Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
BELAJAR SEJARAH DENGAN TEKNOLOGI DI MUSEUM GEDUNG SATE BANDUNG
22 Desember 2017 11:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari Dharono Trisawego tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada pepetah, jika ke Bandung tidak selfi di depan Gedung Sate Bandung, rasanya kurah sah. Hampir setiap hari puluhan orang selalu berswa foto di depan Gedung Sate. Bahkan di beri batas khusus untuk berfoto dengan latar belakang Gedung Sate Bandung.
ADVERTISEMENT
Apakah Gedung Sate hanya sebatas untuk berfoto saja? Ternyata selain mempunyai sejarah panjang, sekarang ini Gedung Sate mempunyaki museum sendiri yang diberi nama Museum Gedung Sate.
Museum yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan , awal Desember 2017 lalu ingin menceritakan proses sejarah Gedung Sate, bandung.
Perencanaan gedungnya sendiri memakan waktu dua tahun, bahkan beberapa pembuat Museum harus berburu sejarah ke kota Belanda untuk melengkapi data yang ada di Museum.
“Museum ini dibuat smart karena bisa bercerita dengan teknologi digital. Dan pengunjung dengan gampang menyerap sejarahnya,” ujar Aher - nama panggilan Gubernur Jawa Barat ini.
Karena memang dalam museum yang memadukan sejarah dan teknologi. Dan pengunjungdimanjakan dengan teknologi visual digital dan video mapping yang cukup canggih seperti yang terdapat di ruang film, ruang architarium, ruang augmented reality, ruang virtual reality dan ruang display.
ADVERTISEMENT
Di dalam museum Gedung Sate seluas 500 meter persegi, ini ditatata sedemikan rupa sehingga pengunjung merasakan ada keseninambungan Gedung sate dan perkembangan kota Bandung pada umumnya.
Bahkan didalam museum itu ditemukan rahasia material bangunan yang digunakan para arsitek zaman dulu sehingga Gedung Sate yang dibangun tahun 1924 hingga kini masih kokoh.
Kemudian juga ada berpetualang melihat Gedung Sate lewat teknologi virtual reality. Dengan teknologi ini pengunjung merasakan melihat Gedung Sate dari atas.. Dan agar terasa suasananya, pengunjung berasa di balon terbang.
Dan juga museum Gedung Sate yang menggunakan teknologi augmented reality juga memberikan sensasi menjadi mandor dalam proyek pembangunan Gedung Sate di zaman kolonial.
Bahkan pengunjung juga bisa ikut berpartisipasi seolah seolah olah mengerjakan bangunan gedung sate.
ADVERTISEMENT
Tahun 1920
Jika dilihat sejarahnya, Gedung Sate ini dilakukan peletakan batu pertamanya tahun 1920.
Gedung Sate yang pada masa Hindia Belanda itu disebut Gouvernements Bedrijven (GB), peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri sulung Wali kota Bandung, B. Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia, J.P. Graaf van Limburg Stirum pada tanggal 27 Juli 1920.
ADVERTISEMENT
Gedung ini merupakan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir.J.Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks serta pihak Gemeente van Bandoeng, diketuai Kol. Pur. VL. Slors .
Dan melibatkan 2000 pekerja mulai pemahat, ukir batu hingga tukang laden dari masyarakat sekitarnya.
Selama kurun waktu 4 tahun pada bulan September 1924 berhasil diselesaikan pembangunan induk bangunan utama Gouverments Bedrijven, termasuk kantor pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf) dan Perpustakaan.
Arsitektur Gedung Sate merupakan hasil karya arsitek Ir. J.Gerber dan kelompoknya yang tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda Dr.Hendrik Petrus Berlage, yang bernuansakan wajah arsitektur tradisional Nusantara.
Nah hingga tahun 1924 Gedung sate tetap kokoh hingga sekarang. Ingin tahu detilnya ? Datang saja ke Museum Gedung Sate Bandung yang letaknya di basement Gedung Sate. Selama bulan Desember 2017 ini masuk gratis.
ADVERTISEMENT
Mumpung gratis buat ngisi liburan sekolah