Mudik 2022: Tidak Mudik Demi Mereka yang Mudik

Dhela Seftiany
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
21 Juni 2022 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dhela Seftiany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi sebagian besar umat muslim Indonesia, mudik 2022 menjadi momen yang menyenangkan. Mereka bisa kembali mudik ke kampung halaman untuk merayakan idul Fitri setelah 2 tahun terhalang pandemi. Namun, kebahagiaan yang sama tidak dapat dirasakan oleh orang-orang yang harus menghantarkan penumpang ke kampung halaman.
POTRET SALAH SATU STASIUN KERETA API DI MOMEN LIBUR LEBARAN. Serang Pria membawa tas dan perbekalan. Foto: Dokumentasi pribadi.
Sejak bulan Maret lalu, pemerintah sudah mengumumkan adanya izin mudik lebaran. Mudik 2022 ini, berbeda dengan 2 tahun sebelumnya. Masyarakat dipaksa untuk tidak pulang ke kampung halaman agar tidak terjadi penyebaran virus Covid-19, di tengah kasus yang terus meningkat. Kebijakan ini sontak membuat masyarakat girang, merasakan syukur karena bisa berkumpul dengan keluarga di hari yang berbahagia.
ADVERTISEMENT
Kesenangan akan harapan berkumpul bersama keluarga juga dirasakan oleh Titin (47), warga Bandung yang pulang kampung ke Garut pada tahun 2022 ini. Sejak 30 tahun lalu menetap di Bandung, Titin selalu pulang kampung tiap kali momen Idul Fitri Tiba. Setelah pandemi, akhirnya tahun ini ia bisa merasakan rutinitasnya. “Mumpung masih ada kesempatan”, ujarnya.
Tahun ini Titin tidak bisa membawa oleh-oleh yang banyak untuk keluarga di Garut, ia juga tidak bisa memberi uang THR pada keponakan dan cucunya di sana. Rejekinya tahun ini belum cukup untuk itu. Tetapi menurutnya, yang terpenting ia bisa berangkat ke Garut, merayakan kebahagiaan raya bersama orang tersayang.
Tahun ini, Titin memutuskan untuk mudik menggunakan kereta api. Jarak tempuh yang relatif dekat, harga yang murah, serta pelayanan kereta api yang nyaman, menjadi alasannya.
ADVERTISEMENT
Mudik menggunakan kereta api menjadi pilihan bagi ribuan pemudik lainnya tahun ini. Keinginan untuk pulang ke kampung halaman dikabulkan oleh para pekerja di PT KAI yang berperan penting dalam prosesnya.
Tetap Bertugas di Hari Raya
Para pekerja lapangan di PT KAI harus tetap bekerja di hari raya idul fitri. Mereka harus memastikan para penumpang sampai ke tujuan dengan selamat. Hal ini juga berlaku bagi Haryono Amir Qomara (25), salah satu masinis di PT KAI yang bertugas di wilayah Jabodetabek.
Selain bertugas menghantarkan penumpang, pria yang akrab dipanggil dengan nama Amir, sebagai masinis, juga memiliki peran yang sangat penting dalam tiap perjalan. Dalam peraturan Dinas yang disebutkannya, selain bertugas menjadi pengoperasi kereta dan pemimpin selama dalam perjalanan kereta api, ia juga bertugas mengerjakan laporan-laporan dinas mengenai perjalannya. Selain itu, Amir juga bertugas secara aktif berkomunikasi dengan Pusat Pengendali untuk mengetahui kondisi terbaru mengenai keadaan lintas pada saat ia berdinas.
ADVERTISEMENT
Amir sudah 6 kali tidak merayakan Hari Raya Idul Fitri di kampung halamannya, Kab. Bandung, Jawa Barat. Tidak ada hari libur khusus untuknya di momen lebaran sejak tahun pertama ia berprofesi sebagai masinis. Tahun ini menjadi tahun ke enamnya tetap bertugas mengoperasikan kereta api untuk menghantarkan penumpang, meski di momen hari raya Idul Fitri.
Amir menjelaskan bahwa posisinya berada pada unit operasional, sehingga tidak mendapatkan libur khusus di hari lebaran. Tidak ada cuti bersama ataupun cuti pengganti bagi para pekerja di unit operasional. “Hari libur kami normal, 1 bulan 4 kali. Jadi ya mungkin, kalaupun ada yang jadwal liburnya bertepatan dengan hari raya, ya itu memang jadwal normalnya dia libur”, jelasnya. Namun, perbedaan waktu libur ini sudah ia pahami jauh sebelum ia memutuskan untuk bergabung menjadi bagian dari PT KAI.
ADVERTISEMENT
Merayakan Idul Fitri dengan Cara yang Berbeda
Meski sudah bertahun-tahun tidak merayakan lebaran di kampung halaman, kampung halaman tetap memiliki ruang istimewa di hati Amir. Menurutnya, kampung halaman menjadi tempat penuh kenangan yang sulit dilupakan, sebagai tempat ia bertumbuh bersama keluarga dan teman-temannya. Sebelum menjadi masinis, menurutnya lebaran terasa sangat hangat di kampung halaman karena dapat berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga.
Momen idul fitri yang suci dan sakral menurutnya ini, tetap ia rayakan meski tidak berkumpul bersama keluarga. Walaupun jauh dari keluarga, ia bersama rekan-rekan kerjanya berusaha sebisa mungkin menumbuhkan rasa kekeluargaan yang erat. “Supaya apa? Supaya walaupun jauh dari keluarga, tapi masih ada keluarga kedua, yaitu rekan kerja”, jelas Amir.
ADVERTISEMENT
Walaupun tidak merayakan lebaran bersama keluarga, ia merasa senang dan bersyukur tiap kali bisa menghantarkan penumpangnya sampai ke kampung halaman dengan selamat. “Jujur ya, di sini kami senang melihat para pengguna jasa bisa berkumpul dengan keluarganya, berkumpul untuk merayakan hari raya bersama”, jelasnya.
Rasa bahagia itu muncul meskipun ia dan rekan kerja lainnya juga ingin merasakan hal yang sama. “Untuk itu kami rela tidak pulang, supaya kalian bisa pulang” pungkasnya.
Sebagai masinis, ia berharap pada Tuhan agar selalu diberikan kesehatan dan kekuatan secara jasmani dan rohani agar tetap bisa melayani para pengguna jasa dan mengantarkan mereka selamat sampai ke tujuan.