Konten dari Pengguna

Tantangan dan Stigma Orang dengan HIV/AIDS

Diandra Aprillia Mayra
Mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya
15 Desember 2024 1:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diandra Aprillia Mayra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi "HIV/AIDS" by Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi "HIV/AIDS" by Freepik
ADVERTISEMENT
Malang – Meskipun sudah ada banyak kemajuan dalam pengobatan HIV, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) masih menghadapi berbagai tantangan besar dalam kehidupan mereka, baik dari segi kesehatan, sosial, maupun psikologis. Stigma terhadap ODHA yang kuat masih menjadi hambatan utama dalam upaya pemberdayaan dan integrasi mereka ke dalam masyarakat. Kondisi ini membuat ODHA sering merasa terpinggirkan bahkan di lingkungan sekitar mereka, meski telah memperoleh perawatan medis yang memadai.
ADVERTISEMENT
APA ITU HIV/AIDS?
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) merujuk pada individu yang terinfeksi oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan mengalami tahap lanjut dari infeksi tersebut yang dikenal sebagai Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4 (sel T helper) yang berfungsi untuk melawan infeksi. Jika tidak diobati, HIV dapat merusak sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah tahap lanjut dari infeksi HIV, yang terjadi setelah HIV menghancurkan sistem kekebalan tubuh secara signifikan. Pada tahap ini, tubuh tidak mampu lagi melawan infeksi atau penyakit, dan penderita lebih rentan terhadap infeksi oportunistik atau jenis kanker tertentu.
Ilustrasi "Respect Each Other", this picture by Free Template Canva.
STIGMA DAN TANTANGAN TERHADAP ORANG DENGAN HIV/AIDS
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi ODHA adalah stigma sosial yang menganggap mereka sebagai kelompok yang "berbahaya" atau "terkutuk". Stigma ini seringkali didasarkan pada ketidaktahuan atau stereotip negatif tentang bagaimana HIV dapat ditularkan. Banyak orang yang percaya bahwa HIV hanya menular melalui perilaku berisiko tertentu seperti penggunaan narkoba suntik atau seks bebas tanpa pengaman. Akibatnya, ODHA sering kali menjadi sasaran diskriminasi, baik di tempat kerja, sekolah, masyarakat bahkan dalam hubungan pribadi dan keluarga. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan menghambat mereka untuk mencari dukungan yang mereka perlukan.
Selain stigma, ODHA juga menghadapi tantangan dalam mendapatkan layanan kesehatan yang memadai. Meskipun pengobatan antiretroviral (ARV) kini tersedia secara luas, akses ke pengobatan ini tidak selalu mudah bagi semua orang. Banyak ODHA yang tinggal di daerah terpencil atau daerah dengan fasilitas kesehatan yang terbatas, sehingga mereka kesulitan untuk memperoleh obat secara rutin. Belum lagi, biaya pengobatan dan pemeriksaan yang terkadang tinggi dapat menjadi beban tambahan, terutama bagi mereka yang kurang mampu secara ekonomi.
ADVERTISEMENT
Tantangan psikologis juga tidak kalah berat. Banyak ODHA yang merasa cemas dan depresi karena kondisi kesehatan mereka yang terus berprogresif, serta dampak sosial yang ditimbulkan oleh status HIV mereka. Beberapa dari mereka merasa terasingkan dari keluarga dan teman-teman, bahkan ada yang harus menghadapi pengucilan sosial. Dalam beberapa kasus, tekanan emosional ini dapat menyebabkan ODHA merasa putus asa dan mengarah pada peningkatan angka bunuh diri di kalangan mereka.
UPAYA UNTUK MENGATASI TANTANGAN
1. Pemberian Edukasi tentang HIV/AIDS
Edukasi tentang HIV/AIDS sangat penting untuk mengurangi stigma dan kesalahpahaman. Melalui penyuluhan yang tepat, masyarakat dapat lebih memahami cara penularan HIV, pencegahannya, serta pentingnya pengobatan antiretroviral (ARV). Dengan informasi yang akurat, stigma dapat berkurang, dan ODHA akan lebih diterima serta mendapatkan dukungan sosial yang diperlukan.
ADVERTISEMENT
2. Dukungan Kuat dari Layanan Kesehatan
Dukungan kuat dari layanan kesehatan sangat penting bagi ODHA untuk memastikan mereka mendapatkan perawatan yang tepat dan berkelanjutan. Akses mudah ke pengobatan antiretroviral (ARV), pemeriksaan rutin, serta konseling psikososial dapat membantu ODHA mengelola kesehatan mereka dengan baik. Layanan kesehatan yang ramah dan bebas diskriminasi akan memberi rasa aman bagi ODHA, mendorong mereka untuk mengikuti pengobatan secara teratur dan menjaga kualitas hidup.
3. Penyediaan Dukungan Psikososial
Penyediaan dukungan psikososial sangat penting bagi ODHA untuk membantu mereka menghadapi tantangan emosional dan psikologis akibat stigma serta kondisi kesehatan mereka. Dukungan ini bisa berupa konseling individu atau kelompok, kelompok dukungan sebaya, serta layanan psikologis yang membantu ODHA mengelola stres, kecemasan, dan depresi. Dengan adanya dukungan psikososial yang memadai, ODHA dapat merasa lebih diterima, memperkuat ketahanan mental mereka, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT