Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mencari Jejak Makanan Zaman Kuno di Nusantara
1 Desember 2024 17:31 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Dhimas Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman tradisi dan budaya, dan hal ini berlangsung sejak nama Indonesia masih menjadi Nusantara.
ADVERTISEMENT
Berbicara soal keberagaman tradisi dan budaya, makanan merupakan salah satu budaya yang selalu menarik untuk dibahas, tapi tahukah anda? bahwasanya makanan yang biasa kita konsumsi sehari-hari mempunyai sejarah yang sangat panjang dan mempunyai nilai yang tinggi pada masa nusantara kuno, yuk! langsung saja kita bahas!
Dendeng
Dendeng merupakan makanan yang terbuat dari olahan daging dan berbumbu kering. makanan ini berasal dari Sumatera barat, namun makanan ini pernah eksis di Jawa
Informasi ini disebut dalam prasasti taji yang berangka tahun 901 masehi dari era Kerajaan Medang. Kerajaan ini awalnya berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian pindah ke Jawa Timur pada abad ke-10.
Pada perkembangannya, dendeng mempunyai variasi lain yang rasanya tidak kalah menarik seperti halnya Dendeng balado yang berasal dari Sumatera barat
ADVERTISEMENT
Dendeng balado adalah makanan yang dibuat dari irisan tipis dan lebar daging sapi yang dikeringkan lalu digoreng kering. Daging goreng ini lalu diberi bumbu balado.
Urap
Urap adalah makanan tradisional Indonesia yang berasal dari Jawa dan tersebar di berbagai wilayah Nusantara, termasuk Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Urap merupakan hidangan sayuran rebus yang dicampur dengan kelapa parut dan bumbu.
Urap punya sejarah panjang karena turut disebutkan dalam Prasasti Linggasuntan yang berangka tahun 929 Masehi dari era Kerajaan Medang.
Urap berkembang dari kebiasaan petani membawa nasi dan sayuran ke sawah. Lambat laun, bumbu kelapa ditambahkan untuk meningkatkan cita rasa dan ini merupakan hidangan wajib dalam upacara sepasaran di Jawa, yaitu upacara yang diadakan ketika bayi berumur lima hari. Dalam upacara ini, urap disajikan dalam tumpeng gudangan yang berisi tujuh macam sayuran.
Lalapan
lalapan ternyata sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Bahkan lalapan tertulis dalam Prasasti Taji 910 yang ditemukan di Ponorogo, Jawa Timur. Pada prasasti itu, lalapan dikenal sebagai kuluban Sunda.
ADVERTISEMENT
Sementara dalam jurnal Budaya dan Komunikasi Kesehatan (Studi Pandangan Kesehatan pada Masyarakat Sunda dalam Tradisi Makan Lalapan)yang ditulis oleh Retno Hendarningrum dijelaskan konsumsi lalapan sudah menjadi budaya, tradisi dan karakter dari masyarakat Sunda.
Hal itu dipengaruhi oleh geografis tanah Sunda yang subur karena dikelilingi oleh pegunungan dan udara yang sejuk. Dari tanah yang subur itu, tumbuhlah aneka jenis sayuran yang melimpah sehingga dat dikonsumsi kapan saja.
Sumber lain menyebutkan, lalapan tak hanya berupa dedaunan muda, namun juga umbi-umbian, buah muda, bunga termasuk biji-bijian. Dalam naskah Sangyhang SiksaKandang Karesian pada abad 15 tertulis ragam masakan yaitu lawana (asin), kaduka (pedas), tritka (pahit), amba (asam), kasaya (gurih) dan madura (manis).
Dodol
Makanan selanjutnya, yang tidak kalah kunonya yaitu dodol. makanan ini berasal dari Garut, Jawa Tengah. Dodol merupakan makanan cemilan yang memiliki tekstur kenyal dan lengket. Dodol juga kerap memiliki rasa yang manis dan juga dipadukan dengan berbagai varian rasa.
ADVERTISEMENT
Dodol merupakan makanan klasik yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Kuno (Medang). Makanan ini tercatat dalam Prasasti Alasantan dan Prasasti Sangguran sebagai hidangan pencuci mulut para bangsawan Istana Mataram Kuno. Selain itu, dodol sudah disebutkan dalam saduran kitab Ramayana versi Jawa. Ramayana sendiri kerap dianggap sebagai karya sastra India yang pertama kali disadur oleh masyarakat Jawa.
Rawon
Rawon adalah masakan khas Indonesia yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur, yang berupa sup daging berkuah hitam dengan campuran bumbu khas yang menggunakan kluwek.
Dalam prasasti yang ditemukan di Ponorogo, Jawa Timur, terdapat kata "rarawwan" yang merupakan asal kata rawon. Prasasti ini ditulis pada tahun 901 M dan berisi daftar hidangan yang disajikan dalam acara besar selain itu, Serat Centhini, naskah sastra Jawa yang ditulis pada tahun 1735 juga memuat kata "rarawwan" dan resep rawon. Catatan tentang rawon juga ditemukan pada Serat Wulangan Olah-olah Warna-warni, yaitu Catatan resep koleksi Istana Mangkunegaran Surakarta yang dicetak pada tahun 1926 juga membahas mengenai rawon.
ADVERTISEMENT
Rawon awalnya disajikan untuk acara-acara kerajaan dan bangsawan, namun seiring waktu menjadi populer di kalangan penduduk Jawa Timur. Rawon yang awalnya menggunakan daging kerbau, kini diganti dengan daging sapi karena semakin sulitnya mendapatkan daging kerbau
Rawon memiliki ciri khas kuah berwarna hitam kecokelatan yang berasal dari campuran rempah kluwek. Rawon juga menggunakan rempah lain seperti jahe, kunyit, bawang merah, dan bawang putih. Rawon sering disajikan dengan nasi putih panas dan pelengkap seperti tauge, daun bawang, dan telur asin.
Bicara mengenai keberagaman tradisi dan budaya di Indonesia, memang tidak akan pernah habis. Tak heran kalau banyak sekali makanan yang biasa kita konsumsi sehari-hari memiliki nilai penting di masa lampau, oleh karena itu kita harus bangga dan melestarikan kuliner ini agar tetap eksis di masa depan.
ADVERTISEMENT