Gambang Kromong: Menjaga Budaya atau Tidak Terkesan Kuno?

DHEA ALVIONITA
Mahasiswi Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta.
Konten dari Pengguna
16 Juni 2022 20:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari DHEA ALVIONITA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemain gambang kromong pada acara komedi Betawi, Setu Babakan, Jakarta Selatan. (Foto: Muhammad Zaki)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain gambang kromong pada acara komedi Betawi, Setu Babakan, Jakarta Selatan. (Foto: Muhammad Zaki)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia bisa dikatakan sebagai salah satu negara yang memiliki keragaman. Hal inilah yang kemudian melahirkan berbagai bentuk keberagaman. Salah satunya adalah alat musik tradisional.
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat Betawi, alat musik tradisional gambang kromong, bukanlah suatu keasingan. Gambang kromong merupakan salah satu warisan budaya tak benda. Seiring berkembangnya zaman, terdapat modifikasi dalam kesenian gambang kromong ini.
Modifikasi dilakukan agar gambang kromong tidak tersingkirkan oleh pertunjukkan lain yang lebih modern. Apakah ini adalah upaya untuk bertahan menjaga budaya atau tidak terkesan kuno?
Hal tersebut kemudian ditepis oleh Muhammad Zaki, anak seorang pemilik sanggar gambang kromong. Menurutnya, modifikasi dilakukan sebagai upaya untuk bertahan menjaga budaya agar mampu bersaing dan tetap eksis dalam dunia permusikan.
Awalnya, gambang kromong hanya terdiri dari 7 alat yaitu, gambang, kromong, gendang, kecrek, tehyan, suling, dan gong. Namun, pada puncaknya, kini gambang kromong telah beralih menjadi modern. Tujuannya, supaya generasi muda mengetahui bahwa gambang kromong juga bisa membawakan lagu-lagu modern dengan alat musik yang modern juga.
ADVERTISEMENT
"Gambang kromong zaman modern sekarang ini udah pake alat-alat musik elektrik. Yang terdiri dari keyboard, gitar, bas, terompet, dan drum," kata Zaki dengan nada nyablak.
Gambang kromong dengan alat musik modern. Foto: (Muhammad Zaki)
Meskipun instrumen musik gambang kromong digabung dengan alat musik modern, irama musik yang terdengar tetap didominasi oleh alat musik tradisional. Sehingga tidak menghilangkan ciri khas dari gambang kromong sendiri.
Laki-laki tersebut kemudian mengungkapkan bahwa perubahan ini masih belum bisa menarik perhatian generasi muda. Hal ini dikarenakan kurang sadarnya generasi muda terhadap budaya. Seharusnya, kehadiran gambang kromong modern ini bisa terus meregenerasi.
Secara perlahan, kini Zaki terus berusaha untuk menarik minat generasi muda. Berbagai upaya dilakukannya. Mulai dari mempromosikan kesenian gambang kromong bahkan hingga mengikuti berbagai event pementasan seni. Akhirnya, hanya dengan bermodalkan sekadar ingin tahu, kini generasi muda mulai tertarik untuk belajar memainkan gambang kromong.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulillah, semakin kesini generasi muda semakin terlihat keinginan dan tekadnya untuk belajar alat-alat gambang kromong modern. Dan saat ini juga sudah tersedia sekolah gambang kromong,” tambah Zaki.
Terlepas dari itu semua, Zaki berharap kebudayaan gambang kromong bisa membangun hubungan sinergis antaretnis yang menghasilkan harmoni indah dalam kehidupan. Generasi muda sangat berpengaruh pada pelestarian kebudayaan bangsa, salah satunya pada gambang kromong. Untuk itu, perlu adanya kesadaran akan pentingnya menghargai kebudayaan bangsa.
(Dhea Alvionita/Politeknik Negeri Jakarta)