Konten dari Pengguna

Break The Bias: Tidak Seharusnya Perempuan Dipandang Sebelah Mata

Dayu
be yourself, be beautiful
3 Oktober 2022 19:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi (pixabay) | Bisnis
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi (pixabay) | Bisnis
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hingga saat ini, bias gender sebenarnya masih ada. Namun, semangat perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan gender lebih besar. Keinginan perempuan untuk bisa diberikan kesempatan yang sama dengan laki-laki terus digaungkan. Anggapan laki-laki yang selalu menganggap perempuan itu lemah, manja, dan tidak bisa melakukan semua hal yang benar menjadi alasan mengapa mereka tidak ingin mempekerjakan dan menganggap remeh perempuan.
ADVERTISEMENT
Dari aspek pekerjaan, kita tahu bahwa stereotip yang disematkan laki-laki cenderung lebih positif dibandingkan perempuan. Banyak stigma dari masyarakat yang menganggap laki-laki itu lebih logis, rasional, dan tegas. Begitupun dalam pembagian pekerjaan, laki-laki selalu dianggap lebih memumpuni dibandingkan perempuan, padahal jika dilihat secara kualitas dan kemampuan mereka itu sebanding dan sama saja.
Pada tanggal 8 Maret kemarin dipilih sebagai Hari Perempuan Sedunia (Internasional Women's Day). Tema yang diangkat tahun ini yaitu #BreakTheBias - dunia yang bebas dari bias, diskriminasi, dan stereotip terhadap perempuan. Seperti yang kita tahu, perempuan terus menjadi korban bias gender dalam lingkup pekerjaan. Dikarenakan perempuan selalu dipandang sebelah mata dan dianggap tidak mampu bekerja.
Di Indonesia sendiri presentase perempuan yang bekerja hanya sekitar 39,3% saja, itupun pekerjaan yang diisi kebanyakan yang mengarah pada profesi femininity. Misalnya, perempuan dianggap lebih memiliki empati, dan lembut. Jadi, profesi yang cocok yaitu sebagai guru tk, bidan, dan pekerjaan-pekerjaan sosial lainnya. Stigma seperti ini sepertinya memang sudah mandarah daging pada masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Anggapan bahwa perempuan yang katanya tidak capable dibanding laki-laki, bahkan hingga diremehkan kemampuannya, dan kurang diapresiasi oleh atasannya. Hal ini membuat perempuan mengalami tekanan dari stereotipnya yaitu ketakutan bahwa mereka mengkonfirmasi stereotip negarif terhadap mereka. Secara tidak langsung, stereotip ini akan mengambil kognitif kapasitas mereka lebih banyak, inilah yang akhirnya membuat perempuan jadi underperforming di tempat kerja. Hal ini kemudian dijadikan anggapan orang-orang bahwa perempuan memang tidak bisa bekerja.
"Pekerjaan berat seperti ini, perempuan mana bisa?" pandangan seperti ini sering kita temukan dalam dunia kerja. Jadi perempuan dalam dunia kerja seperti ini memang tidak mudah. Menurut data PBB sedikitnya 90% orang punya pandangan yang bias terhadap perempuan. Banyak masyarakat yang sampai saat ini memandang segala aspek diukur dari gender-nya yang membuat perempuan selalu dirugikan.
ADVERTISEMENT
Secara global, hampir 50% laki-laki mengatakan bahwa dirinya lebih berhak dibandingkan perempuan, padahal sebenarnya perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Belum lagi syarat pekerjaan dimana wanita dituntut harus ‘good looking’.
Menurut hasil riset google pada kata kunci "gender equality” meningkat 25%. Hal ini mendorong adanya makin banyak perempuan di Indonesia yang berani terlibat dan membuat eksistensi mereka di lingkup pekerjaan makin tampak.
Menurut Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia (KJBI) 2014 BPS, jabatan manajer yang dilihat berdasarkan umur; manajer perempuan di Indonesia paling banyak di umur 40-44 tahun, dengan jumlah sebesar 13,71%. Dari segi sektor, proporsi perempuan pada posisi manajerial paling banyak berada pada sektor jasa, dengan jumlah sebesar 37,9%. Lalu, Jika dilihat dari bidang kerja, paling banyak pada bidang keuangan dan administrasi, dengan jumlah sebesar 59%.
ADVERTISEMENT
Dari data di atas dapat dilihat keterlibatan perempuan dalam hal pekerjaan sudah tidak bisa dianggap remeh lagi. Terutama dalam sektor keuangan dan administrasi, perempuan jauh lebih unggul dibanding laki-laki. Selama bertahun-tahun lamanya perempuan menunjukkan bukti dan kekuatannya dapat diperhitungkan di banyak sektor salah satunya dari segi ekonomi. Perempuan telah membuktikan bahwa dirinya mampu bekerja dan mengerjakan pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki. Jadi, sekarang bukan hanya mematahkan hambatan kaum perempuan namun mematahkan semua bias yang ada saat ini, terutama soal bias gender.
Sudah seharusnya perempuan mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki, dan mendapatkan tempat yang setara dengan laki-laki. Dan perempuan juga memiliki hak untuk kenaikan pangkat sesuai dengan usaha yang dilakukannya selama bekerja. Gaji dibayar semestinya, tidak ada lagi perbedaan gaji antara laki-laki dengan perempuan, di mana gaji perempuan selalu lebih rendah dibanding laki-laki.
ADVERTISEMENT