Konten dari Pengguna

Lomba Gambar Peta untuk Anak, Sarana Mengenalkan Peta kepada Anak Bangsa

dian ardiansyah
Penulis adalah seorang pranata humas di Badan Informasi Geospasial (BIG), saat ini disamping kegiatannya dalam melayani publik spasial, penulis juga berusaha untuk belajar menulis berbagai artikel ringan
5 Juli 2021 14:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari dian ardiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejatinya dari zaman dahulu kala, hingga mungkin sekarang ini, peta dalam berbagai bentuk dan kegunaannya itu merupakan ‘mainan’ orang dewasa. Setidaknya itulah yang tergambar bilamana kita melihat aplikasi dari pemanfaatan peta di berbagai literatur yang ada, dan juga gambaran dari yang penulis dapatkan dari berbagai kesempatan yang diperoleh selama berinteraksi dengan yang namanya ‘peta’ beberapa waktu yang lalu.
ADVERTISEMENT
Peta menurut wikipedia adalah gambaran permukaan bumi yang ditampilkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Peta kemudian dapat disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, tergantung daripada siapa dan untuk apa digunakannya. Dahulu kala mungkin peta hanya identik dengan bentuk cetakan pada lembaran kertas saja, tetapi seiring dengan kemajuan zaman, saat ini peta bisa juga kita dapatkan dalam bentuk digital, dan bisa digunakan dalam berbagai jenis gadget yang kita miliki.
Dalam kesempatan tulisan ini, penulis tidak akan berpanjang lebar membahas untuk apa peta digunakan, dan kenapa harus dikenalkan kepada anak bangsa sebagaimana yang dituliskan dalam judul dari tulisan ringan ini (terkait dengan hal tersebut inshaAllah bilamana ada kesempatan akan penulis tulis dalam tulisan yang lainnya, semoga), tetapi dalam tulisan ini penulis hanya akan menceritakan secara garis besar bagaimana sebuah upaya dilakukan secara konsisten oleh sebuah lembaga pemerintahan, atau kita kenal dengan istilah LPNK (lembaga pemerintahan non kementerian), bernama Badan Informasi Geospasial yang kemudian disingkat dengan nama BIG, melakukan kegiatan lomba gambar peta untuk anak dari tahun 2003 hingga dengan saat ini.
ADVERTISEMENT

Awal perjalanan lomba gambar peta di Indonesia

Bermula dari tahun 2003, BIG yang saat itu masih bernama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) mengadakan lomba gambar untuk pertama kalinya. Lomba yang diadakannya pun tidak main-main, lomba gambar yang baru pertama kali diadakan ini adalah lomba gambar tingkat nasional dalam rangka menyaring minat dan bakat anak Indonesia yang ingin menyalurkan dan berkompetisi di ajang lomba di tingkat yang lebih luas lagi, yakni tingkat internasional.
Lomba gambar internasional yang diikuti saat itu adalah lomba Barbara Petchenik. Barbara Petchenik sendiri adalah sebuah lomba dua tahunan yang diadakan oleh lembaga internasional bernama International Cartographic Association (ICA). Kegiatan lomba ini dilaksanakan semenjak tahun 1993, dan dilaksanakan setiap tahun ganjil. Adapun dasar dari pelaksanaan lomba ini adalah sebagai bentuk pengingat kepada Barbara Petchenik, wakil presiden ICA pertama, yang juga seorang kartografer. Adapun tujuan dari diadakannya lomba, merujuk dari halaman situsnya, adalah untuk mempromosikan dan juga sebagai representasi kreatif dunia dalam bentuk grafis oleh anak-anak.
ADVERTISEMENT
Berdasar kepada hasil wawancara yang dilakukan secara daring oleh penulis terhadap penggagas kegiatan lomba gambar waktu itu, Ibu Dra. Diah Kirana Kresnawati, M.Sc., disebutkan bahwa Bakosurtanal mengadakan kegiatan lomba gambar adalah sebagai jawaban dari surat yang diberikan oleh ICA kepada Bakosurtanal. Surat yang ditujukan kepada Kepala Bakosurtanal saat itu, bapak RW. Matindas, berisi ajakan kepada Indonesia melalui Bakosurtanal sebagai koordinator nasional untuk berperan serta dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh ICA, yaitu lomba Barbara Petchenik.

Mengikuti Barbara Petchenik

Oh iya, ibu Diah, begitu biasa penulis menyapa beliau, saat itu menjabat sebagai Kepala Pusat Pelayanan Jasa dan Informasi, tentu saja menyambut ajakan ICA tersebut, “Seperti gayung bersambut” kurang lebih itulah ungkapan beliau ketika dipanggil Kepala Bakosurtanal untuk merundingkan ajakan dari ICA tersebut. Hal itu tentu tidak lah tanpa alasan, karena pada masa kepemimpinan ibu Diah di Pusjasinfo, begitu kami biasa menyingkat nama Pusat Pelayanan Jasa dan Informasi, beberapa kegiatan terkait dengan penyebarluasan informasi dan manfaat dari peta sudah dilakukan secara masif (inshaAllah ini kita bahas di tulisan-tulisan berikutnya juga yak teman-teman). Bahkan secara pribadi ibu Diah menyampaikan juga misinya untuk memperkenalkan peta semenjak dini.
ADVERTISEMENT
Alhasil, pada tahun 2003 itu, dengan persiapan seadanya diadakanlah lomba gambar peta untuk anak tingkat nasional di Indonesia untuk pertama kalinya. Dengan hanya bermodal waktu yang tidak terlalu luang, mengandalkan pertemanan dan kenalan yang tersebar dari timur hingga barat Indonesia, serta personel yang terbatas, alhamdulillah terkumpulkanlah beberapa karya anak bangsa dengan berbagai keberagamannya. Suka dan duka yang membuncah pada saat pelaksanaan lomba gambar peta di waktu awal-awal ini inshaAllah akan penulis paparkan pada seri ke-2 dari tulisan ini.
Singkat cerita, dari gambar yang terkumpul tersebut akhirnya dipilihlah beberapa gambar yang mewakili berbagai unsur penilaian yang telah ditetapkan oleh para juri. Gambar-gambar terpilih ini kemudian oleh panitia nasional dalam hal ini Bakosurtanal, dikirimkan ke panitia lomba Barbara Petchenik di Belanda untuk difoto dan disiapkan agar ditampilkan dan dinilai pada saat konferensi ICA dilaksanakan di tahun yang sama. Pada tahun 2003 ajang konferensi ICA yang juga menjadi tempat untuk penilaian gambar-gambar hasil karya anak-anak dari berbagai penjuru dunia tersebut diadakan di Durban, Afrika Selatan.
ADVERTISEMENT

Mengukir prestasi internasional

Usaha tidak akan membohongi hasil, begitu pula dengan kesungguhan hati di usaha pertama kali Indonesia mengirimkan dutanya dalam ajang kompetisi lomba tingkat internasional, bertajuk Barbara Petchenik di tahun 2003 ini pun membuahkan hasil yang sangat membanggakan. Indonesia melalui sebuah karya anak berusia 8 tahun bernama Nayafakda Ihsania, mengukir prestasi tingkat internasional secara menggembirakan di ajang lomba gambar peta bergengsi ini.
Karya anak bangsa yang menang di ajang lomba gambar internasional Barbara Petchenik tahun 2003, gambar adalah karya dari Nayafakda Ihsania (waktu itu berusa 8 tahun)
Dengan gambar bertajuk “Keep on the world and its content, don't break up by war!”, karya Nayafakda Ihsania inipun bertengger sebagai salah satu dari 12 pemenang lomba di tingkat internasional, yang berasal dari Brasil, Italia, Bulgaria, Hungaria, Polandia, Rusia, Kanada, Belarusia, Inggris, dan Afrika Selatan.
Menjadi catatan dalam sejarah, setelah keikutsertaan Indonesia untuk pertamakalinya di lomba Barbara Petchenik tahun 2003 tersebut, berturut-turut kemudian di setiap tahun ganjilnya, para anak bangsa yang menjadi duta tersebut selalu menorehkan hasil gemilang di setiap tahunnya. Mereka dengan karya-karyanya yang khas, memberikan Indonesia sebuah kebanggaan ketika dalam pengumuman pemenang lomba, nama Indonesia selalu disebutkan.
ADVERTISEMENT
Tercatat di tahun 2005, 3 anak Indonesia menjadi pemenang lomba di tiga kategori usia yang dilombakan. Kemudian pada tahun 2007, 2009, 2011, 2013, 2015, 2017, dan 2019, berturut-turut anak-anak bangsa itu kembali mengukir prestasi di tingkat internasional.

Prestasi untuk dicintai

Dari sedikit cerita di atas, dari berbagai torehan prestasi anak bangsa di ajang lomba tingkat internasional dengan hasil karyanya berupa gambar yang mengandung unsur peta, tampaknya hal tersebut sudahlah cukup bisa menggambarkan maksud penulis dengan judul dari tulisan ringannya ini. Bagaimana berbagai prestasi yang dilakukan secara konsisten tersebut bisa menjadikan peta dengan berbagai pemaknaan yang merdeka dan bisa didefinisikan berbeda oleh masing-masing anak, bisa dikenal bahkan dicintai oleh anak-anak Indonesia.
ADVERTISEMENT
Untuk menggambarkan bagaimana peta menjadi lebih dikenal oleh anak-anak bangsa, maka cara yang paling sederhana adalah dengan menghitung jumlah penerimaan hasil karya yang diterima oleh panitia dari tahun ke tahunnya, dan dari catatan yang penulis dapatkan, pernah terjadi di mana panitia menerima hasil karya anak-anak bangsa sampai di angka 1.600 gambar.
Dengan usaha yang masif dari Bakosurtanal yang kemudian di tahun 2012 berubah menjadi BIG, didukung dengan pemberitaan dan promosi kegiatan di media masa cetak, digital, dan elektronik, serta penyebarluasan informasi pelaksanaan lomba melalui media poster kepada hampir seluruh jaringan sekolah tingkat dasar dan menengah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, maka pengenalan apa itu peta melalui kegiatan lomba gambar peta untuk anak yang diselenggarakan oleh BIG, niscaya bisa menghantarkan pemahaman anak-anak akan manfaat peta secara langsung ataupun tidak langsung bagi kehidupannya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Wallahu A'lam Bishawab...
(penulis adalah pranata humas di Badan Informasi Geospasial yang kesehariannya bertugas di bagian pelayanan produk )