Konten dari Pengguna

Mengenal Lebih Dekat Munasain dan Konsep Museologi

Dian Komara
ASN Badan Riset dan Inovasi Nasional
24 Mei 2022 13:10 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dian Komara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pintu Masuk Munasain (Dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Pintu Masuk Munasain (Dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Museum Nasional Sejarah Alam (Munasain) yang berlokasi di Bogor Jawa Barat sungguh menarik dan luar biasa, terutama penampilan koleksi artefak etnobotani Indonesia, ucap siswi MTs. Negeri YPHB Bogor pada saat mengunjungi Munasain.
ADVERTISEMENT
Salah satu pengunjung mengungkapkan bahwa semula ia hanya melintas melewati Munasain, pada akhirnya tertarik, penasaran untuk masuk ke Munasain. Di dalam museum, 1a terkesan dengan koleksi artefak etnobotani. Koleksi etnobotani secara awan seperti benda-benda kerajinan yang terbuat dari tumbuhan, seperti rotan, bambu, kayu, lontar, daun pandan dan lain-lain. Namun dari koleksi tersebut kita dapat mengenal dan memahami bagaimana masyarakat lokal di Indonesia memanfaatkan tumbuhan untuk keperluan hidup sehari-hari, baik sebagai pangan, sandang, papan, perlatan rumah tangga, dan lain sebagainya.
Istilah etnobotani berasal dari kata “etno” atau etnis berarti bangsa atau sekelompok orang dengan budaya tertentu, dan “botani” yaitu ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia etnobotani yaitu ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam keperluan kehidupan sehari-hari dan adat suku bangsa.
ADVERTISEMENT
Pada buku A hand Book of Ethnobotany istilah etnobotani dinterpretasikan oleh Powers (1873), Harshberger (1895), Vartak & Gadgil, Mudgal & Jain (1983) hingga pendapat dari Arora (1997). Arora menyatakan bahwa Ethnobotany in wider context denotes the entire realm of useful relationship between plants and man, dapat diartikan etnobotani dalam konteks yang lebih luas menunjukkan wilayah seluruh hubungan yang berguna antara tumbuhan dan manusia.
Dari Indonesia menurut pandangan Rifai dan Walujo (1992), etnobotani yaitu harus mampu mengungkapkan keterkaitan hubungan budaya masyarakat, terutama tentang persepsi dan konsepsi masyarakat dalam memahami sumber daya nabati di sekitar tempat tinggal mereka bermukin. Etnobotani juga merupakan bagian cabang ilmu etnobiologi.
Koleksi artefak etobotani (Dokumentasi pribadi)
Materi Pameran Munasain
Sebenarnya koleksi etnobotani merupakan awal koleksi dan bagian besar dari pameran museum. Kini materi lain yang dapat kita gali antara lain tentang sejarah kebun raya bogor, herbarium dan tentang naturalis pertama keanekaragaman hayati Indonesia dan karya Rhumpius (Georg Eberhard Rumpf). Tokoh-tokoh berkaitan ilmu botani yaitu : G.E. Rumphius, C.G.C. Reinwardt, Johannes ellias Teijsman, Mulchoir Treub, Dr. William Burck, Dr.J.C. Koningsberger, Prof. Kusnoto Setyowidiryo, Prof. Anwary Dilmi, Dr. Sampurno Kadarsan dan Carl Linnaeus dalam bentuk interaktif dengan tema : “Tahukah anda ?...siapakah dia?”
ADVERTISEMENT
Materi display lainnya yang tak kalah menarik adalah tetang sejarah alam, dan ruang kerja zaman dulu. Di ruang ini terdapat peralatan dan perlengkapan untuk eksplorasi serta membuat spesimen herbarium serta koleksi herbarium dan literatur tertua berkaitan dengan botani. Materi pameran terbaru yang dipamerkan antara lain tentang manusia dan lingkungan, dan ekositem Indonesia, namun materi pameran ekosistem Indonesia masih dalam proses.
Pameran terbaru tentang manusia dan lingkungan menyajikan ceritera tentang sejarah awal pencarian makanan, sejarah migrasi manusia, penelusuran jejak perburuan pangan, sumber pangan lokal hingga berburu meramu tingkat awal. dan tingkat lanjut. Kemudian materi bertani berpindah dan pondok sementara hingga bertani menetap, kesemuanya dilengkapi dengan artefak sebagai koleksi utamanya.
Bagian lainnya bercerita tentang awal peradaban manusia jutaan tahun lalu dimana gua dan ceruk merupakan hunian awal sejarah peradaban manusia. selain itu bagaimana penemuan api dan peradaban zaman batu. Semua diceritakan dengan sistemtik dan apik serta artistik dilengkapi dengan artefak fosil tumbuhan, hewan dan moluska.
ADVERTISEMENT
Munasain mempunyai ruang Audio Visual (AV) yang berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara visual. Ruang pemutaran film atau video berkapasitas sekitar 30-40 orang. Ruangan lainnya yaitu ruang serbaguna berkapasitas 40-50 orang, dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan kegiatan Munasain. Sarana lainnya berupa ruang P3K dan nursery room serta shop & cafe namun sarana yang terakhir belum difungsikan.
Konsep Museologi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Museologi adalah ilmu tentang pengelolaan museum. Begitu banyak museum yang ada di Indonesia, menurut data statistik kebudayaan Indonesia 2019 yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa museum di Indonesia berjumlah 435 museum. Salah satunya adalah Munasain yang kini berada di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang berada di Bogor, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Munasain BRIN lahir dari embrio Museum Etnobotani Indonesia atau MEI. Ide mendirikan MEI datang dari Prof. Sarwono Prawiroharjo sebagai ketua Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia atau MIPI pada 1962, bertepatan dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung Herbarium Bogoriense. Ide tersebut dimantapkan kembali oleh Dr. Setijati Sastrapraja ketika itu sebagai direktur Lembaga Biologi Nasional (LBN) pada 1973. Dengan melalui proses panjang akhirnya MEI terwujud dan diresmikan pada tanggal 18 Mei 1982 oleh Mentri Riset dan Teknologi di Indonesia Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie. MIPI berkembang menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI dan sekarang menjadi BRIN.
Ruang Informasi dan Lobi Munasain (Dokumentasi pribadi)
Seiring dengan adanya perubahan maka museum sebaiknya mengikuti perkembangan zaman. Dalam museologi baru pekerjaan museum pada pelayanan kepada masyarakat memusatkan perhatian secara profesional yang dapat memamerkan objek dari konteks yang satu ke konteks yang lain, yaitu konteks primer ke konteks museologis. Konteks primer bahwa konteks awal dari koleksi mempunyai nilai-nilai ekonomi baik konseptual maupun fisik yang ditransfer oleh peneliti sebelum menjadi objek koleksi yang dipamerkan yang disebut dengan istilah muselisation atau Museality. Koleksi artefak yang merupakan warisan budaya selayaknya harus melalui proses tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Peter Van Mens (2003) mengatakan bahwa fungsi dasar museum adalah penelitian, pelestariandan komunikasi. Penelitian mengacu pada penelitian berbasis warisan budaya dan berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu yang dalam hal ini ilmu hayati. Pelestarian disini merupakan kegiatan perawatan fisik dan administrasi warisan yang terdiri dari kegiatan pengumpulan, dokumentasi, konservasi dan restorasi. Sedangkan komunikasi adalah merupakan kegiatan berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui pameran, kegiatan pendidikan dan publikasi.
Inti pernyataan pada International Council of Museum (ICOM) bahwa museum mempunyai kegiatan mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan untuk tujuan studi, pendidikan dan hiburan yang bersifat tangibles dan intangibles dari bukti-bukti material manusia dan lingkungannya. Dengan demikian museum tidak sekedar mengoleksi benda-benda secara fisik namun sebaiknya dapat menentukan data hasil interpretasi atau media yang bersifat refresentatif dan kreatif.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, melalui tulisan ini dan dalam rangka Hari Museum Internasional yang diperingati setiap tanggal 18 Mei, kita berharap masyarakat Indonesia dapat mengenal, mengetahui dan mengunjunginya, yang dapat memberikan informasi tentang perkembangan permuseuman. Dirgahayu Munasain.