeri dada dan kesulitan bernapas.
"Waktu itu tetangga tiba-tiba merasakan nyeri di dada dan sulit bernapas. Kami langsung dudukkan dia sambil menenangkannya, kemudian membawa ke rumah sakit" ujar warga tersebut.
Meskipun akses ke fasilitas kesehatan cukup dekat, keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama dalam kasus serangan jantung menjadi kendala utama. Warga di perumahan ini terbilang cukup sigap dalam memberikan pertolongan pertama. Mereka segera membawa korban ke rumah sakit terdekat, yang hanya berjarak sekitar 5 menit dari lokasi.
ADVERTISEMENT
"Untung saja rumah sakit dekat, jadi tidak perlu menunggu lama. Begitu sampai, korban langsung ditangani oleh dokter" tambahnya.
Namun, di balik respon cepat tersebut, terdapat keterbatasan pengetahuan mengenai langkah-langkah pertolongan pertama yang tepat. Warga mengakui bahwa mereka tidak memiliki alat medis atau obat-obatan khusus untuk kondisi serangan jantung di rumah.
"Kami bukan tenaga medis, jadi saat menghadapi kondisi seperti itu, jujur kami bingung harus melakukan apa" jelasnya.
Menurut Dr. Falasifah Ani Yuniarti, S. Kep., Ns., MAN., dosen Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terdapat beberapa faktor utama yang harus diperhatikan ketika seseorang mengalami serangan jantung.
"Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengurangi aktivitas fisik pasien dan menenangkan mereka. Posisi tubuh juga sangat penting, pasien sebaiknya dibaringkan di tempat yang aman dan nyaman untuk membantu memperbaiki pernapasan" jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dr. Falasifah juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat mengenai gejala awal serangan jantung, seperti nyeri dada yang menjalar, sesak napas, dan rasa tidak nyaman di dada atau lengan kiri.
"Jika masyarakat mampu mengenali tanda-tanda tersebut lebih awal, mereka bisa segera mengambil tindakan untuk mendapatkan pertolongan medis yang cepat" tambahnya.
Serangan jantung merupakan kejadian yang sering di masyarakat. Kadang kala karena bingung, anggota masyarakat langsung membawa pasien ke RS atau memanggil bantuan tanpa ada pertolongan pertama yang dilakukan. Sehingga sampai di RS pasien sudah terlambat dan pasien dinyatakan meninggal dunia.
Pendekatan Evidence-Based Nursing (EBN) menunjukkan bahwa tindakan pertolongan pertama yang cepat dan berbasis bukti dapat meningkatkan peluang keselamatan pasien serangan jantung hingga 70%. Berikut ini langkah-langkah yang direkomendasikan (Ukkasah et al., 2024) :
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Seorang mahasiswa keperawatan yang ikut mengobservasi kondisi masyarakat di Ambarketawang Indah, Syakira Istikfarin, juga memberikan pendapatnya. la mengatakan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya pertolongan pertama pada kasus serangan jantung.
"Banyak warga yang bingung saat menghadapi kondisi darurat seperti serangan jantung. Mereka cenderung panik dan tidak tahu harus melakukan apa sebelum bantuan medis tiba," ungkapnya.
Syakira juga menambahkan bahwa edukasi mengenai penggunaan AED dan pelatihan RJP sangat diperlukan agar masyarakat lebih siap menangani kondisi serangan jantung secara mandiri. Pendekatan EBN menunjukkan bahwa edukasi dan pelatihan pertolongan pertama yang dilakukan secara rutin di komunitas dapat meningkatkan respons masyarakat terhadap kasus darurat medis. Warga berharap adanya program penyuluhan yang lebih terarah dari tenaga kesehatan atau pemerintah setempat.
ADVERTISEMENT
"Kami ingin tahu apa yang harus dilakukan jika ada yang terkena serangan jantung atau stroke, dan bagaimana menggunakan AED jika ada. Kalau ada edukasi seperti itu, kami pasti akan ikut, karena penting buat keselamatan keluarga dan tetangga," ujar salah satu warga.
Peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang langkah-langkah pertolongan pertama yang berbasis bukti tidak hanya membantu mengurangi risiko fatal, tetapi juga menciptakan komunitas yang lebih siap dalam menghadapi keadaan darurat medis.