Ekologi Keluarga, Membumikan Kepedulian Lingkungan

Dian Pertiwi Josua
Counselor - Lecturer S1 Pendidikan Tata Rias Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta - Researcher - Writer #SainsAsyikFGMI #SainsPopFGMI #FGMIxKumparan
Konten dari Pengguna
16 Maret 2021 13:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dian Pertiwi Josua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://pixabay.com/photos/world-earth-space-hands-globe-3268457/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://pixabay.com/photos/world-earth-space-hands-globe-3268457/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Alam takambang jadi guru… Rasanya, kita semua tentu sudah tidak asing lagi dengan pribahasa Adat Minang ini. Semesta, tetaplah bumi yang memberikan kita banyak pelajaran hidup, baik yang sifatnya common sense, dan ilmiah sekalipun. An-Nahl ayat 78 dalam Al-quran kemudian mengingatkan kita, “Dan Allah mengeluarkanmu dari perut bumi, dengan keadaan tidak mengetahui suatu apa pun.”
ADVERTISEMENT
Diri manusia, pada hakikatnya merupakan bentukan dari lingkungannya. Lingkungan terdekat dari kita, tentulah keluarga. Perilaku manusia, hasil apa yang diamati, temui, kemudian dimodifikasi baik bersumber pada keluarga, maupun lingkungan. Dunia sains mengenal ekologi keluarga sebagai ilmu yang meyakini adanya kausalitas antara manusia dengan lingkungannya. Jika dipaparkan lebih rinci, simbiosis mutualisme inilah yang menggambarkan ekologi keluarga, di mana manusia bergantung hidup pada lingkungan, dan lingkungan membutuhkan kesadaran manusia agar tetap menjadi bumi yang seksi.
Ekologi keluarga, sepatutnya dipelajari untuk mengatasi kelangkaan sumber daya, akibat manusia yang kian rakus menguras semesta demi kebutuhannya. Manusia tidak lagi sekadar menuntut biologisnya terpenuhi, namun kita berada dalam rantai ekosistem yang melakukan proses kegiatan ekonomi. Disadari atau tidak, secara alamiah, kehidupan manusia dominan terjadi di lingkungan rumah tangga. Misal, kita makan, memiliki pekarangan rumah, membuang sampah di sungai, mengotori saluran air, menebang lahan guna membangun perumahan, penggunaan deterjen yang dapat merusak tanah, memakai listrik secara tidak efisien, tidak berhemat air, dan masih banyak lagi kegiatan lainnya yang menjadi faktor, tangan-tangan manusia sebagai perusak lingkungan.
ADVERTISEMENT
Kunci dari ekologi keluarga dalam memberikan pemahaman kesadaran lingkungan, ialah sebagai penyeimbang. Studi menyebutkan bahwa ketika mahasiswa diberikan kuliah bermuatan ekologi keluarga, berisi teori dan konsep ekosistem, klasifikasi ekologi keluarga, interaksi keluarga dan lingkungan, praktik dan pengenalan komponen lingkungan fisik keluarga berpengaruh terhadap faktor non-fisik keluarga, nilai dan budaya lingkungan secara global, mampu membangkitkan kesadaran lingkungan.
Studi ini memperlihatkan pula, pembelajaran berbasis lingkungan lebih mudah diserap ketika diselipkan eksperimen. Kerumitan sains, akan lebih mudah dipahami ketika dekat dengan keseharian. Ekologi keluarga, bukan hanya mengkaji teori dan literasi hasil pemikiran para ilmuwan. Konsep dasar dari ekologi keluarga sendiri, dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Kita semua, bisa mengaplikasikan ekologi keluarga di dalam lingkup rumah tangga. Bumi dan alam, membutuhkan langkah-langkah sederhana dari kita untuk terus memberikan manfaat-manfaat besarnya. Tata kelola lingkungan yang bijak, salah satunya bisa dimulai dengan membumikan ekologi keluarga.
ADVERTISEMENT