Konten dari Pengguna

Perjuangan Ibu Sakina Pasca Bencana Tsunami di Palu, Sulawesi Tengah

Dhiyah Syafitri
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
29 Oktober 2020 14:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dhiyah Syafitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ibu sakinah yang berjualan di pinggiran pantai kota palu / Foto oleh Dhiyah Syafitri/ 29 November 2020.
zoom-in-whitePerbesar
ibu sakinah yang berjualan di pinggiran pantai kota palu / Foto oleh Dhiyah Syafitri/ 29 November 2020.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kejadian yang menimpa kota palu beberapa waktu kemarin bisa di bilang merupakan kejadian yang paling membekas di hati masyarakat kota palu, Tepatnya pada tanggal 28 September 2018. Bagaimana tidak kejadian tersebut merenggut banyak korban jiwa dan harta benda masyarakat. Kejadian ini juga menyebabkan kerusakan pada mental atau psikologis masyarakat. Kerusakan pada infrastruktur juga tidak dapat di pungkiri.
ADVERTISEMENT
Yang paling merasakan kerusakan akibat dari bencana tsunami ialah penduduk yang tinggal di tepi laut, yaitu mereka yang berprofesi sebagai pedagang dan nelayan. Banyak dari mereka yang mengalami kehilangan rumah maupun keluarga tidak lagi ingin menetap di pinggiran laut untuk tinggal, banyak dari mereka memilih untuk pindah ke bagian tengah kota maupun dataran tingg, tidak sedikit juga dari mereka yang pindah keluar kota.
Ibu Sakina merupakan salah satu dari pedagang yang tinggal di bagian pinggiran pantai yang berprofesi sebagai pedagang. Ibu Sakina bekerja sebagai pedagang yang menerima suplai ikan dari para nelayan yang juga bekerja di pinggiran pantai. Ibu Sakina sudah menjadi pedagang selama 10 tahun dan selalu berjualan di tempat yang sama dan sudah memiliki pelanggang yang tetap.
ADVERTISEMENT
Ibu Sakina juga merupakan korban dari dari kejadian tsunami yang menimpa kota palu, Beliau kehilangan anggota keluarga dan rumahnya. Tapi tidak seperti kebanyakan orang lainnya ibu Sakina memilih untuk tetap kembali bangkit dan membangun kembali rumahnya di tempat yang sama yaitu di pinggir pantai.
Alasan utama ibu Sakina tidak memilih untuk pindah ialah karena tempat tersebut sudah memiliki banyak kenangan dari semenjak 10 tahun yang lalu bersama keluarganya. “ Yah walaupun mau pindah, mau pindah kemana? Sedangkan mata pencaharian saya disini” kata ibu Sakina dengan raut wajah pasrah.
Pemerintah pun juga sudah menyediakan HUNTARA ( Hunian Sementara) buat para korban yang kehilangan rumah mereka. Akan tetapi Ibu Sakina tetap memilih untuk tinggal di rumahnya.
ADVERTISEMENT
Ibu Sakina juga tetap menjalani pekerjaannnya sebagai pedagang. Biasanya yang yang membeli itu adalah pembeli tetap yang sudah menjadi langganan dari lama kata ibu sakina. “ Yang menjadi pembeli biasanya tentara, polisi, dan orang – orang kantoran, soalnya mereka udah kenal saya dan tau kalau ikan – ikan saya itu fresh” jelas bu Sakina.
Walaupun kehilangan anggota keluarga ibu Sakina masih memiliki seorang anak yang duduk di bangku SMP, biaya Pendidikannya pun di bantu oleh pemerintah. Ibu Sakinah Terus melanjutkan hidupnya dan melangkah terus kedepan ia sangat bersyukur tidak semua anggota keluarganya yang di ambil oleh sang kuasa. Beliau bersyukur masih di berikan kehidupan yang layak dan masih bisa membiayai keluarganya.
ADVERTISEMENT