Konten dari Pengguna

Resensi Buku "Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja"

Dheanda Ameysiela
Mahasiswi program studi Tadris Bahasa Indonesia di UIN Raden Mas Said Surakarta. Lahir pada 17 Oktober 2003. Sekarang bertempat tinggal di Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia.
6 Desember 2022 17:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dheanda Ameysiela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengenal Arti Kecewa Dan Bahagia Demi Mencintai Diri Sendiri
Sampul depan buku Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja (sumber dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Sampul depan buku Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja (sumber dokumen pribadi)
Buku berjudul “Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja” yang ditulis oleh Alvi Syahrin menggambarkan sebuah realita kehidupan yang dialami oleh banyak orang. Ketika seseorang tidak bisa menerima diri sendiri dan pada akhirnya malah menyalahkan diri sendiri. Seolah semua memang tidak bisa dirubah dan diperbaiki. Buku “Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja” ini menceritakan banyak hal mengenai beberapa sisi. Mungkin hal-hal tersebut sering dialami oleh orang-orang di luar sana. Dimulai dengan masalah patah hati, pengkhianatan dan kehilangan, kemudian dilanjutkan dengan bab tentang melepaskan dan sebuah arti kebahagiaan, lalu ditutup dengan self love atau cara mencintai diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Misalnya, ketika merasa tidak pantas untuk pasangan atau sedang berada di ambang keterpurukan karena diri sendiri masih belum cukup menyenangkan seseorang. Ada kalanya perlu untuk memberikan ruang untuk hati dan pikiran agar dapat beristirahat sebentar dari gemuruhnya masalah-masalah yang menerjang.
Sampul belakang buku Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja (sumber dokumen pribadi)
Alvi Syahrin juga menjelaskan bahwa hidup ini tidak ada yang abadi, artinya semua orang pasti akan pergi. Mengenai hal itu kita haruslah dapat membiasakan diri dengan arti melepaskan. Melupakan seseorang yang teramat berarti untuk kita. Perihal melupakan memang tidak semudah mengatakan, namun semua hal yang telah dilalui dapat menjadi pelajaran untuk hari-hari kedepan. Kita juga tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Akan tetapi, ada kalanya kita juga perlu merasakan kehilangan untuk bisa menghargai kehadiran seseorang.
ADVERTISEMENT
Buku ini secara mendalam membahas mengenai bagaimana seharusnya manusia dapat mencintai dirinya sebelum ia mencintai hal yang lain. Hidup tidak selalu tentang kesenangan saja. Tak apa jika kita tidak bisa memenuhi ekspetasi orang lain, tak apa jika sedang tidak baik-baik saja, tak apa jika kita merasakan sedih. Semuanya tidak ada yang sia-sia. Karena tujuan hidup bukan untuk menyenangkan orang lain. Alvi disini mengajak pembaca untuk dapat menerima keadaan mengenai apa yang sedang dijalani.
Melalui buku ini, kita tahu bahwa kebahagiaan kita tidak tergantung oleh orang lain. Kebahagiaan kita tidak harus mengikuti standar orang lain. Kita tidak bisa menjadikan orang lain sebagai patokan kebahagiaan kita, karena bahagia kita adalah apa yang kita ciptakan. Apa yang kita sukai, apa yang kita jalani. Apapun yang kita lakukan, kita pertanggunngjawabkan sendiri.
ADVERTISEMENT
Alvi Syahrin menuangkan isi pikirannya ke dalam buku ini dengan sangat epic! Realita kehidupan yang sangat sering dilewati oleh semua orang, diceritakan dengan rapi dan tak lupa dengan motivasi-motivasi yang ia berikan. Buku ini sangat layak untuk menjadi pegangan di kala sedang merasa tidak baik-baik saja dan dapat menjadi pelajaran bagi siapapun yang membacanya. Meskipun tulisan pada buku ini bersifat universal, namun motivasi-motivasi di dalamnya kebanyakan diambil dari satu keyakinan. Selain itu, cara Alvi dalam memberikan motivasi secara to the point dan tidak bertele-tele.
Identitas Buku
Judul : Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja
Penulis : Alvi Syahrin
Jumlah Halaman : 208
Tahun Terbit : 2020
Penerbit : Gagas Media
ADVERTISEMENT
ISBN : 978-979-780-967-6
Harga Buku : Rp. 93.000