HUT ke-24 Aceh Singkil: Mencatat Peradaban, Melangkah Menuju Masa Depan

Dian Saputra
Alumni Ilmu Komunikasi Universitas Teuku Umar
Konten dari Pengguna
29 April 2023 9:08 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dian Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pulau Banyak, Wisata Unggul Aceh Singkil (sumber: dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Banyak, Wisata Unggul Aceh Singkil (sumber: dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penulis dengan teman bernama Suhardin sepakat untuk meracik sebuah tulisan bertemakan “HUT yang ke-24 Aceh Singkil” pada 27 April 2023. Tulisan ini kami persembahkan sebagai bentuk hadiah yang bisa kami berikan.
ADVERTISEMENT
Terlihat sederhana tapi inilah “makna” ulang tahun yang sebenarnya, yaitu dengan merefleksikan kembali apa yang telah terjadi dan membangun harapan untuk masa depan. Oleh sebab itu pemaknaan ulang tahun bukan sekadar bersifat seremonial semata, tetapi ada PR yang harus diperiksa kembali.
Tentu setiap individu akan memberikan hadiah tersendiri untuk hari jadi Aceh Singkil sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika kita ingin lebih jeli saja sedikit, ini akurasi yang tepat untuk melihat apa yang bisa diberikan sebagai “hadiah” untuk Aceh Singkil dengan melihat kondisi sekarang, dan berkaca dari apa yang di cita-citakan.
Sedikit mengulas eksistensi, sebuah keputusan yang tepat untuk “meramu” Aceh Singkil sebagai sebuah kabupaten yang mandiri. Mengingat sebagai sempalan dari Aceh Selatan dalam bentuk kebudayaan sangat berbeda dengan Aceh Singkil. Mulai dari bahasa yang digunakan sebagai bentuk komunikasi, adat dalam pernikahan, dan warisan budaya lainnya.
ADVERTISEMENT
Secara historis eksistensi Aceh Singkil dari sumber daya manusia tidak perlu diragukan. Aceh Singkil mampu melahirkan sosok ulama sekaliber Syekh Abdurauf As-singkily dan Syekh Hamzah Fansuri. Selain tersohor sebagai ulama karismatik di Indonesia, peran keduanya juga sangat berpengaruh dalam roda perjalanan kerajaan Aceh.
Dalam catatan Alfairusy (2016) sosok keduanya mendapatkan posisi yang cukup strategis terutama menyangkut pikiran, ideologi, dan sikap politik. Kondisi ini merepresentasikan betapa “gagah” daerah asal mereka.
Fakta historis eksistensi Aceh Singkil tidak bisa dielakkan. Selain dari sisi SDM yang memiliki daya saing juga demikian dengan kekayaan sumber daya alamnya yang tak kalah unggul. Perpindahan penduduk dari kawasan Singkil lama membuktikan wilayah tersebut menjadi kawasan jalur rempah pada masa kolonial, setelah beberapa peneliti melihatnya. Di antara komoditi yang dihasilkan yaitu damar, gaharu, dan minyak kapur.
ADVERTISEMENT
Namun, di era saat ini kondisi SDA Aceh Singkil beralih menjadi perkebunan kelapa sawit dan menjadi komoditi andalan. Keadaan ini terbukti Aceh Singkil menjadi wilayah terbesar kedua perkebunan kelapa Sawit setelah kabupaten Nagan Raya (Rigayatsyah, 2022).
Selain itu Aceh Singkil diberikan fasilitas keindahan alam yang mempesona, sebut saja contohnya Pulau Banyak dan wisata Lae Trep yang berhasil menjadi icon pesona alam Aceh Singkil. Pengunjung yang datang bukan saja dari lokal akan tetapi menembus internasional.
Tentu gambaran kondisi sederhana ini akan memberikan efek baik terhadap Aceh Singkil untuk melangkah dua kali lebih cepat sebagai daerah yang maju dan memiliki masa depan yang meyakinkan. Terlebih untuk usia 24 tahun kiranya sudah cukup matang dalam mengelola potensi yang ada.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah semua berjalan sebagaimana mestinya, atau justru kondisi ini paradoks? Mari jawab dalam jiwa masing-masing untuk melihat sejauh apa Aceh Singkil hari ini.
Logo Hut Aceh Singkil ke 24 (sumber: Pemkab Aceh Singkil)

Sekelumit Tantangan ke Depan

Tak kita mungkiri melihat ke depan akan banyak tantangan yang harus dilalui dari berbagai macam masalah yang berlapis-lapis harus diselesaikan, atau setidaknya berusaha menyelesaikan. Beberapa masalah justru terkesan dibiarkan dan berharap dengan “bimsalabim” bisa langsung terselesaikan, padahal kondisi tersebut memerlukan step by step untuk benar-benar memastikan terselesaikan dengan baik.
Kita akan memulai dari kondisi wisata yang ada di Aceh Singkil. Dalam beberapa hal kondisi wisata Aceh Singkil memang harus diakui sebagai bursa pilihan wisata terbaik di Aceh, namun kondisi pengembangannya masih terkesan terlihat dan terkesan “kura-kura berjalan di atas batu”. Padahal di satu sisi letak wilayahnya cukup strategis.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini dalam hasil penelitian Anismar (2019) dikarenakan terjadinya kekhawatiran persepsi masyarakat terhadap hal-hal negatif berkaitan dengan pariwisata yang cenderung melanggar nilai-nilai keislaman. Alhasil, sulit untuk membangun kolaborasi pengembangan pariwisata yang lebih baik.
Keunggulan perkebunan kelapa sawit di Aceh Singkil juga tak semata-mata memberikan dampak positif, justru kondisi ini sebaliknya. Perkebunan yang secara mayoritas dikuasai oleh perusahaan, pada historisnya acap kali menciptakan gelanggang konflik dengan masyarakat. Bukan hanya sekali, kondisi ini bahkan cenderung berlarut-larut seakan sempit untuk menemukan ruang solusi.
Bahkan yang seharusnya alam memberikan fasilitas yang mewah untuk Aceh Singkil namun justru sebaliknya. Aceh Singkil masih terbelenggu dalam jeratan kemiskinan yang masuk top besar kategori kabupaten “termiskin” di Aceh.
ADVERTISEMENT
Lebih parahnya kondisi ini terjadi secara terus menerus sampai dengan saat ini. Indahnya pariwisata dan potensi alam yang unggul layaknya “surga dunia” belum juga mampu “menggotong” Aceh Singkil keluar dari zona kemiskinan.
Pun demikian, tak kalah penting dengan kondisi beban lama konflik agama yang terjadi di Aceh Singkil. Perlu usaha ekstra dari semua pihak untuk menemukan solusi terbaik. Sehingga, konflik bersejarah sejak 1979 sampai dengan saat ini dapat terselesaikan dengan permanen.
Kita harus siap memutus legacy kepada generasi selanjutnya untuk tidak lagi sewaktu-waktu merasakan kondisi mencekam akibat gesekan sosial berbasis agama.

Rendahkan Hati, Kuatkan Jiwa, Mari Melangkah Bersama

Terlepas apapun yang menjadi pekerjaan rumah Aceh Singkil ke depanya, setidaknya kita berada sebagai posisi orang-orang yang ingin memperbaiki itu. Bagaimanapun kuncinya ada di setiap individu untuk memulai merendahkan hati dengan mengurangi prasangka buruk antar sesama dan mulai berani menyeberang dan berdiskusi.
ADVERTISEMENT
Walaupun kondisi ini berat untuk memulai tapi cobalah perlahan untuk Aceh Singkil lebih baik ke depannya. Kuatkan jiwa untuk menghadapi babak baru ke depannya. Masalah akan datang silih berganti.
Tetapi jika jiwa kita kuat setelah merefleksikan HUT ke-24 Aceh Singkil, maka apapun yang akan terjadi kita secara bersama siap menghadapinya. Mulai membangun kolaborasi dengan semua pihak untuk untuk menciptakan ide-ide dan sistem kerja yang lebih besar. Melihat Aceh Singkil dari berbagai perspektif dan sudut pandang baru akan muncul dari kerja sama yang dibangun secara apik.
Terakhir, selamat ulang tahun kabupaten tercinta Aceh Singkil harapku dan usahaku senantiasa selaras untuk menciptakan keharmonisan di masa depan.