Konten dari Pengguna

Antara Takut dan Tantangan

DHEA ALVIONITA
Mahasiswi Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta.
24 Mei 2022 18:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari DHEA ALVIONITA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bocah yang ketakutan. Foto: (Pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bocah yang ketakutan. Foto: (Pexels.com)
ADVERTISEMENT
Bulat sudah keputusan Rhefan Alviansyah untuk sunat. Menurutmu, sunat merupakan hal yang paling menakutkan. Namun, rasa takut pada dirimu perlahan mulai hilang. Ini adalah kisahmu, kisah yang terjadi satu kali di dalam hidupmu.
ADVERTISEMENT
Momen Lebaran tahun 2022, mungkin tidak akan pernah terlupakan dalam hidupmu. Sebab, tidak ada angin, tidak ada hujan. Sore itu, kamu mendekati kedua orang tuamu yang berada di ruang tamu dan menyampaikan niatmu untuk sunat.
"Ibu, Ayah. Aku mau sunat," kata Rhefan dengan percaya diri.
"Memang kamu sudah berani?" tanya Ayah kepada Rhefan.
"Berani!" jawab Rhefan.
Suasana saat itu hening sejenak. Pikiranmu ke mana-mana, kamu mengira jika Ayah tidak akan menyetujui. Tetapi, Ayah justru menyetujui dan segera menyuruhmu bersiap-siap untuk pergi ke sebuah Klinik Khitan Bogem yang berlokasi di Ciracas, Jakarta Timur. Kamu pergi bersama keluargamu. Ada Ayah, Ibu, dan kakak yang menemanimu.
Di sepanjang jalan, kamu terus bertanya kepada Ayah tentang rasa khawatir yang ada di dalam hatimu. "Ayah, sunat itu sakit tidak? Aku takut," kata Rhefan dengan lirih.
ADVERTISEMENT
Keringat dingin mulai bercucuran, lengkap dengan wajah yang pucat pasi. Rhefan ketakutan.
Lantaran melihat hal tersebut, Ayah berusaha untuk menenangkanmu, meyakinimu dan terus mengingatkanmu untuk berdoa kepada Allah.
"Tidak sakit nak, berdoa terus ya," kata Ayah sambil mengelus punggungmu.
Sesampainya di Klinik Khitan, Ibumu langsung menuju ruang pendaftaran dan mendaftarkan namamu. Sedangkan kamu menunggu bersama Ayah dan kakakmu di ruang tunggu.
Sambil menunggu antrean, kamu terus bertanya pada dirimu, apakah kamu bisa melawan ketakutanmu?
Tak lama kemudian, dokter memanggil namamu. "Rhefan Alviansyah, silakan masuk," kata dokter dengan nada ramah.
"Baik dok," kata Ayah sambil bergegas masuk ke dalam ruangan bersamamu.
Wajahmu pucat. Tanganmu dingin seperti es batu. Dengan langkah gemetar, kamu memasuki ruang sunat tersebut bersama Ayahmu. Sedangkan Ibu dan kakak menunggu di ruang tunggu. Tiba-tiba terdengar suara teriakan. Benar saja, ternyata suara itu berasal dari ruanganmu.
ADVERTISEMENT
"Aduh sakit," teriak Rhefan sambil menangis. Tetapi, teriakan terjadi sebentar saja. Tak ada lagi suara teriakan dan tangisan yang terdengar dari ruanganmu. Ibumu panik. Doa terus terucap dari mulut Ibu agar kamu baik-baik saja.
Siapa sangka? 10 menit kemudian, kamu keluar dari ruangan itu dan sudah mengenakan sarungmu. Semua rasa ketakutan dalam dirimu kian luntur setelah kamu keluar dari ruang sunat.
Lega, itulah yang kamu rasakan setelah proses sunatmu selesai. Akhirnya, kamu berhasil melawan ketakutan yang menghantuimu selama ini. Kamu percaya, jika terus menanamkan keberanian, maka rasa takut itu akan berubah menjadi suatu tantangan bagi dirimu.
(Dhea Alvionita/Politeknik Negeri Jakarta)