Konten dari Pengguna

Mengenal Period Poverty: Isu Global yang Masih Tabu

Diajeng Prasetiani
Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Airlangga
23 Mei 2023 7:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diajeng Prasetiani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi period poverty. Foto: Dean Clarke/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi period poverty. Foto: Dean Clarke/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Setiap bulan, jutaan perempuan di dunia menghadapi sebuah tantangan berupa siklus menstruasi dan mengakses produk-produk kesehatan yang berkaitan dengan menstruasi sesuai dengan kebutuhan mereka.
ADVERTISEMENT
Menstruasi merupakan siklus bulanan yang ditandai dengan keluarnya lapisan darah melalui alat reproduksi wanita dan berasal dari dinding rahim.
Menstruasi umumnya dialami pertama kali oleh perempuan sejak umur sepuluh hingga lima belas tahun. Selama mengalami siklus menstruasi, perempuan membutuhkan berbagai produk kesehatan yang memang penting untuk menjaga organ reproduksi dan kesehatan badan seorang perempuan. Akses untuk membeli dan mendapatkan produk-produk ini menjadi hak untuk setiap perempuan tanpa pengecualian.
Setiap perempuan berhak mendapatkan akses dan hak untuk memperoleh produk-produk yang berkaitan dengan menstruasi. Produk-produk tersebut antara lain adalah pembalut, menstrual cup, tampon, toilet, dan penanganan limbah menstruasi yang baik.
Ilustrasi period poverty. Foto: JessicaGirvan/Shutterstock
Terlepas dari kondisi sosial dan ekonomi, kebebasan untuk mendapat produk yang terkait dengan menstruasi merupakan hak harus dapat dirasakan oleh setiap perempuan. Hak ini termasuk dalam Hak Asasi Manusia karena menstruasi merupakan kondisi yang alamiah terjadi dan dirasakan oleh perempuan.
ADVERTISEMENT
Period poverty merupakan kondisi yang merujuk pada minimnya akses pada produk sanitasi dan minimnya pengetahuan mengenai kebersihan pada saat menstruasi.
Hambatan ini mencakup hambatan sosial, ekonomi, maupun budaya. Riset dari Global Citizen menunjukkan lima ratus juta perempuan memiliki kekurangan akses dalam mendapat produk sanitasi yang memadai, sedangkan lebih dari 1,9 miliar orang di dunia mengalami menstruasi. Period poverty merupakan krisis kesehatan yang menjadi isu global karena dapat berefek panjang pada sektor kesehatan dan pendidikan.
Menurut WHO, sebanyak sepertiga remaja perempuan di Asia Selatan dan satu dari sepuluh remaja perempuan di Afrika bolos dari sekolah mereka ketika sedang mengalami siklus menstruasi karena kekurangan akses pada tidak mempunyai fasilitas toilet yang aman dan memadai untuk mereka di sekolah.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi period poverty. Foto: Lisa_A/Shutterstock
Perempuan yang tidak mampu membeli pembalut ataupun tampon akan mengalami kondisi medis yang tidak baik karena dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada organ reproduksi.
Kurangnya akses terhadap air yang bersih juga dapat menyebabkan perempuan tidak dapat menjaga higienis mereka selama siklus menstruasi. Dilansir Medical News Today, period poverty juga memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan mental seorang perempuan.
Stigma terhadap menstruasi yang dialami oleh perempuan menjadi salah satu penyebab utama dari period poverty. Topik mengenai menstruasi dianggap masih tabu sehingga banyak perempuan yang memilih untuk memendam pertanyaan maupun keluhan mereka mengenai kondisi yang mereka alami.
Stigma negatif ini membuat perempuan merasa tidak nyaman dan cenderung menyembunyikan keadaannya. Kesulitan mengakses informasi mengenai kesehatan menstruasi juga menjadi penyebab perempuan yang pertama kali mengalami menstruasi merasa malu dan bingung.
Ilustrasi sakit perut menstruasi. Foto: sitthiphong/Shutterstock
Di beberapa negara, isu period poverty ditanggapi oleh serius dengan melakukan beberapa program yang dapat membantu mengakhiri period poverty.
ADVERTISEMENT
Seperti disahkannya Period Product Bill oleh pemerintah Skotlandia yang berisi akses gratis pada produk menstruasi mulai pada Juli 2020 lalu. Di New Zealand, pemerintah juga menyediakan program akses produk menstruasi secara gratis di setiap sekolah sejak pada bulan Juni 2021.
Kita sebagai individu yang memiliki kebebasan berekspresi juga dapat berperan dalam menghentikan period poverty melalui memberikan dan menyediakan informasi mengenai kesehatan menstruasi terutama di daerah yang masih tabu dan minim akses informasi.
Kita juga dapat melawan stigma mengenai menstruasi dengan menyediakan ruang aman bagi perempuan dan secara masif mempromosikan pentingnya isu period poverty.