Konten dari Pengguna

Tak Semua Lelucon Berakhir Menyenangkan

Dhifa Febriyanti
Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Universitas Pamulang.
11 Juni 2023 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dhifa Febriyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Stand up comedy show with mic and many others property. Sumber: Shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Stand up comedy show with mic and many others property. Sumber: Shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Lelucon adalah tindakan atau perkataan yang mengandung unsur jenaka. Biasanya lelucon dibuat untuk membuat sebagian orang lain senang hingga tertawa. Namun, ingat hanya sebagian orang dan sebagiannya lagi mungkin tidak merasakannya hal yang sama. Bahkan, bisa saja lelucon yang dibuat membuat orang lain merasa dihina. Seperti kejadian pada waktu itu, dimana sebuah lelucon berhasil menyinggung beberapa nasionalis karena berisikan tentang pelecahan terhadap militer dari sebuah negara nasionalisme tinggi yaitu China. Li Haoshi, komedi stand-up membuat lelucon yang membandingkan perilaku anjingnya dengan slogan militer di sebuah acara komedi disiarkan langsung di ibu kota Beijing pada 13 Mei 2023. Lelucon Li dianggap meremehkan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA). Dalam leluconnya, Li Haoshi menggambarkan melihat dua anjing liar, yang sekarang dia adopsi, mengejar seekor tupai. Ini mengingatkannya pada jargon "bekerja keras, berjuang dan menangkan pertempuran". Presiden China Xi Jinping menggunakan jargon tersebut pada tahun 2013 untuk memuji etos kerja PLA. 
ADVERTISEMENT
Audio saat dia mengucapkan hal tersebut seketika viral di media sosial di China yaitu Weibo. China selama ini memang memberlakukan sensor ketat terhadap isu-isu yang dianggap sensitif, termasuk kritik terhadap Partai Komunis. Dengan segera, polisi Beijing menggelar penyelidikan terhadap Li dan mengklaim bahwa penampilan komedian itu sangat menghina.
Kasus ini dipahami untuk memecah belah publik China atas lelucon yang tidak pantas seperti komedi stand-up yang sekarang populer dan menunjukkan batasan apa yang dianggap pantas di China, di mana pihak berwenang mengatakan komedi juga harus mempromosikan nilai-nilai sosial. Dampak dari kasus tersebut merugikan banyak pihak. Pertama, perusahaan yang memperkerjakannya dikenakan denda sebesar 14,7 juta yuan atau setara dengan 31,3 miliar rupiah dan komedian tersebut telah dipenjarakan. Kedua, karena kasus itu pemerintah melakukan pembersihan industri entertainment. Dimana semua drama yang akan datang ditunda dan yang sedang tayang tidak diizinkan untuk dipasarkan. Akibatnya, banyak penggemar drama china merasa kecewa dan takut drama kesukaannya tidak akan tayang. Bahkan, variety show tidak diperbolehkan mengadakan kegiatan offline, semua acara pameran, konser, semuanya ditangguhkan. Dan pemerintah menganjurkan lebih sering melayangkan siaran tentang politik sosial agar masyarakat disana lebih memahaminya. Ternyata tidak semua pembahasan atau suatu hal bisa dijadikan lelucon dalam pertunjukkan. Apalagi di negara yang memiliki peraturan ketat di setiap bidangnya. Para komedian seharusnya menyaring terlebih dahulu bagaimana topik yang mereka buat tidak akan menyinggung pihak lain yang berakibatkan merugikan diri sendiri. Karena tak semua lelucon dapat membuat orang lain tertawa.
ADVERTISEMENT