Konten dari Pengguna

Teater Virtual di Masa pandemi

Diajeng Oktavianingrum
Mahasisw Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN JAKARTA
14 Desember 2020 8:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diajeng Oktavianingrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahun 2020 menjadi tahun yang kelam bagi peradaban manusia. Virus COVID-19 melemahkan berbagai macam sektor. "Tetap di Rumah saja" merupakan semboyan baru yang sudah bertebaran di berbagai macam jejaring sosial, media masa, dan bahkan semua orang menuturkannya. Semenjak memasuki masa pandemi seluruh kegiatan dibatasi, ruang lingkup yang tadinya meluas mengalami penyempitan yang drastis. Meskipun berbagai macam kegiatan terbatas, namun kreatifitas para seniman dan budayawan tidak habis terkikis. Bagi kalian pencinta seni yang suka menonton teater, tidak perlu risau kalian tetap bisa menontonnya dengan tetap di rumah saja dan menaati protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Teater Virtual belakangan ini menjadi topik hangat yang diperbincangkan berbagai kalangan seniman dan budayawan. Lalu, apa sih sebenarnya definisi dari teater virtual ?
Teater berasal dari kata teatron ( Bahasa Yunani), yang artinya tempat melihat,(Romawi , auditorium; tempat mendengar). Teater merupakan suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsanya mewujud dalam suatu karya seni. ( Riantiarno, 2011:1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) virtual bermakna nyata. Jadi teater virtual bisa diartikan sebagai sebuah pertunjukan di mana para penonton dan pemain lakon tidak saling bersambung mata, mereka terpisah jarak dan penonton dapat melihat pertunjukannya secara daring atau virtual.
ADVERTISEMENT
Tidak bermaksud untuk promosi atau mendukung, hanya memberikan contoh salah satu ruang kreatif yang menyuguhkan teater virtual dan dapat diakses secara gratis adalah saluran Youtube Galeri Indonesia Kaya. Penonton dapat menonton beberapa pertunjukan seperi Bunga Penutup Abad, Nyanyian Sunyi Revolusi, Preman Parlente, Malin Kondang, dan lain-lainnya.
Kembali ke topik utama, teater virtual mulai ramai saat Indonesia memasuki masa normal baru. Pelaku seni membuat inovasi baru dengan mengadaptasikan pertunjukan teater yang berbeda. Pelaku seni berusaha menjaga eksistensi seni teater agar tetap hidup dan tidak terkubur arus.
Teater virtual merupakan penyokong seniman untuk tetap berkarya menyumbangkan ide-ide kreatifnya melalui panggung virtual. Teater virtual juga salah satu alasan untuk memperkuat seni agar tidak mati di masa pandemi. Lantas, adakah kelebihan dan kekurangan dari penginovasian seni dan budaya di masa pandemi ini?
ADVERTISEMENT
Beberapa kelebihan teater virtual antara lain adalah biaya tiket menjadi lebih murah, kita dapat mengaksesnya lebih mudah, dan menonton pertunjukannya menjadi lebih santai. Kita dapat menonton teater virtual sembari tiduran dan menikmati berbagai macam kudapan.
Kekurangan dari teater virtual adalah kurangnya rasa berimajinasi dan sensasi yang timbul dalam menonton pertunjukan. Harus diakui menonton pertunjukan teater secara langsung dan dalam jaringan (daring) pastinya berbeda. Namun tanpa melihat kekurangan tersebut, mari kita sama-sama menjaga kesenian dan kebudayaan agar tidak mati menjadi bangkai, selama masa pandemi. Karena jikalau bukan kita, siapa lagi?