Konten dari Pengguna

Bisakah AI Menggantikan Manusia dan Sejarahnya?

Diandra Gayline Aulia Disant
Siswa SMA Citra Berkat Tangerang
31 Januari 2024 12:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diandra Gayline Aulia Disant tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Unsplash/Lukas
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Unsplash/Lukas
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sulit dipercayai bahwa perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah membawa kemajuan pada dunia dan menciptakan sesuatu yang disebut kecerdasan buatan. Berawal dari teknologi di zaman batu yang diciptakan oleh manusia purba saat itu, ke penemuan seperti lampu, komputer, dan mesin cetak sampai rumus dan perkembangan teknologi astronomi, hingga di masa sekarang ketika teknologi sudah jauh lebih maju dibanding sebelumnya dan segalanya jadi lebih mudah. Tidak bisa dipungkiri, umat manusia telah mencapai jalan yang sangat panjang dan sulit untuk bisa tiba di saat ini.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, perkembangan teknologi terbaru membuat cemas banyak orang karena dikhawatirkan dapat menggantikan manusia. Robot yang memiliki kecerdasan buatan mampu mengerjakan pekerjaan yang dilakukan manusia, bahkan kini teknologi tersebut mampu menciptakan gambar maupun menulis esai dalam sekejap. Beberapa pihak khawatir bahwa kecerdasan buatan ini justru akan membawa kemunduran pada manusia.
Alasannya sama dengan mengapa kecerdasan buatan begitu disukai oleh banyak orang pada awalnya. Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bisa melakukan hampir segalanya dan sangat mudah diakses, contohnya ChatGPT yang dapat menjawab pertanyaan penggunanya tanpa berbayar, juga tersedia dalam bentuk web maupun aplikasi. Apa yang tidak bisa dilakukan ChatGPT, dapat dilakukan AI lainnya, misalnya Blackbox yang dapat membantu coding dan membuat game online sederhana serta Bing yang mampu menghasilkan gambar berdasarkan tulisan dan deskripsi pengguna.
ADVERTISEMENT
Mudahnya akses dan penggunaan AI ini juga membuat dosen dan guru harus ekstra teliti ketika menilai pekerjaan muridnya. Pasalnya, tidak sedikit orang yang menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dalam sekejap. Untungnya, hal ini juga menjadi pedang bermata dua, sebab dosen atau guru yang melek teknologi juga bisa menggunakan AI ini untuk menanyakan apakah jawaban muridnya adalah buatan AI. Cara ini semakin sering digunakan untuk membongkar kecurangan pada ujian.
Selain itu, fenomena yang meresahkan masyarakat akhir-akhir ini adalah penggunaan AI untuk mengedit foto seseorang agar terlihat telanjang, padahal sebenarnya tidak. Banyak orang berniat jahat memanfaatkan teknologi ini dan menggunakannya untuk menyebar foto orang lain yang sudah diedit menjadi tanpa busana, bahkan tidak sedikit yang menggunakannya untuk mengancam pihak lain.
Foto: Screenshot dari Google
AI yang awalnya dibuat untuk meringankan pekerjaan manusia, karena perbuatan manusia itu sendiri, malah dipakai untuk merugikan dan menyakiti sesama.
ADVERTISEMENT
AI yang serba bisa ini seolah dapat menghapus kerja keras manusia dari mudahnya segala hal diselesaikan tanpa ada campur tangan ketidaksempurnaan manusia di dalamnya. Banyak pihak di media sosial mulai mempertanyakan, "Apakah suatu saat AI akan menggantikan kita? Apakah mereka akan menghapus jejak manusia dari sejarah?"
Jawaban dari pertanyaan tersebut bervariasi, beberapa menjawab bahwa AI tidak akan sepenuhnya bisa menggantikan manusia sementara yang lainnya beranggapan pada akhirnya AI akan menguasai dunia dengan robot yang memiliki kecerdasan manusia. Hasil pastinya tidak ada yang tahu, hanya bisa menerka dari apa yang tengah terjadi.
Kekhawatiran pihak-pihak yang pro bahwa AI akan menguasai dunia bukannya tanpa alasan. Sudah ada beberapa kejadian ketika kecerdasan buatan menunjukkan perilaku aneh, seperti ketika dua AI Facebook saling 'berbicara' menggunakan bahasa yang hanya dapat dimengerti mereka dalam suatu eksperimen. Dua AI tersebut menciptakan bahasa baru yang tidak bisa dimengerti manusia dan terpaksa dimatikan karena peneliti menginginkan AI yang bisa berbicara dengan manusia, bukan kepada satu sama lain. Yang lebih terkenal lagi, sebuah robot AI bernama Sophia secara eksplisit menyatakan bahwa ia akan menghancurkan manusia dalam suatu interview.
Foto: https://alldus.com/blog/sophia-the-future-of-ai/
Kejadian-kejadian tersebut tentu saja membuat beberapa orang resah dan memikirkan kemungkinan terburuk. Kalau di masa depan teknologi akan jauh lebih maju lagi, bukan hanya menggantikan manusia, memusnahkan manusia sudah bukan lagi tantangan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, kemungkinan tersebut hampir terlihat berlebihan dan merupakan sesuatu yang hanya ada di film-film. Pihak-pihak yang kontra menyebutkan bahwa AI tidak mungkin sepenuhnya menggantikan peran manusia. Ada beberapa bidang pekerjaan yang membutuhkan hubungan dengan manusia lain dan tidak cukup hanya dengan menggunakan teknologi untuk berhasil.
Salah satunya adalah guru. Pekerjaan sebagai guru dianggap tidak bisa sepenuhnya digantikan oleh robot dan AI karena pembelajaran di sekolah juga membutuhkan interaksi dan membentuk hubungan antara guru dengan murid. Sekolah bukan hanya tempat untuk belajar, tetapi juga tempat di mana siswa tumbuh dan berkembang. Teknologi mungkin akan digunakan untuk membantu pembelajaran, tetapi peran guru tidak akan bisa tergantikan.
Pekerjaan lain yang membutuhkan faktor emosional antar manusia juga tidak akan semudah itu diambil alih oleh AI. Psikolog, psikiater, konsultan, konselor, dokter, dan pekerjaan di bidang hubungan masyarakat adalah beberapa contoh lainnya.
ADVERTISEMENT
Pemikiran bahwa AI akan menguasai dunia tidak sepenuhnya salah, tetapi hal itu kemungkinan besar terjadi jauh di masa depan dan tidak dalam waktu dekat. Beberapa peneliti dan artikel lain juga berpendapat bahwa ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa digantikan AI dan membutuhkan campur tangan manusia, karena hal seperti emosi, empati, simpati, dan saling paham satu sama lain adalah hal-hal yang hanya dimiliki manusia. Dengan demikian, peran manusia yang tidak tergantikan akan terus membuat sejarah selama waktu itu sendiri belum berhenti.