Membaca Historiografi Menuai Nilai: Menilik Sejarah Hari Dongeng Nasional

Dhian Mar'atussolihah
Mahasiswa Universitas Brawijaya Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
20 November 2023 10:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dhian Mar'atussolihah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Anak-Anak Mendengarkan Dongeng (sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak-Anak Mendengarkan Dongeng (sumber: https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mendongeng mungkin sudah tidak terlalu terkenal di zaman sekarang, bahkan mendongeng mulai ditinggalkan. Di zaman sekarang anak-anak lebih suka menonton vidio-vidio animasi di platform digital ketimbang mendengarkan sebuah dongeng, ditambah lagi kesibukan orang tua yang tidak mempunyai waktu untuk membacakan dongeng kepada anaknya. Anak-anak juga lebih tertarik dengan melihat vidio dari pada mendengarkan sebuah dongeng, karena menurut mereka vidio-vidio animasi tersebut lebih menarik. Apalagi anak-anak gampang bosan jika hanya mendengarkan saja, mereka akan lebih suka jika terdapat animasi-animasi yang dilihat.
ADVERTISEMENT
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai budaya. Salah satu bagian budaya yang merupakan pewarisan dari generasi ke generasi sering disebut sebagai tradisi. Tradisi dibagi menjadi dua yaitu tradisi lisan dan tradisi tulisan. Mendongeng merupakan salah satu wujud dari tradisi lisan di Indonesia. Pada zaman dahulu anak-anak mendengarkan dongeng dari orang tuanya sebagai upaya untuk mempererat hubungan orang tua dengan anaknya. Tetapi, seiring dengan perkembangan teknologi yang canggih kebiasaan mendongeng tersebut mulai ditinggalkan dan orang tua terkadang juga terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga sudah tidak lagi mau membacakan dongeng kepada anaknya. Kecanggihan teknologi ini juga memiliki dampak yang begitu kuat terhadap dunia mendongeng terutama kepada anak-anak, mereka lebih suka menonton vidio-vidio animasi dari pada mendengarkan sebuah dongeng.
Ilustrasi Anak-Anak Membaca Buku Cerita (sumber: https://pixabay.com/id/)
Di Indonesia banyak sekali cerita-cerita dongeng, seperti kisah Si Kancil, Malinkundang, Timun Mas, Danau toba dan sebagainya. Cerita-cerita tersebut dijadikan orang tua untuk mendongeng kepada anaknya. Penyampaian dongeng kepada anak-anak dapat dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan nilai-nilai positif yang terkandung di dalam cerita-cerita tersebut, sehingga dapat menanamkan dampak yang baik terhadap anak-anak. Tidak hanya itu, mendongeng juga sarana dalam melestarikan budaya Indonesia serta juga dapat menjaga eksistensi budaya di Indonesia. Penyajian yang digunakan dalam mendongeng yaitu melaui lisan, tetapi seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan kecanggihan teknologi, media lisan sudah mulai ditinggalkan. Anak-anak juga lebih suka melihat vidio-vidio animasi ketimbang harus mendengarkan sebuah cerita. Dalam hal ini, kita dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi tersebut yaitu salah satunya dengan membuat vidio-vidio animasi cerita-cerita rakyat dan menceritakannya. Dengan begitu anak-anak akan lebih tertarik untuk mendengarkan dongeng ditambah lagi terdapat sebuah animasi-animasi yang dapat membuat anak-anak menyukainya.
ADVERTISEMENT
Terdapat banyak sekali daerah di Indonesia yang memiliki cerita-cerita rakyat khasnya, contohnya daerah Kabupaten Magetan dengan cerita Legenda Telaga Sarangan yang memiliki simbol sebagai pengikat solidaritas masyarakat dimanapun mereka berada serta memupuk semangat persatuan dan kesatuan dengan semangat jiwa gootng royong dan rasa kebersamaan, Kota Gresik dengan cerita Legenda Asal Usul Kota Gresik, Kabupaten Malang dengan cerita Legenda Mbah Bajing, Kabupaten Blitar dengan ceritanya yaitu Cerita Rakyat Bubuksah Gagah Aking dan masih banyak lagi.
Ilustrasi Anak-Anak Mendengarkan Dongeng (sumber: https://pixabay.com/id/)
Mendongeng mengingatkan kita pada sosok Pak Raden yang sangat menginspirasi banyak pendongeng di Indonesia. Drs. Suryadi atau dikenal sebagai Pak Raden lahir pada tanggal 28 November 2015, bertepatan dengan hari lahir beliau ditetapkan sebagai Hari Dongeng Nasional. Peringatan ini dideklarasikan oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).Sebagai sosok yang mencurahkan sebagian besar hidupnya dalam dunia hikayat, rasanya tepat memperingati Hari Dongeng Nasional di tanggal kelahiran Pak Raden. Pak Raden memiliki kontribusi besar dalam mendidik karakter anak. Kontribusi Pak Raden dalam mendiidk karakter anak yaitu melalui mendongeng, cara Pak Raden mendongeng begitu mengesankan karena kelucuannya. Jasa besar Pak Raden bagi perkembangan anak-anak Indonesia melalui beragam karyanya, patut mendapat perhatian lebih.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya Pak Raden saja yang populer dalam dunia dengeng, tetapi banyak tokoh-tokoh yang juga berjasa besar terhadap dunia dongeng, seperti Mochammad Awam Prakoso yang lebih dikenal sebagai Kak Awam atau Awam Prakoso lahir di Blora, Jawa Tengah, 18 Mei 1973, PM.TOH yang bernama asli Agus Nur Amal yang lahir dan besar di Aceh. Beliau biasa di panggil dengan Bang Agus, Bang Agus dikenal sebagai sosok pendongeng, penontonnya tidak hanya anak-anak saja, tetapi semua kalangan. Tidak hanya itu beliau juga kerap memberikan workshop untuk anak-anak dan remaja. Kemudian ada Kak Bimo, Pakar Dongeng Berkarakter dan masih banyak lagi tokoh-tokoh pedongeng di Indonesia.
Melalui mendongeng banyak hal pelajaran dan kehidupan yang dapat kita ambil untuk disampaikan kepada anak-anak. Begitu juga pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama dapat kita tanamkan kepada anak-anak melalui tokoh-tokoh yang ada dalam dongeng tersebut. Anak-anak dapat belajar dan mengimplementasikan dalam kehidupannya.
ADVERTISEMENT