Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ancaman Second Wave Effect pada Sektor Perguruan Tinggi
19 Mei 2020 14:13 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Dianta Hasri N Barus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah Anda kalau setiap tahunnya di Indonesia lebih dari 1,5 juta siswa SMA lulus dan berpeluang untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi (Kemendiknas, 2017), terdapat lebih dari 120 Universitas Negeri dan lebih dari 3.000 kampus swasta di Indonesia, dan terus bertambah, belum lagi akan kampus asing yang akan masuk ke Indonesia dalam waktu dekat
ADVERTISEMENT
Terdapat lebih dari 24.000 SMA dan SMK di Indonesia dan setiap kampus tiap tahunnya dapat menampung calon mahasiswa untuk tes masuk saja sejumlah 3.000-10.000 peserta per tahun. Terdapat rata-rata 500.000 siswa mengikuti SNMPTN setiap tahunnya (Dikti, 2017)
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif selama beberapa tahun terakhir berperan penting dalam penciptaan pasar yang semakin besar pula di sektor Pendidikan. Pada saat sebuah keluarga semakin makmur, maka pendidikan akan menjadi investasi jangka panjang yang akan diambil oleh orang tua terhadap generasi penerusnya (Dianta, 2020).
Pandemi Covid-19 Akan Menjadi Tantangan
Pertumbuhan di sektor pendidikan tinggi khususnya pada kampus swasta selama 10 tahun terakhir akan mendapat ancaman yang cukup serius dari pandemi Covid-19 ini. Kita tahu bahwa setiap bulan Agustus/ September menjadi awal tahun ajaran baru di semua kampus di Indonesia, baik negeri dan swasta. Penerimaan mahasiswa baru biasanya akan berakhir di akhir Juli atau awal Agustus, notabene hal tersebut tinggal kurang lebih 2 bulan (dari terbitnya artikel ini). Di sisi lain kampus swasta secara khusus yang biasanya sudah gencar sejak Januari untuk melakukan pemasaran pasti mengalami penurunan intensitas program karena pandemi yang mulai terjadi di awal tahun 2020 ini.
ADVERTISEMENT
Saya melihat hal tersebut akan menjadi tantangan yang cukup serius bagi kampus swasta di Indonesia,, tapi tidak terlalu berpengaruh ada kampus negeri, karena berdasarkan penelitian dan pengalaman saya ditemukan bahwa brand awareness dan preference calon mahasiswa atas kampus negeri sangat kuat, disamping nama almamater, tapi juga terkait unsur budaya dan biaya yang dimana hal tersebut tak dapat diberikan oleh kampus swasta secara lengkap.
Setidaknya ada tiga hal yang akan menjadi tantangan, yaitu:
Daya Beli Yang Menurun
Diperkirakan masyarakat akan menahan pembelian atas pendidikan tinggi di tengah tahun 2020 ini, karena dampak ekonomi bagi keuangan keluarga akan cukup berpengaruh. Banyak keluarga yang kehilangan sumber penghasilan atau mengalami pengurangan upah/ hasil bisnis. Sedangkan tipe pembayaran biaya perkuliahan adalah lump sum (semua di depan) ada yang beberapa kampus yang bisa dicicil.
ADVERTISEMENT
Disamping itu keluarga akan wait and see melihat perkembangan penyebaran Virus Covid-19 ini di Indonesia, akan cukup riskan bila anak mereka berkuliah di tengah pandemi yang belum tahu akan kapan mereda dan ditemukan obatnya. Mereka akan banyak berpikir untuk menunggu setahun lagi agar anak mereka berkuliah.
Proses Belajar Mengajar yang Berubah
Memang sebelum tahun ajaran baru nanti kampus-kampus sudah menerapkan belajar online, namun pada dasarnya kampus-kampus menggunakan opsi tersebut karena "terpaksa" dan menyangka bahwa sistem pembelajaran akan kembali normal beberapa waktu ke depan. Melihat perkembangan penyebaran virus tersebut sepertinya seluruh sistem pembelajaran akan mengalami "revolusi super cepat" dalam digitalisasinya, yang sebelumnya hanya menjadi opsi darurat akan berubah menjadi sistem utama dalam proses belajar mengajar. Bisa dikatakan hal tersebut "The New Normal" di sektor pendidikan.
ADVERTISEMENT
Hal ini akan menjadi tantangan bagi kampus-kampus, karena dalam waktu yang singkat, biaya investasi yang harus digelontorkan, dan proses koordinasi internal yang hanya bisa dilakukan melalui teleconference, telepon dan semacamnya.
Biaya Operasional Yang akan Berubah
Dengan menggunakan sistem pembelajaran full online, atau mix learning (50/50) dan implementasi teknologi internet tentu akan berpengaruh pada biaya operasional yang akan menurun (bila diimplementasikan dengan tepat). Hal ini bagus secara operasional namun akan menuntut penyesuaian dari pihak mahasiswa selaku konsumen yang akan meminta potongan biaya dan semacamnya karena banyak fasilitas off line kampus yang tidak digunakan.
Namun walaupun mungkin tiga hal di atas akan menjadi tantangan, saya melihat sektor pendidikan akan menjadi sektor yang dapat bertumbuh secara positif bila dapat mengimplementasi teknologi digital secara cepat dan tepat. Karena produknya berupa jasa yang dapat dikonsumsi melalui online media.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, apakah kampus Anda sudah siap menuju full digitalization?
(Dianta Hasri )