Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pola Asuh sebagai Ketahanan Sosial Emosional Anak
4 Juni 2023 5:36 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ilmuwan Psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Karakter seorang anak merupakan cerminan dari cara orang tua mendidik anak, hal ini menjad dasar bahwa segala perilaku dan sikap merupakan sebuah perjalanan dan proses yang tidak dapat dilepaskan dari campur tangan orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Seorang anak dapat dikatakan memiliki karakter Baik dan Kuat (BAKU) karena proses perkembangan dan fungsi emosi yang sesuai dengan perkembangannya.
Sebagai seorang dewasa tentu hal ini menjadi tugas bagi setiap orang tua yang telah memiliki anak, jadi tidak hanya guru yang bertugas dalam membentuk karakter BAKU bagi masa depan anak usia dini.
Pada kesempatan program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh tim dari Dosen Psikologi UMP dan para orang tua siswa SMP Muhammadiyah Ajibarang pada 17 Mei 2023 lalu mengenai pola asuh pada anak.
Saat ini banyak orang tua menitipkan anak dengan harapan bahwa di sekolah telah diajarkan karakter yang diinginkan. Berdalih karena merasa sudah membayar mahal ke lembaga sekolah, maka para orang tua enggan berkontribusi dalam membangun karakter anak.
ADVERTISEMENT
Padahal anak juga memiliki emosi dan berharap kedekatan kepada kedua orang tuanya. Guru hanya memberikan pendidikan dan pembentukan karakter sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah, meskipun sang guru sudah berupaya seoptimal di sekolah namun bila peran orang tua tidak bersinergi dengan para guru maka hasilnya akan nonsens.
Beberapa pertanyaan dilontarkan, apakah selama ini pola asuh orang tua sudah benar? Maka ini menjadi jawaban masing-masing para orang tua dalam mengukur sistem pola asuhnya.
Di dalam keluarga pola asuh menjadi tolak ukur dalam membentuk perilaku anak hingga dewasa. Pola asuh merupakan cara atau metode pengasuhan yang digunakan oleh orang tua agar anak dapat tumbuh menjadi individu-individu yang dewasa secara sosial (Santrock, 2002).
ADVERTISEMENT
Orang tua merupakan wadah bagi anak untuk menumpahkan segala emosi dalam hidupnya entah emosi negatif atau emosi positif yang dirasakan, sehingga anak menjadi dekat dengan orang tuanya.
Selain itu temuan lain mengungkapkan bahwa anak akan menjadi pribadi yang lebih prososial terhadap lingkungan sekitarnya karena mereka tentu hidup bermasyarakat (Satata & Saldin, 2020).
Dalam World Book Dictionary (1994) mendefinisikan bahwa emosi sebagai "berbagai perasaan yang kuat", seperti rasa benci, takut, marah, cinta, senang, dan sedih.
Oleh karena itu, seorang akan mencari seseorang yang dianggap nyaman bagi mereka untuk menumpahkan emosi tersebut dengan caranya.
Bila di lingkungan sekolah maka guru dan teman sebayanya bisa menjadi curahan bagi siswa untuk menumpahkan emosi, namun bila di rumah diharapkan orang tua menjadi medan bagi curahan emosi anak.
Melalui penerapan pola asuh yang tepat seperti otoritatif (demokratis), otoriter, permisif, dan neglectful anak memiliki kesempatan untuk menjadi karakter yang diharapkan.
ADVERTISEMENT
Efek perenapan pola asuh yang tepat mempengaruhi perkembangan dan bagaimana anak bersikap terhadap lingkungannya. Misalnya, pola asuh demokratis yang menggunakan komunikasi dua arah antara orang tua dan anak, maka anak mampu berinteraksi dan bekerja dengan orang lain.
Namun, bila pola asuh otoriter diterapkan sedangkan tingkat responsif anak rendah maka ke depan anak cenderung akan selalu takut dalam mengambil keputusan.
Maka dari itu, diharapkan peran orang tua menjadi pionir dalam membangun ketahanan sosial emosional anak agar menjadi karakter yang BAKU di sosial masyarakat dan bagi dirinya sendiri.