Konten dari Pengguna

Dribbling Kewarganegaraan: Kontroversi Krisis Identitas di Sepak Bola Indonesia

Diana Aulia
Mahasiswi Politeknik Harapan Bersama Tegal
18 Juni 2024 9:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diana Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Melalui artikel opini ini, saya ingin mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya pendidikan kewarganegaraan dalam menavigasi kompleksitas isu naturalisasi sepak bola. Kita harus bertanya pada diri sendiri: Apakah kita siap untuk melakukan dribbling identitas demi mencetak gol prestasi, atau apakah kita harus menjaga gawang identitas nasional dari serangan-serangan asing yang berpotensi merusak?
ADVERTISEMENT
PSSI merampungkan proses naturalisasi Rafael William Struick dan Ivar Jenner. Foto: PSSI
zoom-in-whitePerbesar
PSSI merampungkan proses naturalisasi Rafael William Struick dan Ivar Jenner. Foto: PSSI
Naturalisasi adalah proses di mana seseorang yang bukan warga negara asli dari suatu negara memperoleh kewarganegaraan atau status nasional negara tersebut. Dalam konteks olahraga, seperti sepak bola, naturalisasi sering merujuk pada proses di mana pemain asing menjadi warga negara untuk dapat bermain di tim nasional negara tersebut.
Dalam pengaturannya terdapat tiga cara melakukan permohonan naturalisasi sesuai Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI, pada Pasal 8 permohonan dilakukan dengan cara naturalisasi biasa, Pasal 19 permohonan dilakukan dengan cara perkawinan campuran antar kewarganegaraan, dan Pasal 20 dilakukan atas dasar rekomendasi lembaga terkait yang dipertimbangan DPR dan presiden karena jasa pemohon atau kepentingan negara.
Proses ini biasanya melibatkan pemenuhan persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh undang-undang kewarganegaraan negara tersebut, seperti masa tinggal, pengetahuan tentang bahasa dan budaya, serta komitmen terhadap negara baru mereka.
ADVERTISEMENT
Lebih dari sekadar permainan, Sepak Bola adalah cerminan dari identitas sebuah bangsa. Ketika pemain asing mengenakan seragam tim nasional setelah proses naturalisasi, muncul pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang krisis apakah tim yang banyak diisi pemain naturalisasi masih mencerminkan karakter dan budaya sepak bola nasional.
Di Indonesia, fenomena naturalisasi telah memicu debat yang tidak hanya berkutat di ranah olahraga, tetapi juga menyinggung aspek kewarganegaraan dan identitas nasional.
Di satu sisi, naturalisasi dianggap sebagai strategi pragmatis untuk meningkatkan kualitas tim nasional sepak bola Indonesia, yang berpotensi membawa kejayaan di kancah internasional. Namun, di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa naturalisasi dapat mengaburkan garis-garis identitas nasional dan mereduksi makna kewarganegaraan menjadi sekadar transaksi untuk kepentingan jangka pendek.
ADVERTISEMENT
Pendidikan kewarganegaraan, yang seharusnya menjadi fondasi bagi pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, juga harus memainkan perannya dalam menyikapi isu ini. Melalui pendidikan yang komprehensif, kita dapat membentuk generasi muda yang tidak hanya bangga akan warisan dan identitas nasional mereka, tetapi juga terbuka terhadap keragaman dan perubahan.

Sejarah Naturalisasi Pemain Sepak Bola di Indonesia

Naturalisasi pemain asing di Indonesia dimulai pada awal 2000-an. Pemerintah dan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) mulai mempertimbangkan naturalisasi sebagai solusi untuk meningkatkan performa tim nasional. Naturalisasi pemain sepak bola di Indonesia dimulai sebagai upaya untuk memperkuat tim nasional dengan bakat dan pengalaman internasional.
Timnas Indonesia - Pemain Naturalisasi Non STY (Bola.com/Adreanus Titus)
Pemain-pemain seperti Cristian Gonzales, yang berasal dari Uruguay, dan Irfan Bachdim dari Belanda, adalah contoh awal dari kebijakan ini. Mereka tidak hanya membawa keterampilan teknis yang superior, tetapi juga pengalaman bermain di liga-liga yang lebih kompetitif.
ADVERTISEMENT
Kemajuan sepakbola mengakibatkan persaingan yang luar biasa di dalam setiap pertandingan, sehingga untuk dapat bersaing dengan negara-negara lainnya dan menjadi yang terbaik Timnas Sepakbola Indonesia melakukan kebijakan naturalisasi pemain sepakbola kewarganegaraan asing (WNA) yang memiliki talenta dan bakat. Perihal pemain naturalisasi dapat memajukan suatu negara, banyak bukti yang dapat kita saksikan saat ini. Sebagai contoh, dimana pada tahun 2018 Timnas Perancis dapat menjuarai Turnamen Piala Dunia dengan 99% pemain intinya adalah pemain keturunan dan hasil naturalisasi.

Kontroversi

Naturalisasi dalam sepak bola dapat menimbulkan berbagai reaksi. Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa ini adalah strategi yang sah untuk meningkatkan kualitas tim nasional. Sementara itu, beberapa lainnya mungkin merasa bahwa pemain lokal mungkin kehilangan kesempatan untuk bermain di tim nasional.
ADVERTISEMENT
Hal ini bisa menghambat perkembangan mereka. terlalu banyak mengandalkan pemain naturalisasi dapat mengaburkan identitas sepak bola lokal dan bisa mengurangi motivasi untuk mengembangkan program pembinaan usia dini dan investasi dalam pengembangan pemain lokal.
Di sisi lain Kontroversi juga berada di pemain lokal, Kontroversi yang melibatkan Saddil Ramdani terutama berkaitan dengan perilakunya di luar lapangan. Ia dikenal memiliki temperamen yang tinggi dan pernah berurusan dengan kepolisian karena kasus penganiayaan.
Selain itu, Saddil Ramdani sempat menjadi sorotan ketika ia dicoret oleh pelatih Shin Tae-yong dari skuad Tim Nasional Indonesia untuk Piala Asia 2023. Postingan media sosial Saddil setelah pencoretannya dianggap oleh sebagian netizen sebagai sindiran terhadap keputusan tersebut.
Perilaku dan reaksi Saddil Ramdani ini telah menimbulkan diskusi di kalangan penggemar sepak bola dan media tentang profesionalisme dan tanggung jawab seorang atlet, serta dampaknya terhadap reputasi tim dan negara yang diwakilinya.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Kewarganegaraan memainkan peran penting dalam kontroversi naturalisasi pemain sepak bola, yang mencakup aspek hukum, loyalitas, identitas nasional, dampak sosial dan budaya, dan pengembangan pemain lokal.
Perlunya keseimbangan antara memanfaatkan pemain naturalisasi untuk meningkatkan performa tim nasional atau klub, sambil tetap memprioritaskan pengembangan dan pemberdayaan pemain lokal. Dengan pendekatan yang seimbang dan holistik, sepak bola Indonesia dapat membangun fondasi yang kuat untuk meraih prestasi yang berkelanjutan dan memelihara identitas sepak bola nasional yang kuat.
Mendukung pemain, baik yang naturalisasi maupun lokal, adalah bagian penting dari solidaritas sebagai pendukung sepak bola. Mereka semua adalah bagian dari tim kita, dan dukungan kita haruslah merata tanpa memandang asal-usul mereka.
Skuad Indonesia sendiri menegaskan bahwa mereka bersatu untuk mempersembahkan yang terbaik, tanpa membedakan antara pemain lokal dan naturalisasi. Dukungan untuk kedua jenis pemain ini memperkuat identitas sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Hal ini menciptakan atmosfer yang positif di antara para pemain dan pendukung, yang berkontribusi pada kesuksesan tim secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT