Konten dari Pengguna

Eksistensialisme Sartre dalam Kebebasan Perempuan

Diana Rahmawati
Mahasiswa Sejarah, Universitas Negeri Malang
9 Desember 2020 8:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diana Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jean Paul Sartre. Foto: Wikipedia
zoom-in-whitePerbesar
Jean Paul Sartre. Foto: Wikipedia
ADVERTISEMENT
Dunia filsafat sudah tidak asing dengan nama Jean Paul Sartre dengan filsafatnya eksistensialisme. Sartre lahir di Paris 1905 sebagai seorang filsuf dengan teorinya tentang eksistensialisme dan kebebasan. Eksistensialisme merupakan filsafat yang berkaitan dengan keberadaan manusia.
ADVERTISEMENT
Menurut Sartre, manusia hidup dalam kesedihan yang dirasakan secara terus-menerus bukan karena sengsara tetapi karena dikutuk untuk bebas. Kehidupan kita yang berada di luar kendali pada akhirnya membuat kita sadar bahwa kita dapat menentukan pilihan yang menentukan esensi diri kita sendiri. Teori eksistensialisme Sartre menyatakan bahwa, “eksistensi mendahului esensi” artinya kita dapat bertindak untuk dapat memberikan makna di dalam hidup kita.
Tidak ada rancangan pasti tentang bagaimana seharusnya seorang manusia dan tidak ada Tuhan yang dapat memberikan tujuan. Manusia dituntut untuk selalu berjalan mengikuti arus air entah membawanya ke hulu atau ke hilir. Ketidakpastian manusia akan tujuannya menuntunya dalam kebebasan bahwa mereka juga bisa menentukan pilihan mereka sendiri, kemana jalan yang harus mereka lalui. Tidak ada batasan untuk dapat melakukan segala hal yang diinginkan, kita memiliki pilihan untuk menjadi apa yang kita inginkan dan menjalankan hidup yang kita inginkan.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh kasus terkait dengan bentuk kebebasan adalah gerakan yang dilakukan oleh kaum perempuan yang menginginkan hak memilih, kebebasan untuk menyatakan pendapat, hidup tanpa rasa takut, memiliki kesempatan belajar dan bebas memilih pekerjaan yang mereka suka. Dilihat dari sejarah, perempuan sudah mengalami penindasan sejah zaman dahulu bahkan sampai sekarang menjadi korban tindak kejahatan, diskriminasi dan kriminalitas. Fisiknya yang tidak setangguh laki-laki menjadi latar belakang aksi tindakan tidak menyenangkan tersebut.

Awal Mula Feminisme

Kasus feminisme kerap kali menjadi topik pembahasan bagi kaum perempuan dimanapun mereka berada. Feminisme seolah menjadi kata sakral dan tameng di punggung belakang mereka. Hampir di setiap kegiatan perempuan selalu dilibatkan, bahkan saat menaiki angkot, laki-laki akan menyuruh perempuan naik terlebih dahulu dengan dalih emansipasi wanita.
ADVERTISEMENT
Feminisme selalu menjadi gerbang depan pembuka jalan bagi perempuan yang menginginkan hak dan kebebasannya untuk diakui di depan publik. Saya akan mengulas sedikit terkait dengan gerakan feminisme.
Gerakan perempuan pertama terjadi pada abad ke-19 di Amerika Serikat yang berfokus pada pengaman waralaba untuk perempuan yang kemudian meluas menjadi hak pilih. Pertemuan untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut diadakan di Seneca Falls, New York pada 19-20 Juli 1848. Penyelenggaraan tersebut dilakukan oleh Elizabeth Cady Stanton yang menyususun, “Declaration of Sentiments, Grievances, and Resolution”, pada pembukaannya deklarasinya, “We hold these truths to be self-evident: that all men and women are created equal” yang artinya, pria dan wanita diciptakan setara.
Elizabeth Cady Stanton dan - Susan B. Anthony. Foto: Britannica.com
Reformasi perempuan terus berlanjut tidak hanya pada waralaba tetapi berkembang ke batasan sosial hak perempuan termasuk tanggung jawab keluarga, kurangnya pendidikan dan ekonomi, dan tidak memiliki suara di dalam politik. Kalian pasti tidak asing dengan, National Woman Suffrage Association (NWSA) didirikan 15 Mei 1869 oleh Elizabeth Cady Stanton dan Susan B. Anthony tentang dukungannya terkait dengan ketentuan Amandemen ke-15 untuk memasukkan perempuan di dalamnya. Stanton dan Anthony ikut memperjuangkan perempuan untuk ikut serta dalam menentukan hak pilih.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu mereka juga membuat surat kabar The Revolution untuk dapat menyuarakan hak perempuan yang berisi hak pilih, pendidikan dan perceraian. Tujuan dibentuknya NWSA yaitu sebagai upaya reformasi agar perempuan setara di dalam masyarakat untuk menjalankan hak mereka dalam memilih.
Deklarasi yang diadakan di Seneca Falls menjadi pembuka bagi gerakan perempuan sebagai langkah awal untuk menyuarakan haknya yang menjadi dasar bagi gerakan perempuan hingga saat ini yang dikenal dengan feminisme. Poin di dalam gerakan feminisme adalah pengubahan terhadap kehidupan mereka yang di dominasi oleh laki-laki. Perempuan ingin melebarkan sayapnya lebih luas bukan hanya di dalam rumah saja.
ADVERTISEMENT
Meleknya perempuan terhadap ketidakpuasan akan batasan yang sudah ada sejak dulu menjadikan mereka menyuarakan pembebasan dari pekerjaan rumah tangga. Istilah feminisme menggambarkan keinginan mereka sebagai bentuk kesetaraan dengan pria.

Makna dibalik Kebebasan

Kehidupan manusia tidak ditetapkan sebelumnya. Kebebasan setiap manusia diakui dengan membuat maknanya dan berkomitmen kepada dunia bahwa setiap pilihan yang dia ambil adalah tanggung jawab untuk dirinya sendiri terkait dengan kebebasan yang dia buat. Adanya gerakan tersebut menginginkan perempuan untuk dapat membuat pilihannya sendiri.
Eksistensialisme di dalam kehidupan menjadikan manusia untuk selalu memiliki kebebasan dalam memilih pilihan mereka sehingga mereka berhak untuk memiliki kebebasan dan bertanggung jawab atas apa yang dia pilih. Kehadiran gerakan feminisme membuat perempuan memiliki kebebasan untuk dapat menentukan kontrol mereka kepada dunia. Tidak ada batasan menjadikan manusia untuk dapat mengambil tindakan sesuai apa yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Sartre selalu mengatakan bahwa eksistensi selalu mendahului esensi. Kalimat inilah yang menjadi tolak ukur bahwa perempuan juga bisa bebas dan tidak selalu dituntut untuk berada di dalam rumah. Menurut Sartre, setiap pilihan yang dibuat dapat mendefinisikan kita pada saat yang sama untuk dapat mengungkapkan kepada kita yang menurut kita seharusnya menjadi manusia. Harus diingat bahwa kebebasan yang sudah diperoleh menjadi tanggung jawab setiap manusia yang sudah memilih keinginan mereka.
Contoh, seorang ibu sebagai pengurus rumah tangga menginginkan kebebasan untuk bekerja di luar rumah yaitu sebagai pekerja kantoran dengan harapan dia dapat mengerjakan pekerjaan itu dengan benar. Itu artinya, dia berhasil untuk mengejar alternatif pilihannya sebagai pekerja kantor. Walau demikian, dia harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dianggap benar dan bertanggung jawab untuk dapat membatasi kebebasan yang telah dia buat.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, kebebasan yang dimaksud Sartre adalah keinginan untuk dapat melepaskan diri dan memilih untuk mencapai suatu yang baru dengan harapan dapat menggali potensi yang lebih besar di dalam diri manusia. Kebebasan yang dibuat digunakan untuk mendefinisikan bahwa setiap manusia bebas menjalakan hidup sebagai mana yang mereka ingin jalani.
Eksistensialisme di dalam feminisme menemukan hakikatnya bahwa wanita memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya, bekerja sesuai keinginannya maupun menjadi seorang intelektual bahkan dapat memilih bertahan atau terlepas dari dominasi pria. Manusia yang bebas dapat mengatur dan memilih, manusia bertanggung jawab penuh akan pilihannya. Praktik eksistensialisme terwujudkan dari manusia itu sendiri terkait dengan apa yang dia inginkan untuk dirinya sendiri dan keputusan yang diambil.
ADVERTISEMENT