Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Belajar Lebih Mencintai Bumi dari Peristiwa di Pulau Paskah
19 Maret 2021 21:46 WIB
Tulisan dari Diah Ayu Suci Kinasih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pulau paskah atau Rapa Nui adalah pulau berpenghuni paling kecil di dunia yang terletak di Samudera Pasifik. Ukurannya hanya seluas kota Bandung.
ADVERTISEMENT
Pulau ini ditemukan oleh Roggeven tahun 1722 dengan kondisi yang tidak begitu baik.
Saat itu jumlah penduduk hanya berkisar 3.000 orang, sangat jarang pepohonan, dan mereka bercocok tanam di tanah yang gersang.
Namun ternyata kondisi tersebut berbeda dengan keaadaan pulau Paskah di masa lalu.
Sejumlah arkeolog dan ilmuwan melakukan sejumlah penelitian dan menemukan bahwa kira-kira pada 400 M, pulau paskah adalah tempat yang subur.
Pulau tersebut dihuni oleh penduduk Polinesia dengan kegiatan sehari-hari mereka bercocok tanam dan memanfaatkan hasil hutan.
Namun, semua berubah saat dimulainya pembangunan patung batu berukuran besar yang saat ini menjadi ikon populer dari pulau paskah, patung Moai.
Memangnya mengapa?
Dalam pembuatan patung Moai, patung tersebut dipindahkan dengan menggunakan kayu gelondongan dan tali.
ADVERTISEMENT
Kayu-kayu tersebut dijejer membentuk jalan roller coaster dan digunakan untuk mengangkut patung dengan ditarik orang, seperti ilustrasi di bawah ini.
Maka bayangkan saja berapa banyak kayu yang dibutuhkan untuk mengangkat ratusan patung di pulau tersebut?
...dan tentu saja jumlah penebangan kayu ini tidak hanya untuk mengangkut patung, tetapi juga untuk kebutuhan memasak, membuat perahu, dsb.
Pada akhirnya pohon menjadi sangat jarang ditemui di pulau tersebut.
Fungsi hutan di pulau Paskah
Hutan secara umum berfungsi untuk menampung dan menyerap air hujan. Tanpa adanya hutan, air hujan tidak dapat terserap dan langsung mengalir ke laut atau menguap begitu saja.
Dalam jangka panjang, hal ini berakibat pada siklus curah hujan di pulau paskah yang akan semakin menyusut. Padahal sistem perairan mereka sangat bergantung pada curah hujan.
Tanpa adanya hujan tidak ada vegetasi hutan yang tumbuh, tidak ada kayu untuk membuat rumah dan perahu. Penduduk kelaparan tanpa adanya bahan makanan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, semakin lama muncul persaingan penduduk untuk memperebutkan sumber daya alam yang tersisa. Ditambah, mereka berlomba-lomba membangun patung untuk menunjukkan kehebatan masing-masing kelompok.
Semua pohon di pulau tersebut akhirnya dibabat habis.
Di saat dampak kerusakan semakin parah dan mencoba keluar dari pulau. Mereka menyadari bahwa tanpa ada kayu mereka tidak dapat membuat perahu.
Alhasil, jumlah penduduk menurun secara tajam. Peradaban di pulau paskah runtuh.
Yang dapat kita pelajari dari pulau Paskah
Peristiwa yang terjadi di pulau paskah sering dijadikan sebagai sebuah contoh kerusakan lingkungan besar-besaran yang disebabkan oleh manusia.
Seperti Pulau Paskah, Bumi hanya memiliki sumber daya yang terbatas untuk mendukung masyarakat manusia dan segala kebutuhannya.
Maka mari kita memanfaatkan dengan bijak, menjaga serta mempertahankan sumber daya alam yang ada, agar tak terulang kejadian yang sama dengan pulah Paskah.
ADVERTISEMENT