Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Maraton Novel vs. AU: Apakah Kepuasan yang Didapatkan Sama?
10 Desember 2024 13:31 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Dhiyanisa Farah Jauza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu begadang untuk menghabiskan satu novel hanya karena penasaran dengan ending-nya? Kalau pernah, pasti kamu familier dengan rasa puas setelah melakukan maraton novel. Maraton novel merupakan aktivitas membaca novel dengan jumlah tertentu dan dalam waktu yang cenderung singkat. Bagi sebagian orang, menyelesaikan satu novel dalam semalam memberikan kepuasan tersendiri. Terlebih jika novel itu memiliki halaman yang banyak, yang dirasa mustahil untuk diselesaikan dalam semalam.
ADVERTISEMENT
Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan kecanggihan teknologi yang mengikutinya, kepuasan maraton novel mulai tergeser oleh fenomena sastra yang lebih instan, yaitu munculnya Alternative Universe (AU). AU menawarkan pengalaman baca dengan format yang lebih modern, ringan, dan ringkas dengan tetap mempertahankan eksplorasi genre sastra yang luas. Format sastra seperti inilah yang sangat cocok untuk pembaca generasi digital yang menginginkan hiburan yang praktis, interaktif, dan imajinatif.
Kemunculan AU sebagai Sastra Digital yang Populer
AU, sebagai bagian dari fiksi penggemar yang melawan penerbitan konvensional, sebenarnya bukan hal yang baru dalam dunia sastra. Berdasarkan Johnson dalam The Rise of the Citizen Author: Writing Within Social Media, fiksi penggemar dalam media sosial muncul dan berkembang pesat sejak awal tahun 2000-an, ketika platform penerbitan digital dan media sosial mulai populer. Namun, AU yang dikenal secara luas oleh pengguna media sosial, mulai mendapatkan atensi publik yang besar pada saat pandemi tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Eksistensi AU dalam dunia sastra muncul dari kekecewaan terhadap keadaan atau alur cerita asli yang tidak sesuai dengan harapan. Mari kita ambil salah satu contoh dari kasus yang sempat viral di platform X tentang pria yang protes terhadap hak aborsi bagi para korban kekerasan seksual, yang membuat sebagian dari kita mungkin kecewa dengan hal tersebut. Perasaan kecewa inilah yang mendorong kita untuk membuat suatu cerita dengan alur imajinatif di mana pria bisa hamil (mpreg). Kemudian kita mengunggahnya dengan format yang lebih sederhana di platform media sosial untuk dinikmati secara publik. Seperti itulah secara singkatnya AU terbentuk. Bermula dari rasa kecewa dan ketidakpuasan terhadap realitas, yang kemudian diwujudkan dalam dunia imajinatif untuk memberikan pelarian bagi mereka yang sependapat.
ADVERTISEMENT
Kepuasan Maraton Novel Tebal vs. AU yang Instan
Meskipun tidak semua, dunia imajinatif AU sering disajikan dalam bentuk thread tangkapan layar dari percakapan fiktif antar karakter, sehingga hanya membutuhkan beberapa menit untuk dibaca. Kalau begitu, mengapa harus begadang semalaman untuk menyelesaikan novel tebal jika kepuasan bisa didapatkan hanya dengan beberapa kali scroll? AU memang menawarkan bentuk sastra yang cukup untuk menghibur tanpa perlu menghabiskan banyak waktu. Namun, apakah kepuasan yang dihasilkan sama dengan maraton novel?
Membaca AU memang memberikan kepuasan instan. Hanya dengan beberapa kali scroll layar, kita sudah bisa menyelesaikan cerita dengan berbagai konflik dan twist yang dikemas dengan ringkas dan padat. Sayangnya, hal tersebut sering berakibat pada pengemasan konflik dan twist AU yang terlalu dipaksakan, sehingga terasa mengganjal meskipun kita terhibur. Rasanya seperti makan camilan yang enak tetapi tidak mengenyangkan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, maraton novel yang tebal membawa kepuasan tersendiri. Proses pembacaan yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan perhatian terhadap setiap detail narasi yang disajikan memungkinkan pembaca untuk berimajinasi lebih dalam. Selain karena narasinya yang lebih kompleks, usaha yang diberikan untuk menyelesaikan satu novel tebal dengan target jangka waktu yang singkat memberikan kepuasan yang berbeda jika dibandingkan dengan satu thread AU. Oleh karena itu, apabila kepuasan yang dimaksud adalah rasa bangga bisa maraton novel yang mustahil diselesaikan dalam semalam, maka AU tidak akan pernah bisa menandingi kepuasan dari maraton novel.
Pembaca dalam Evolusi Sastra
Kepuasan yang didapat dari maraton novel tebal dan AU tidak sama. Namun, kita tidak perlu membatasi diri hanya dengan memilih salah satu. Sastra terus berevolusi, dan format penyajian cerita bukanlah hal yang statis sehingga perubahannya tidak perlu dibenci. Dengan kata lain, baik maraton novel maupun AU memiliki tempatnya masing-masing dalam dunia sastra. Sebagai pembaca, jika kita bisa menikmati keduanya, mengapa tidak? Yang penting adalah bagaimana kita tetap menjaga kecintaan terhadap literasi dan tidak membiarkan minat baca kita menjadi rendah.
ADVERTISEMENT