Konten dari Pengguna

Analisis Puisi 'Tapi' Karya Sutardji Calzoum Bachri

Diah Suhartini
Mahasiswi Prodi Sastra Indonesia Universitas Pamulang Profesi sebagai pendidik di Yayasan Al Fattaah Guru Bidang Bahasa Indonesia
30 Juni 2023 16:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diah Suhartini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Pribadi (Channel Kelas Berani Jadi Pujangga KMO Indonesia Batch 2 Grup Telegram)
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Pribadi (Channel Kelas Berani Jadi Pujangga KMO Indonesia Batch 2 Grup Telegram)
ADVERTISEMENT
Tapi
Sutardji calzoum bachri, 1981
Aku bawakan bunga padamu
ADVERTISEMENT
Tapi kau bilang masih
Aku bawakan resahku padamu
Tapi kau bilang hanya
Aku bawakan darahku padamu
Tapi kau bilang cuma
Aku bawakan mimpiku padamu
Tapi kau bilang meski
Aku bawakan dukaku padamu
Tapi kau bilang tapi
Aku bawakan mayatku padamu
Tapi kau bilang hampir
Aku bawakan arwahku padamu
Tapi kau bilang kalau
Tanpa apa aku datang padamu
Wah!
Puisi yang berjudul Tapi ini, suatu renungan yang akhirnya menjadi sebuah monolog. Di dalamnya ada timbal balik antara pikiran dan hati yang isinya berupa tentangan atau sesuatu yang menjadi bandingan. Dibeberapa baris ada kata “aku, padamu, dan bilang” kata aku adalah seorang hamba, sedangkan padamu adalah mengarah kepada Tuhan sang pencipta, sedangkan bilang sama seperti ungkapan, ungkapan Tuhan berupa firman yang tertulis di Al-quran.
ADVERTISEMENT
Dibaris pertama ada kalimat “Aku bawakan bunga padamu” kalimat ini mengungkapkan seorang hamba yang menyerahkan keindahan atau bentuk tubuhnya yang sempurna, karena sebaik-baik ciptaan Tuhan itu ialah manusia. Kata bawakan dibaris pertama ini mengarahkan kepada menyerahkan dan kata bunga ialah manusia, karena manusia itu seperti bunga, yang harus dirawat, dalam artian kita harus bisa menjaga diri dan hati. Bunga jika terus disiram dengan teratur dan diberi pupuk yang baik, maka akan tumbuh dengan indah, sama halnya dengan manusia jika terus diberi nasihat dan asupan-asupan ilmu yang baik, maka akan tumbuh jati diri dan kepribadian yang baik, meliputi karakter dan sifat sehingga berpribadi yang menjalur sesuai syariat. Namun kalimat pertama itu ditentang dengan kalimat “Tapi kau bilang masih” kata masih tersebut menjelaskan tentang masih akan ada kehidupan selanjutnya, yang tertera dalam QS. Al-'Ankabut: ayat 64 “....Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.”
ADVERTISEMENT
Baris ke-3 “Aku bawakan resahku padamu" untuk kata bawakan ini, lebih mengarah berserah. Sedangkan resahku itu suatu kekekhawatiran atau rasa takut akan hal bagaimana kehidupan yang akan datang, jadi pada kalimat ini menyatakan aku berserah untuk kekekhawatiran atau rasa takutku kepada-Mu. Ungkapan itu direspons dengan kalimat “Tapi kau bilang hanya” dengan makna hanya ini, maka hanya orang-orang yang datang dengan hati yang bertaubat, seperti dalam surat Qaf: ayat 33 “(Yaitu) orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih, sekalipun tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat.”
Pada baris ke-5 “Aku bawakan darahku padamu” kata bawakan di sini tetap masih mengarah kepada kata berserah, adapun kata darahku ini seperti luka atau sakit penyesalan yang menyesali akan saat hidup di dunia, jadi pada kalimat ini menyatakan aku berserah akan sakit atau penyesalanku kepada-Mu. Lagi-lagi dikalimat ini dibalas dengan “Tapi kau bilang cuma” kata cuma ini yaitu hanya, maka hanya kan ada kerugian, tertulis jelas dalam surat Al-'Asr: ayat 1-3 “Demi masa, sungguh manusia berasa dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
ADVERTISEMENT
Dibaris ke-7 ini “Aku bawakan mimpiku padamu” bawakan dibaris ini masih tetap mengarah kepada makna berserah. Ada kata mimpiku dibaris ini, yang berarti ada suatu keinginan atau harapan kita sebagai hamba yaitu surga, hal yang semua inginkan. Jadi pada kalimat ini menyatakan aku berserah akan keinginanku kepada-Mu. Dikalimat ini dijawab dengan kalimat “Tapi kau bilang mesti” kata mesti ini menjelaskan tentang, mestinya kita sebagai hamba harus taat dan bertakwa, yang sudah jelas dalam surat An-Nisa': ayat 13 “....Barang siapa taat kepada Allah dan rasul-Nya, dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya....”
Pada baris ke-9 ini ada kalimat “Aku bawakan dukaku padamu” kata bawakan ini masih pada makna berserah. Selanjutnya ada kata dukaku, yang bermakna kesedihan untuk sebuah penyesalan. Jadi pada kalimat ini menyatakan aku berserah akan dukaku kepada-Mu. Dibaris selanjutnya ada respons “Tapi kau bilang tapi” kata tapi ini sama dengan kata namun yang artinya kata penghubung yang menandakan perlawanan, jadi saat hambanya mengungkapkan kesedihan hatinya untuk sebuah penyesalan selama hidup, maka kata perlawanan ini adalah sebuah proses atau cara dalam arti usaha mencegah dalam surat Fathir ayat: 37 “....Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.”
ADVERTISEMENT
Selanjutnya ada kalimat “Aku bawakan mayatku padamu” dibaris ke-11, masih pada makna berserah dikata bawakan ini, sedangkan kata mayatku ini berupa jasad atau badan yang tidak ada jiwanya. Jadi pada kalimat ini menyatakan aku berserah akan jasadku kepada-Mu. Dibaris ke-11 ini merespons dengan kalimat “Tapi kau bilang hampir” hampir di sini maknanya seperti mendekat, yang mendekat itu ialah kematian, yang sudah jelas dalam surat An-Nisa': ayat 78 “Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh....”
Baris ke-13 ada kalimat “Aku bawakan arwahku padamu” dikalimat ini bawakan itu mengarah kemakna menyerahkan dan kata arwahku tersebut ialah ruh, ruh ini yang akan kembali kepada pencipta-Nya. Jadi pada kalimat ini menyatakan aku menyerahkan ruh kepada-Nya. Namun dikalimat ini dijawab dengan “Tapi kau bilang kalau" untuk kata kalau ini menjelaskan kalau atau andai saja ada yang kau bawa, yaitu bekal seperti amal kebajikan. Dijelaskan dalam surat Al-Baqarah: ayat 197 “....Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!”
ADVERTISEMENT
“Tanpa apa aku datang padamu” dikalimat ini sebuah pertanyaan yang kita sendiri mengetahuinya, bahwa saat dipanggil atau kembali kepada pencipta-Nya, tidak akan membawa apapun kecuali amal ibadah dan amal kebaikan selama hidup. Sedangkan diakhir kalimat ada kalimat “Wah!” bentuk kekecewaan yang mendalam dan timbullah penyesalan sehingga menggambarkan emosi yang begitu kuat.
Pada pengkajian diatas, jadi nilai kehidupannya ialah sebaik-baiknya atau sesempurna apa pun kita diciptakan untuk hidup di dunia ini, kita akan tetap berpulang kepada-Nya, berbagai macam tindakan yang kita lakukan itu akan ada sebuah pertanggungjawaban, bahkan Tuhan akan memberikan kita surga jika kita mampu istikamah dan menjaga iman dan takwa.
Pesan moralnya adalah gunakan masa sebaik mungkin, isilah waktu-waktu itu untuk melakukan hal dan kegiatan yang bermanfaat yang akan menumbuhkan taat dan pribadi yang lebih berpikir panjang, kalau hidup di dunia itu hanya sementar, jadi jangan sampai menjadi seorang perugi.
Dokumentasi Pribadi (Channel Kelas Berani Jadi Pujangga KMO Indonesia Batch 2 Grup Telegram)
ADVERTISEMENT