Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Pengalaman Pertama Mudik ke Kebumen Naik Kereta Api
15 Juli 2018 18:15 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Dian Farida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kilas balik pengalaman mudik lebaran tahun 2018 ini yuk. Saya lahir dan besar di Jogja, tetapi kedua orangtua saya berasal dari Sumatera. Papa dari Lampung, sedangkan Mama dari Bangka. Otomatis saat lebaran, saya bisa mudik ke banyak tempat. Apalagi Mama 10 bersaudara, dan keluarga mereka tersebar di Jakarta, Bandung, Kalimantan hingga Palembang. Saat masih single dulu, saya dan adik-adik juga pernah mudik ke kota-kota tersebut.
ADVERTISEMENT
Yang paling membekas adalah perjalanan mudik ke Lampung. Saat pencarian tiket pesawat belum semudah dan harga seterjangkau sekarang, kami mudik via darat, naik mobil. Kebayang dong ya, dulu Pelabuhan Bakauheni antriannya kayak apa. Total perjalanan bisa menghabiskan waktu 24 jam. Enggak mandi sudah biasa. Yang penting bisa berkumpul dengan sanak saudara. Dari keluarga besar Papa, yang tinggal di Jogja hanya Papa saja.
Begitu menikah, ritual mudik masih saya lakukan. Kebetulan suami saya asli Jogja. Ketika dulu kami tinggal di Jakarta dan Depok Jawa Barat, kami mudik ke Jogja naik pesawat. Pernah juga satu kali mudik ke Lampung dari Jakarta. Saya bertemu dengan adik-adik dan orangtua saya di Lampung. Mereka berangkat dari Jogja.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keluarga suami juga punya rutinitas mudik. Saat lebaran, mertua bersilaturahmi ke rumah besan. Mertua dari kakak pertama suami saya adalah orang Jogja juga, jadi silaturahminya dekat. Sedangkan kakak kedua suami saya menikah dengan orang Klaten. Jadi mertua saya pasti mudik ke Klaten setelah salat Idul Fitri. Lalu pada hari kedua atau ketiga lebaran, keluarga suami biasanya mudik ke Kebumen. Ya, ibu mertua saya asli Kebumen. Semua saudaranya di Kebumen. Hanya beliau sendiri yang tinggal di Jogja semenjak menikah dengan orang Jogja.
Saya pernah ikut mudik ke Kebumen. Waktu anak pertama saya berusia 2 tahun. Kami naik mobil milik ipar saya. Karena keponakan saya banyak sekali, jadi mobil sangat penuh. Mertua dan Mbah Buyut juga ikut. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan.
ADVERTISEMENT
Pengalaman Mudik ke Kebumen Bersama Dua Anak
Juni 2018 kemarin, akhirnya saya ikut mudik ke Kebumen bersama suami, ke tempat Mbah Buyut dari suami alias ibunya mertua. Tahun-tahun sebelumnya saya dan anak-anak memang enggak ikutan ke Kebumen. Tiga tahun sebelumnya saya dalam kondisi hamil. Lalu dua tahun yang lalu, anak kedua saya (Sara) masih bayi. Dan setahun lalu, Sara masih berusia 1 tahun.
Yang terbayang di benak saya adalah arus mudik yang macet kalau naik kendaraan pribadi, karena saya pernah mudik dari Jogja ke Kebumen menghabiskan waktu 5-7 jam, hiks. Itupun di dalam mobil yang penumpangnya penuh. Waktu itu ada mertua, empat kakak ipar, dan lima keponakan. Ditambah Mbah Buyut dari bapaknya suami kalau pas ikut. Kebayang kan betapa sesaknya kalau saya ikut bersama anak-anak. Padahal keluarga suami selalu mudik naik mobil.
ADVERTISEMENT
Daripada saya menyusahkan karena bakal mual muntah saat hamil, atau anak saya rewel karena masih kecil, saya memilih untuk enggak ikutan. Kalau dalam bahasa Jawa "sakjane dadi ra kepenak sih", tapi bagaimana lagi. Naik kereta api? Duh, bertahun-tahun lalu kok ya nggak kepikiran sama sekali dengan transportasi publik ini. Mungkin karena gaungnya belum menggelar dan imagenya masih semrawut, kereta api nggak masuk alternatif untuk mudik.
Daripada saya menyusahkan karena bakal mual muntah saat hamil, atau anak saya rewel karena masih kecil, saya memilih untuk nggak ikutan. Kalau dalam bahasa Jawa "sakjane dadi ora kepenak sih", tapi bagaimana lagi. Naik kereta api? Duh, bertahun-tahun lalu kok ya nggak kepikiran sama sekali dengan transportasi publik ini. Mungkin karena gaungnya belum menggelegar dan image -nya masih semrawut, kereta api enggak masuk daftar alternatif untuk mudik.
ADVERTISEMENT
Begitu saya merasakan sendiri bahwa KAI sudah berbenah, saya langsung bilang ke suami, "Yah, kita mudiknya naik kereta api aja yuk. Anak-anak pasti senang."
Alhamdulillah langsung disetujui. Pak Suami yang masih sibuk bekerja karena ambil cutinya mepet lebaran, langsung pesan Tiket Kereta Api . Alhamdulillah dapat tiket untuk empat orang. Saya, suami, dan dua anak.
Pembelian tiket kereta api secara online sangat memudahkan. Enggak perlu antri di stasiun. Buat pekerja kantoran kayak suami, hal ini menguntungkan. Apalagi di Jakarta sering macet. Kalau harus ke stasiun, kebayang harus izin kantor berapa jam. Saya sendiri sebagai freelancer juga enggak mau direpotkan dengan antrian tiket. Lebih pilih langsung klik dan bayar di ATM terdekat atau e-banking.
ADVERTISEMENT
Kayak gini nih kemudahan pesan tiket kereta api secara online:
1. Instal Aplikasi tiket.com
2. Sign up melalui Google atau Facebook
3. Pilih pemesanan yang mau dilakukan
4. Pilih tanggal keberangkatan, tempat keberangkatan dan tujuan, serta jumlah penumpang
5. Manfaatkan kolom Urutkan, Filter dan Ubah
6. Lengkapi data diri
7. Pilih pembayaran
Cepat dan mudah, kan?
Saya bahkan sudah punya TIX Card Basic dengan 674 TIX Point lho. TIX Point ini didapat setiap kita melakukan transaksi.
Apa saja keuntungan memiliki TIX point?
1. Diskon di Merchant
Dengan menunjukkan virtual card di Apps tiket.com ke merchant, kita akan mendapatkan diskon/promosi khusus.
2. Tukarkan TIX Point Dengan Barang-Barang Pilihan
ADVERTISEMENT
Pilihan barang yang dapat ditukarkan bisa dilihat di www.tiket.com/tix.
3. Potongan Harga Langsung di tiket.com
Tukarkan TIX Point (minimal 1250 point) untuk mendapatkan potongan harga langsung.
Wah, banyak sekali kan keuntungannya. Itu sebabnya saya lebih suka memesan tiket dari tiket.com
Kembali ke cerita mudik ke Kebumen Juni lalu. Terus terang saya cukup kaget dengan fasilitas KA Wijayakusuma yang kami gunakan. Kereta ini memang kelas ekonomi dengan rasa premium. Selain bersih, nyaman, jarak bangku cukup lega, ternyata KA Wijayakusuma dilengkapi kloset duduk. Saya duduk di kursi bagian belakang di gerbong tiga. Toilet terletak persis di belakang saya, dan Alhamdulillah nggak tercium bau pesing. Justru saya takjub dengan kebersihan dan fasilitasnya. Tisu toilet juga tersedia. Anak pertama saya sempat buang air kecil di toilet Wijayakusuma. Padahal dia termasuk yang milih-milih toilet. Kalau kotor dikit, bau dikit, mana mau :(.
ADVERTISEMENT
Meskipun kelas ekonomi, tapi sekarang KAI selalu ber-AC. Tak hanya itu, di atas saya ada lampu perbangku yang bisa dinyalakan jika naik kereta di malam hari. Terus di saku kursi juga terdapat kantong plastik untuk yang mabuk perjalanan, atau bisa juga untuk tempat sampah. Buat saya yang dulu underestimate sama moda transportasi kereta api, sekarang sebaliknya. Saya acungi jempol. Bawa dua anak kecil jadi aman dan nyaman. Keretanya juga tepat waktu. Pukul 09.30 tepat berangkat dari Stasiun Tugu Jogja.
Ketika kembali ke Jogja dari Kebumen, saya dan keluarga juga naik kereta api. Kami mengambil keberangkatan pagi pukul 6.50 wib. Percaya nggak percaya, keretanya berangkat ontime. Tepat pukul 7 kurang 10 menit, kereta Wijayakusuma bertolak dari Stasiun Kebumen. Untung kami sudah tiba di stasiun sejak pukul 6.30. Jadi kalau teman-teman mau naik kereta api, pastikan tiba jauh-jauh sebelum jam keberangkatan ya. Kereta pun sampai tepat waktu, yaitu pukul 8.20 di Stasiun Tugu Jogja. Jika nanti mau liburan ke Kebumen, atau hendak mudik di tahun-tahun berikutnya, saya jelas bakal naik kereta Wijayakusuma lagi. 1,5 jam tanpa macet dan fasilitasnya juga oke. #TiketKemanapun mudah didapat via online.
ADVERTISEMENT
Bagian paling menarik justru cerita dari keluarga suami yang mudik via jalur darat dengan mobil pribadi. Mereka berangkat pukul 6.30 pagi, dan sampai Kebumen pukul 8.00 pagi. Wow! Sama dengan kereta lama perjalanannya. Ternyata jalur mobil sudah enggak macet. Jadi waktu berangkat kemarin, kami dijemput oleh mereka di Stasiun Kebumen:D. Tahu gitu kami bisa saja Sewa Mobil sekaligus sopirnya ya. Jadi sekarang ada alternatif sewa mobil via online selain naik kereta api. Kalau teman-teman pilih yang mana?
Selain itu, sewa mobil juga bisa dipertimbangkan kalau mau jalan-jalan di Kebumen tapi pas enggak ada yang antar. Waktu di Kebumen, kami sempat berwisata ke Taman Bunga Amdal. Alhamdulillah ada saudara yang bisa mengantar. Nah, jika kami ingin lebih banyak mengeksplorasi tempat wisata lainnya, sewa mobil jadi pilihan utama nih. Saya jadi semangat nih bikin itenerary wisata Kebumen untuk mudik lebaran tahun depan:)
ADVERTISEMENT