Konten dari Pengguna

Puncak Sosok : Daya Tarik Alam Dan Aspek Manajemen Pengelolaannya

DIAN NOVI PURWAMITA
MAHASISWI UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI PARIWISATA
1 Desember 2024 13:31 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari DIAN NOVI PURWAMITA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pintu masuk Puncak Sosok, sumber foto : dokumen pribadi / Dian Novi Purwamita
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pintu masuk Puncak Sosok, sumber foto : dokumen pribadi / Dian Novi Purwamita
ADVERTISEMENT
Dunia pariwisata adalah dunia yang tidak ada matinya karena setiap manusia akan melakukan perjalanan wisata ketika kebutuhan primer dan sekunder-nya sudah terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Suatu destinasi wisata harus memiliki daya tarik agar dapat menarik para pengunjung untuk datang. Agar daya tarik yang sudah ada bisa tetap menarik, pengelola harus memiliki manajemen untuk menjaga daya tarik tersebut.
Ada banyak sekali objek atau atraksi wisata di Indonesia. Namun, di sini saya akan fokus untuk membahas daya tarik dan manajemen pengelolaan salah satu objek wisata alam dan wisata kuliner yang cukup populer di Yogyakarta yaitu Puncak Sosok.
Ilustrasi pemandangan di Puncak Sosok, sumber foto : dokumen pribadi / Dian Novi Purwamita

Daya Tarik (Wisata Alam dan Kuliner)

Puncak Sosok yang sedang viral belakangan ini terletak di sebuah pinggiran pegunungan tepatnya di Padukuhan Jambon, Desa Bawuran, Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisatawan yang ingin datang ke Puncak Sosok bisa menempuh perjalanan sekitar 30 menit dari kota Jogja, atau sekitar 40 menit dari Universitas Gadjah Mada. Letak Puncak Sosok yang tinggi menjadi tantangan tersendiri untuk para pengunjung karena jalannya yang curam dan berkelok-kelok dan minimnya penerangan ketika hari mulai gelap.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan bio instagram @puncak_sosok, Puncak Sosok buka mulai pukul 15.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB sehingga banyak pengunjung yang datang untuk menikmati indahnya matahari tenggelam dan menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat sembari menikmati makanan dan minuman, hingga live music.
Makanan dan minuman yang dijual sebenarnya tidak terlalu beragam. Kebanyakan menjual menu yang kurang lebih sama yaitu nasi kucing seperti di angkringan, gorengan, dan berbagai jenis sate untuk makanan, sedangkan untuk minuman kebanyakan menjual es teh, es jeruk, dan minuman-minuman sachet seperti kopi, nutrisari, dan lain-lain.
Selain itu, tak sedikit juga pengunjung yang datang hanya ingin sekadar berswafoto dengan background pemandangan matahari tenggelam atau lampu-lampu kota dan kemudian kembali ke rumah masing-masing.
ADVERTISEMENT

Aspek Manajemen Pengelolaan Atraksi

Manajemen pengelolaan atraksi wisata penting untuk menjaga keberlanjutan suatu destinasi wisata. Terdapat beberapa aspek pendekatan manajemen atraksi yang sesuai dengan tren terkini, yaitu aspek pelestarian lingkungan, aspek manajemen pengunjung, pelibatan stakeholder dan masyarakat, dan aplikasi manajemen risiko bencana.

1. Aspek Pelestarian Lingkungan

Aspek pelestarian lingkungan memastikan bahwa kegiatan wisata tidak merusak sumber daya alam. Pariwisata harus mengarah pada pembangunan berkelanjutan yang mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Artinya pengembangan sektor pariwisata harus membawa manfaat ekonomi tanpa merusak lingkungan yang ada.
Menurut saya Puncak Sosok belum memenuhi aspek pelestarian lingkungan. Ketika saya berkunjung ke sana, masih banyak tempat sampah yang tidak dipisah. Namun, untuk bungkus makanan dan minuman sudah banyak toko yang tidak menggunakan plastik walaupun masih ada satu atau dua toko yang masi menyajikan minuman menggunakan cup plastik. Selain itu, Puncak Sosok belum menggunakan energi terbarukan. Puncak Sosok masih menggunakan listrik yang digabung dengan aliran listrik warga.
ADVERTISEMENT

2. Aspek Manajemen Pengunjung

Di era globalisasi dan digitalisasi ini, informasi cepat sekali tersebar. Hal ini memungkinkan akan adanya pembludakan wisatawan sehingga diperlukan strategi manajemen pengunjung yang tepat agar dapat berjalan dengan efisien.
Menurut saya, manajemen pengunjung di Puncak Sosok ini sudah cukup bagus. Terdapat papan penunjuk arah di setiap tikungan jalan mengingat jalan yang dilewati untuk menuju ke Puncak Sosok ini memiliki banyak sekali kelokan dan ketinggian yang curam. Selain itu, jalan yang dilewati untuk datang dan pulang sudah dipisah karena ukuran jalan yang kecil tidak memungkinkan untuk dua mobil bertemu berlawanan arah.
Ketika di jalur pulang pun banyak panah penunjuk jalan agar pengunjung tidak tersesat karena jalanan cenderung sepi dan gelap ketika sudah malam sehingga tidak memungkinkan wisatawan untuk bertanya ke warga sekitar ketika tersesat. Namun, saya merasa bahwa jumlah loket pembelian tiket masih tidak seimbang dengan jumlah pengunjung yang datang ke Puncak Sosok. Loket tiket yang tersedia hanya dua sedangkan pengunjung yang datang ada sekitar puluhan sehingga membuat alur keluar masuk terhambat oleh orang-orang yang sedang membeli tiket di loket.
ADVERTISEMENT

3. Pelibatan Stakeholder dan Masyarakat

Pengembangan suatu objek wisata tentunya tidak akan berjalan dengan sendirinya, perlu peran dari para stakeholder bahkan masyarakat setempat. Keterlibatan ini berperan penting dalam memastikan bahwa pengembangan pariwisata berlangsung secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat.
Ketika saya berkunjung ke sana, saya sempat bertanya kepada salah satu penjaga di sana, beliau berkata bahwa Puncak Sosok ini banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat. Mulai dari petugas parkir, petugas penjaga keamanan, dan lain-lain. Tidak hanya para pemuda saja yang bekerja di sana, tetapi juga banyak orang-orang tua yang juga bekerja di sana. Ketika di jalur pulang pun banyak warga setempat yang juga ikut mengarahkan para pengunjung agar tidak tersesat.
ADVERTISEMENT

4. Aplikasi Manajemen Risiko Bencana

Penting bagi pengelola objek wisata untuk menerapkan strategi manajemen risiko bencana yang efektif. Hal ini penting untuk keselamatan pengunjung mengingat letak Puncak Sosok yang berada di ketinggian yang tentunya rawan akan bencana seperti tanah longsor.
Sistem manajemen risiko yang baik memungkinkan pengelola untuk membuat rencana evakuasi dan prosedur darurat yang jelas. Hal ini tidak hanya menyelamatkan nyawa tetapi juga meningkatkan kepercayaan wisatawan terhadap destinasi tersebut. Selain itu, manajemen risiko bencana yang baik akan mengurangi kerugian finansial akibat bencana.
Menurut saya, manajemen risiko bencana di Puncak Sosok ini sudah baik. “Puncak Sosok selalu menyediakan ambulans dan polisi ketika sedang ada acara yang memungkinkan adanya keraimaian di sini. Di sini juga sudah ada beberapa orang yang ditugaskan untuk menjaga keamanan para pengunjung,” kata Bapak Supriyanto selaku salah satu penjaga di Puncak Sosok.
ADVERTISEMENT
Dian Novi Purwamita, mahasiswa Pariwisata UGM